[Grand Final] Tora Kyuin - Last Race : Answer Beneath Finish Line

Last Race : Answer Beneath Finish Line

"Perjalanan Akan Berakhir, Apabila Mereka Menemui Kematian, Atau Tujuan Akhir Mereka. Lalu Bagaimana Jika Tujuan Akhir Mereka Adalah Kematian? Maka Biarkanlah Ideologi Mereka Abadi, Dalam Cerita Di Sepanjang Perjalanan Hidup, Setiap Insan Yang Tengah Berjuang Mencari Alasan Mereka Eksis"


Oleh : IzunaLord


            Pertarungan demi pertarungan. Repetisi akan duel, sihir yang bolak-balik mengering, kembang kempis dan malfungsi. Rasa lelah dari pengulangan, darah, keringat, dan berbagai hal kerap mendera kami. Tapi kami harus terus memupuk semangat yang tersisa meski begitu kecil, karena sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Lalu gunung. Lalu pilar luar angkasa. Terakhir, jembatan antar dimensi. Oke, yang terakhir agak ambigu. Karena kita mustahil sampai sana kecuali ikut turnamen ini. Tapi yang jelas, kami punya mimpi. Dan bukan sembarang mimpi.

Mengutip dari kata salah satu senior Bojekers:" Semua orang berhak bermimpi walau ia tahu mimpinya takkan pernah tersampaikan"

= # =

            Satu perjalanan dari Kurator Museum menuju hotel. Bus yang kutumpangi; antar jemput dari NGSR.  Heran, mengapa dijemput layaknya tahanan. Sudahlah, yang penting bisa membawa perbekalan, tidak dibatasi apapun.

            Mencoba terlelap, smartphone ajaib; ADLH SCL-08, mendapat panggilan ajaibnya.

            "BOSS LAPOR BOSS!!!!"

            Telepon dari anak buahku.

            "Bangsat. Gausah teriak teriak lah. Lagi di bus, ini!"

            "NGANU PAK BOS, BENGKEL KENA-"

            Ucapan si anak buah terputus, terganti suara ledakan yang menggelegar. Seolah mengamini  ledakan, bus mendadak terguling, membuat seisinya campur aduk mirip baju kotor dalam mesin cuci. Ibarat ada kamera di sini, segalanya terekam secara slow motion, dan konyolnya aku pun demikian, tak bisa respons cepat seperti biasa meski bisa melihat semua bergerak lambat. Yang bisa kuingat hanyalah benda kemerahan berbentuk tabung, bergerak cepat ke wajah yang masih setengah pergi dari layar ponsel, diikuti rasa sakit luar biasa pedih di pelipis yang memaksaku menjerit, kemudian, gelap.

= # =

            "Aku tak pernah punya hidup yang bahagia. Saat aku masih kecil, orang tuaku jarang sekali mengurusku. Urusan pekerjaan kata mereka. Tapi aku jelas tidak percaya sepenuhnya. Saat aku masih anak-anak mungkin aku masih punya sedikit kepercayaan. Namun, aku tumbuh  menjadi seorang remaja, tahu mana yang salah dan mana yang benar. Dan aku tahu… mereka berbohong.

            "Kebohongan mereka makin menjadi seiring berjalannya waktu, yang berputar meninggalkanku karena aku ditahan mereka, terus berusaha menolak jaman. Orang tuaku tak pernah memberiku sesuatu yang bagus. Mereka hanya mendidikku dengan kejelekan, itu pun kalau mereka sempat mendidik. Saat aku kecil, aku sering berharap dilahirkan dari keluarga yang berbeda, tapi sekarang aku merasa keinginanku sungguh bodoh.

            "Orang tuaku sangat kubenci, sampai akhir hidup mereka. Satu-satunya orang yang kupercayai adalah kakekku. Dia sangat baik terhadapku, berbeda dengan kedua orang tuaku, yang selalu mengurungku.  Mereka selalu memasang muka kedua mereka di hadapan kakek. Sayangnya, kakek sudah tahu yang sebenarnya, dan aku bisa melihat itu. Sayangnya, aku hanya bertemu dengannya sekali. Hanya satu kali."

            "Waktu itu, aku masih kecil. 12 tahun lalu, ya, dua belas tahun. Waktu itu usiaku masih 12 tahun.  Aku diajak orang tuaku ke rumah kakekku, yang merangkap sebagai peternakan dan ladang. Sampai  sekarang, aku masih tidak tahu kenapa mereka mengajakku ke sana. Bukankah mereka selalu mengungkungku? Mungkin mereka punya urusan atau apalah itu dengan kakekku, aku tidak tahu.  Dan aku tidak mengurusi pun.

            "Aku masih ingat bagaimana wajah dan perilaku kakek. Tapi anehnya, ingatanku tentang hal lain yang kulakukan di sana hanya samar-samar saja, tertutup kelabu. Aku ingat kakek membawaku keliling kota kecil – tempatnya tinggal – dan memperkenalkanku pada orang-orang. Aku tidak ingat siapa mereka."

            "Aku masih ingat saat kakekku menghisap cangklong kesayangannya sambil duduk di kursi goyang, membacakanku cerita. Masih, aku tidak ingat cerita apa yang dibacakannya. Aku masih ingat juga saat kakekku membawaku ke sebuah rumah besar, penuh dengan onggokan kayu dan kotak kotak  aneh. Lagi-lagi, aku tidak ingat rumah apa itu, yang aku ingat selain tempatnya hanya aku dan kakekku."

= # =

            "BOSS... OSS... BANGUN... NGUN..."

            Samar-samar kudengar lengkingan dari kiri, memekakkan kuping. Taunya berasal dari smartphone yang masih menyala dengan volume maksimal. Kadang aku lupa telepon ajaib ini titel 'ajaib'-nya bukan cuma tempelan, terlebih di era sekarang. Kondisi tertimpa puing-puing bus masih konsisten menyuarakan panggilan telepon anak buah.

            "Yeahhh fucc u."

            Masih dengan sisa energi yang terkuras karena ledakan tadi, kuaktifkan mode hands free di telepon magis.

            "Iyes iyes apaan?"

            "Nganu bozque, hotel sudah dipindah ke satu tempat magis. Gaada angin gaada kabar, tau tau gitu aja."

"Yodah gapake lama, jing. Terus?"

"Robot NGSR cuma nampilin satu hal: Pelataran Istana Gwenevere."

"Istana Gwenevere?"
"Kita pada ke sana, bos."

            "Oke oke. Kasih gue koordinat sama bajak itu robot NGSR ke HP. Gue punya ide satu."

            "Sip sip, saya tutup dulu teleponnya boss, hehe."


            "Y."

= # =

            Bojek adalah usaha yang kurintis sejak nol. Mengingat di dunia sihir pun jasa transportasi masih sangat dibutuhkan. Kuambil peluang itu. Berawal sulit, berbuah manis. Kenapa? Karena anggota-anggotaku yang setia dan selalu bekerja-sama. Dan kenapa bisa solid seperti ini? Tanpa menyewa preman untuk menakuti anggota, atau tanpa suap uang yang berbelit-belit? Jawabannya, karena Bojek dibentuk dari komunitas pecinta otomotif yang sudah berdiri selama bertahun-tahun. Tepatnya sebelum insiden Sankarea meluluhlantakkan semuanya, memaksa para Bojekers, kutransmisikan kedalam jejak rekam digital, magisku saat ini, di BoR.

            Aku ingat waktu kecil dulu, ada kolega kakek yang membuat komunitas kecil-kecilan, bergerak di bidang penelitian dan pengolahan berbagai macam tumbuhan menjadi pangan hewan ternak.

            Setiap kali pertemuan, kolega-kolega kakek duduk melingkar, menunjukkan penemuan masing-masing. Ditata secara sirkular di meja yang saking besarnya, kalian bakal menganggapku melebih-lebihkan saat kuberi tahu diamaeternya. Dan di sanalah ajang pamer berlangsung, saling berkomentar temuan satu dengan lainnya.

            Dan ya, agenda itu kelamaan ditinggalkan. Kenapa bisa?

            Yang olahan pangan hewan ternaknya diberi umpan balik tidak semua. Dan yang bisa ikut serta dalam diskusi tanpa diabaikan setiap waktu cuma itu-itu saja. Dia lagi, dia lagi. Sehingga pengolah dedak bebek yang begitu bersemangat pada awalnya akhirnya pergi, menganggap hal yang ia lakukan sia-sia saja. Lambat laun, reaksi domino beroperasi tanpa seorangpun sadari, dan mereka yang tersisa bertanya-tanya, "Ke mana semua orang?"


            Lebih-lebih, anggota komunitasnya enggan membahas penelitian mereka, yang pada saat kecil kubingungkan karena mereka amat bersemangat hanya dalam mempertunjukkan hasil kerja kerasnya sendiri, selagi memandang rendah yang lain.

            Bayangkan komunitas yang jijik pada poros penggeraknya sendiri.

            Yang seperti kalian tau, komunitas itu sirna lebih cepat dari perkiraan kolega-kolega kakek. Meski sedih, acara mingguan kesukaanku, tuh. Menilik setumpuk bulir-bulir dari warna padi sampai warna tanah, sampai yang bentuknya seperti kotoran binatang di meja. Tapi seperti yang kubilang, orang-orang ini mencari umpan balik, beribu sayang, anggota-anggota komunitas olah pangan ternak bahkan tak minat bertanggapan. Tak tega katanya. Merasa iba, akhir-akhirnya akulah yang memberi tanggapan. Itupun diabaikan karena aku masih kecil, dianggap tak tau apa-apa.

= # =

            Kepalaku masih cukup pening berkat masalah pelik yang menimpa anak buahku. Meski aku benar-benar penasaran ada orang usil yang mau mengusikku, pendukung lawan atau kerabat peserta yang sudah kukalahkan, mungkin? Namun untuk sementara biar kuanggap anak-anak buah bodohku meledakkan oven. Belum lagi dihantam pemadam api dalam bis tadi. Menyisakan memar ungu memalukan yang nyeri tak terkira saat disentuh. Walau sebenarnya, bukan dihantam sih, justru kepalaku yang menyusul si tabung merah. Siapapun yang bikin ledakan ini, tunggu saja bogemku di bagian-bagian tubuh terdekat.

            Sementara, posisiku sekarang? Tengah berkendara dengan ambulans jarahan.

            Polisi setempat, pemadam kebakaran, dan warga sipil, berduyun-duyun mengerumuni puing bus beserta segala isinya yang terhambur, hangus terbakar, menyisakan aku dan smartphone utuh.

            Supir busnya mati. Aku sudah waswas kalau bakal dituduh melakukan pengeboman berencana yang notabene kerjaannya Abu, jadi aku cepat-cepat berpura-pura terluka parah, dan blablabla akhirnya menggantikan si supir ambulans di kursi kemudi secara paksa. Ucapan memelas, "Kalau mati tidak membebani," sukses membuat si supir menurut, dan turun membantu yang lain saja. Ini murni keberuntungan.

            Setidaknya ini opsi kendaraan terbaik. Sirinenya membahana, memaksa orang minggir. Ditambah aku bisa menerobos lampu merah sesukanya. Tapi destinasiku, Istana Gwenevere, arah mana? Mudah. Aku tinggal buka gambar peta beserta koordinat yang dikasih anak buahku di smartphone. Tapi…

            "Kok burem, sih?" Ini jelas-jelas grafik Mobail Lejends. "Kasih yang bagusan dikit gambarnya, anak goblok!"


            "Maaf pak boss! Gara-gara ledakan rusak semua ini perangkat internetnya pak bos, jadinya komputer ini saya hotspot dari HP! Paketan saya dikit!"

"Udah abisin aja, anjing! Gue ganti ntar, elah!"

 "Beneran?"


"Aku…" Aku tanpa sengaja menubruk pesepeda. Loncengnya lucu. "Butuh…"

Aku tanpa sengaja menabrak hidran. Air pancur baru membasahi banyak pejalan kaki. "CEPAT!!"

            "Beneran, ya?"


            "UDAH CEPETAN ANJING GUE DIKEJAR POLISI, BOCAH TOLOL!!"

            "Anu bos..."


            "BACOT GOBLOK!!!"

            Tapi ada yang aneh. Kenapa suara sirine polisinya sekarang dari depan? Apa aku melambat hingga secara kebetulan tertinggal, atau kedua, mereka kelewat gesit sampai melewatiku dengan konyolnya?


            Bukan, aku dikepung. Mereka panggil bala bantuan.

            "Kenapa bertepatan pas di jalan satu jalur begini, kampang?!"

            Kanan-kiriku gedung, beserta jejeran kendaraan macet yang penyebabnya aku juga. Klakson bersahut-sahutan, mengiringi teriakan-teriakan marah para pengendara mobil yang ingin aku cepat-cepat keluar sekaligus menyerahkan diri. Mana lagi siang ini terik gila-gilaan, kewarasan siapapun pasti terpanggang sadis, aku tak terkecuali.


            Bahana kaos yang berdendang dari segala arah rasanya membuat gatal gendang telinga. Juga belakang kepalaku yang kugaruk kasar sampai rasanya mau lecet. Anak buahku pun belum cukup pulih untuk bisa dipanggil pasca ledakan misterius di bengkel. Tepatnya mereka masih berpindah secara masif terstruktur dalam skala besar ke titik evakuasi yang mereka tentukan sendiri.


            "Kan lucu kalau udah sejauh ini majunya didiskualifikasi gara-gara telat, ngentod!"


            Sambungannya terputus. Astaga, anak biadab satu itu pasti kuotanya habis. Mobil-mobil polisi itu semakin mendekat. Anggotanya pun tumpah ruah, menyandang pistol memburuku. Kenapa Abu bisa lolos terus-terusan dalam kondisi begini, heh?!


            Namun, sebuah minivan merah datang. Menggunakan lautan mobil sebagai pijakannya, kendaraan roda empat itu memuntahkan sekelompok robot yang berwujud seperti manusia. Dan, mereka menahan polisi-polisi itu, menendang mereka.

            "Si goblok, NGSR?"


            Belum sempat aku berpikir apa langkah selanjutnya, pintu ambulans di sampingku dibuka dari luar. Jemari baja yang runcing menusuk lengan bajuku, menarikku keluar paksa. Aku lagi-lagi pusing, sinar matahari membuat visualku dipenuhi putih. Sampai akhirnya tanah yang keras mencium pipiku, dan truk sampah yang dingin menopang punggung hingga pinggangku agar berhenti berguling, sehingga aku sekarang sedang mematung dalam posisi tolol.

            Gang sempit yang diapit dua gedung, bayangannya teduh. Lantas siapa yang menarikku?

            Rasyid. Kepala naga kaleng itu menatapku lamat dengan titik merah yang ia sebut mata. "Kamu melupakan ini," ia melempar sebuah boks seukuran helm ke badanku, membuatku jatuh terbaring.


            Belum sempat berbicara mengenai apapun, ia menunjuk ujung gang. Stryker. Saat kutoleh kembali, ia hilang. Melihat ke atas, dirinya telah terbang dengan jetpack. Keparat, Android citer bangsat.

            Tunggang-langgang, sesekali tersandung karena keseimbanganku tiba-tiba jadi jelek, aku menyongsong Stryker. Gapake lama, auto scanning berjalan dengan energi tersisa, dan mesin menderu kencang siap saji menembus cakrawala Gwenevere. Atau apapun.

"Cot bacot. Stryker, tujuan dari data anak anak."

"Siap bozq. Perlu roket buat gaspol?"

"Gak usah. Butuhnya kopian Stryker secara hologram."

"Loh buat apa bozq?"

"ITU POLISI KANAN KIRI GOBLOK. CABUT JING!!!"

`Pedal gas diinjak, debu kemiskinan dari tong sampah terhambur dengan keren, meninggalkan para polisi dan skuad federal yang entah darimana datangnya. Tak mau terlihat bodoh karena ditinggal begitu saja, merekapun memacu kendaraan sekencang mungkin.


===owo===


            "Kopian Stryker, Created!!!"

            Rider Magic terwujud, menciptakan replika dari kendaraan Stryker sebagai pengecoh para polisi federal dan warga sekitar, memberikan kelonggaran waktu untuk bergerak maju menuju arah selanjutnya: Pelataran Gwenevere.

            Mobil pertama berbelok indah kearah timur, dan polisi bodoh pun ikut membanting setir memacu kendaraan kearah kopian palsu. Begitupun di blokade kedua, benteng robot dari NGSR dan barikade bis rongsokan.

            "Gapake lama, tabrak jing."

            "Siap bozq."

            "Oh wait. Vehicle Install: Rammer!!!" Magis dari Rider menyala kembali, memasang batang pendobrak ala Death Race pada bemper depan mobil. Dan dengan kecepatan tinggi, kutabrak kerumunan warga robot di depan tanpa kecuali. Hujan puing-puing menghias langit, disertai suara umpatan satu kepala yang tidak terima barikadenya dijebol begitu saja.

            Pacuan kuda besi bergerak dengan lancar, mempercepat kemudi karena durasi yang semakin panas. Keherananku pada pursuit alias kejar-kejaran ala film layar lebar tontonannya tentu berasalan, sesaat setelah teringat bahwa dia 'dititipi' sebuah boks sama Rasyid.

            "Ini box apaan, jing? Gaguna banget," umpatku membuka kotak yang dimaksud...

            Dan tercengang akan isinya. Delapan harta Emestas. Batuan magis dari semifinal.

            "Kingdom, Hell, Dream, Treasure," sebutku lirih.

            Masing masing batu dengan label nama penjelas, terpampang di dalam boks. Lengkap dengan instruksi cara menggunakan magisnya. Sejak kapan dia mendapatkan ini? Seingatnya, lawannya saat itu hanyalah Gubbins semata.

            "Bisa difusi dengan magic yang dipunya".

            "Perlu informasi lengkap magisnya?" Stryker menanggapi omonganku.

            "Gausah. Asal campur aja dulu."

            Selama perjalanan, batu bertuah yang didapat seluruhnya terpasang di dalam Smartphone. Empat sistem Magisnya mendapat marka [Evolution]. Tapi masih belum ditekan. Entah apa yang akan direncanakan olehnya.

            "Gaes, akses server magis Keeper's Memories. Sinkronisasi sama empat butir batu yang kumasukkan."

            "Oke bozq. Kita baru aja nyampe……WUADU BOZQ…FELL,…….AAAAAAAAAAA!!" ----Zzz.

            Komunikasi terputus. Pasti ada sesuatu.

            "Gapake lama, STRYKER, GASPOL JING!"

            "Ini udah penuh."

            "Mana katanya ada Rocket Booster?"

            "Oya lupa bozq."

            "Goblok."

            Dan hentakan di tuas kemudi mengaktifkan dapur pacu mesin untuk melesat menuju batas dan melampauinya.

=#=

Sementara itu, jauh di pelataran Gwenevere….

"Heartkeeper Stone, Active, Hologram Stone, Active."

Rapalan magis dilancarkan sosok yang berdiri dengan angkuhnya. Lalu menanamkan batu bertuah kehitaman di kepalanya, dan batu bertuah berwarna kemilau pelangi, di tangan kirinya.

"Ninja Art, Multiple Body Technique!"

Pendaran tujuh warna memancar dari setiap jemarinya, sejurus kemudian ratusan kopi dari dirinya menggandakan diri, seperti serdadu militer siap bertempur.

"Illusion Art: Extreme Affection."

Rapalan terakhirnya membuat batu kehitaman tersebut memancarkan warna gelap, lalu meredup menjadi tali temali tak kasat mata, menyihir siapapun yang berani menatapnya.

"Fufufufu, datanglah, Tora." Tawa liciknya membahana.


                                                                 =#=

            "Mana dia? Lama sekali!" pekik Raja Mellow di kursi penontonnya yang besar sendiri, tengah asyik bersolek. Sementara Miranda dan Soraya sibuk mengobrol privat, dan Rasyid yang berdiri kokoh, membisu tak seperti tiga orang yang ada di tempat.
           
            Felix berdiri tegak di tengah pelataran. Kaki kokohnya berdiri tegak, menopang badannya yang tengah mmelipat tangan di depan dada. Ia menatap gerbang yang bisa kapanpun dilewati Kyuin secara tiba-tiba. Cemas-cemas ia mengintip tiruan keempat batuan magis di tangan kirinya. Ia benar-benar bisa jadi dewa dengan objek mengerikan sarat kuasa itu. Walau, ya, si Tora-Tora pun sama. Ia pun punya empat.

            Jadinya, mereka pasti kaget.

            Mengetahui aku akan datang dengan merusak gerbang dengan mobil terbang.


            "SURPRISE BEACHES!" teriakku mantap.

            Batuan kecil dari gerbang memburai ke segala arah mengikuti suara balok hancur, debu membumbung, membalut Stryker yang segera kuparkir dengan metode menjatuhkannya ke tanah. Sirine polisi pun kian terdengar, membuat semua yang ada di area kebingungan.


            Panitia tampak tergagap menerka apa yang terjadi dana pa yang harus dilakukan. Sayangnya, Felix Garfield merasa cukup dengan nafsu yang tertahan. Ia memasang raut masam, berlari maju dan mengaktivasi Hologram Keeper's Hologram, menggandakan dirinya menjadi berpuluh-puluh. Banjir Felix Garfield. Mobil-mobil polisi yang berdatangan dihadangnya dengan ombak manusia. Bertumpuk mayat klona tercecer di pelataran Gwenevere, selagi berderet kendaraan roda empat aparat diserbu dari berbagai arah oleh minimal lima kloningan dia.

            Satu-satunya di pikiranku; Train to Busan.


            "Gils!" Pekikku. Felix Garfield membelah dirinya menjadi ratusan, mengepungku yang masih ragu untuk menembak. Ponsel ajaib tergenggam di tangan kiri, dan [Florence Gun] masih berada didalam holster. Semakin lama dikepung, semakin sedikit waktu yang kupunya.

"Fusion Link Power. Rider Florence." Menyatukan koneksi magis kedua sihirku, satu per satu Felix Garfield kubombardir berbagai macam timah panas dan juga luncuran motor….

"Wait, Motor?" Pekik klona Felix.

"Loh. Baru tau aku bisa fusion magic?"


"Charsheet kamu gapernah jelasin kalau bisa."

"Salahkan ulah batu bertuah. Lalu, stop charsheet joke. Fucking outdated."

Kembali ke adegan. Luncuran motor dan kendaraan melesat bak peluru dengan mekanisme tembak yang aneh-aneh, tapi laju penggandaannya lebih cepat ketimbang pengurangan manual dariku. Jemariku mulai jenuh menarik pelatuk. "Gapake lama, Infinity Stone, tunjukkan pesonamu!"

            Dari HP magis, kuaktifkan Dream's Keeper Dream, Harta yang mampu menciptakan bangunan, lokasi, wilayah, dari ketiadaan, mengubah pelataran Gwenevere dari rerumputan segar ke diorama raksasa kota kecil yang bangunannya rusak sana-sini, penuh reruntuhan bata, dan kendaraan-kendaraan terbengkalai. Preferensi alam bawah sadarku rupanya, dari gim-gim FPS kesukaan.

[Yeahh beaches! Tepatnya Terra Royale karena rekaman terakhir emang ke sana.]

Oh, [Sihir Kuno]. Baru muncul dikau.

"Lah jancok bukan tempat kayak Xearth gitu?"

[Batunya respons setelah kelar dari Kurator. Alhasil rekamannya di luar.]

"YEEE TOLOL!" umpatku nyaring.

            Aku di tanah, sementara klona Felix semuanya di atas bangunan; kuatur agar bangunan tumbuh di tiap pijakan mereka. Terima kasih adik Berurin, menaramu selalu bisa diandalkan.
           
            Bersamaan, kugunakan Treasure's Keeper Treasure -- Harta yang mampu menciptakan benda apapun selama pengguna pernah melihat dan tau fungsinya -- untuk menciptakan IMAGE yang kugunakan untuk melawan Gubbins; [Marchen Awaken Romance]. Menara sepuluh lantai muncul menindih kota kecil yang kuciptakan, menggantikan penampilan [Careful Errubia], lantai pertama asli, yang harusnya berwujud ruangan polos saja.

            "[Marchen Awaken Romance], Kubawakan tamu dari dunia sebelah: Felix Garfield," tuturku pada menara ini. [Marchen Awaken Romance] bergemuruh sekejap, seakan menyampaikan sambutan pada Felix.

            "Super Cola Magic!" racauku nyaring, menggunakan salah satu kemampuan IMAGE – sihir hidup seperti menara ini – menara sepuluh lantai; mengubah ukuran orang yang memasukinya dari meter ke desimeter. Membuatku sendiri, seluruh klona Felix Garfield, dan mobil-mobil polisi ukurannya diganti titel ukurannya dari meter ke desimeter. Kita semua mengecil sepuluh kali lipat.

            Lalu, aku menciptakan sebuah mobil sport berwarna putih dengan kaca depan berlubang, masih via Treasure's Keeper Treasure. Pakai [Rider Magic], kukendalikan dalam mode auto-pilot fantasiyah.

            "Let's rock, Nig-"

            Kupacu mobil ini via kontrol benak. Sementara kedua tangan memeluk [Florence Gun], melepaskan tembakan-tembakan liar pada klona-klona Felix yang terluka karena sengaja menjatuhkan diri dari gedung. Mentang-mentang bukan tubuh induk senekat itu.

            Kepala, pundak, lutut, kaki, lutut, angin. Setidaknya tembakanku kena empat dari lima. Gedebum tiba-tiba. Kap mobil dijatuhi satu Felix. Ia menyodorkan kaki, ingin menutup wajahku dengan sol sepatunya. Maaf nak, aku bukan fetish kaki. Tapi fetish ketiak.

[Goblok.] – [Sihir Kuno] mencibir celoteh batinku.

            "Keparat." Kubanting setir cepat menyamping, membuatnya goyah, dan segera kulubangi badannya dengan beberapa butir peluru. Lama-lama kayak House of The Dead 4. Tapi zombienya klona.

            "Keluar kau, bajingan!" Bentakku pada Felix asli bila dia mendengarnya, namun tidak ada respons.

            Selagi perangkap-perangkap dan persenjataan yang menjadi khas [Careful Errubia] mulai memunculkan aksinya. Perangkap capit bergerigi, jaring raksasa, lubang dalam, gergaji mesin, dan jebakan-jebakan lainnya satu per satu timbul dari permukaan. Yang setelah kufusi dengan perkotaan buatanku menjadi lebih mematikan karena serangan bisa datang dari sisi bangunan, tak hanya dari pijakan.

            Satu per satu cloning Felix terbantai, sementara yang lolos-lolos kusapu bersih dengan terus-terusan menembak dengan [Florence Gun].

"Lawan kloning dengan kloning. Atau dengan jebakan [Careful Errubia]. Treasure, install sensor panas pada setiap jebakan dan senjata tersembunyi."

Selang beberapa detik, jebakan yang terhambur, termasuk guillotine, bola duri, balok kayu, granat paku, hingga ketapel bilah gergaji terhambur secara sistematis, seolah mencari sesuatu: keberadaan Felix. Namun nahas, hanya hamburan gedung dan ledakan menggelegar, bukan suara daging tergores. Berarti Felix masih belum ditemukan. Terpaksa kuhentikan laju kendaraan, memarkirnya di atap mal buatan. Memantau segalanya dari sini.

Gerangan apa yang membuatnya begitu lincah, kah? Kekuatan batu lain? Dirinya saja belum tahu batu bertuah ada berapa total. Yang ada di genggamannya pun hanya empat. Tapi menilik dari respon magis [Treasure] dan [Dream] terhadap pergerakan lawan, tampaknya masing-masing batu bertuah secara otomatis mengincar pemakai lainnya.

"Stryker, mode otomatis. Bojekers, Teloleters, Demonstran Piyungan, Moderator Squad. Keluar kalian. Jangan ngerem aja kayak ayam". Yang dibentak muncul dalam bentuk hologram telpon, lengkap dengan raut wajah kesal.

"Naon bozq?"

"Dimohon tenang. Pak bos mau bicara."

"Bawel ni anjir."

"OM MAU AKSI OM."

Yeah, keributan khas Soundcloud tapi waktunya tidak tepat.

"Gapake lama, gapake repot. Masing-masing bawa jebakan [Careful Erubia]. LACAK ITU ANAK BANGSAT!"

"OKE SIAP AKMJ KOMANDAN!!!!"

"KITA JUGA JALAN!!!"

"DREAM KEEPER, HOTWHEELS ROAD!!!"

=owo=

Marka jalan tercipta secara otomatis dari Dream Keeper acapkali Stryker menjejakkan roda kakinya di langit langit tinggi, menghindari swarming para Felix. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sayangnya bukan ulam yang datang melainkan kagebunshin alias kopian, klona, atau duplikat Felix apapun disebutnya. Yang…

DEMI TUHAN INI KENAPA RANDOM BANGET MACEM NANOMITES TERBANG! OH TUHAN DEMI APAPUN INI LEBIH MEREPOTKAN DIBANDING BOJEKERS….

[                                   ]

Bahkan sihir kuno tergemap. Meski tak bersuara, entah mengapa diamnya jadi bisa terdengar. Diam kok terdengar, hehe.

Speaking of Bojekers, di mana mereka? Kok belum berkabar?

Lalu harus menunggu? Tentu saja tidak, terlebih setelah menghadiahi para klona Felix dengan aspal utuh langsung dari sumber: Truk Semen dan Truk Aspal.

"SEMPROT MAKSIMAL GAEESSSS!!!" titah kepala sipir yang juga merangkap kuli proyek gedung serbaguna saat ini. Yes. Mereka datang dari gedung gedung berkat [Dream]. Diamini para supir dan pengaduk semen, secara kompak cipratan tar, aspal, dan emulsifier jalanan berhamburan bak pesta pora sampanye. Jelas karena warna semen dan aspal bercampur jadi satu.

Beberapa klona mematung secara harfiah, beberapa tumbang dan meleleh bermandikan saus tar hitam pekat, beberapa yang menghindar mencoba menyerbu para sipir, tapi bukan keluarga Bojekers namanya kalau tidak bisa melawan balik.

"AKU KESEL SAMA PAK SIPIR, TAPI KALAU BUNUH PAK SIPIR GABISA PULANG, PAK, IJIN NABOK MEREKA ATAS NAMA PAK SIPIR YA?" Pekik salah satu supir truk yang sudah menusuk-nusuk para Klona dengan sekop semen.

"BOLEH SIH. TAPI PULANGNYA BERSIHIN KAMAR MANDI SAMA NGECAT SEKTOR BARAT!!" bentak si sipir, mengamini tindakan anak buahnya.

"SIAP BOZQUE, IKUZO MINNA!!!"

"WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO~"

"Saya tinggal dulu ya, pak."

"Wokeh siap komandan! Btw sopan sekali kamu, hehe."

Bertepatan dengan laju Stryker yang menyusuri sumber perkara musuh, laporan telepon hadir menemani dengan nada dering khusus, menandakan mereka sudah menangkap target. Tapi, keanehan terjadi karena suara telepon hanyalah desahan semata, suara nafas yang berat, seolah terengah-engah. Jangan jangan batu bertuah lagi. 
"Bos…"

"Ssst, jangan lawan, relay aja dialognya. Biar gue yang lacak sendiri."

"Nganu….zzz….jebak…zzzzz…was…."

Stryker masih melaju dengan ganas. Memutar-mutar mencari Felix asli. Menyimpan [Florence Gun] di holster, kulemparkan tanggung jawab menyapu replica-replika hidup Felix pada [Careful Errubia] alias lantai ini, memberinya arahan untuk membantai semua klona Felix satu persatu dengan senjata-senjata tersembunyi serta perangkap mematikan. Satu jebakan beruang merespon, diikuti jebakan sabit yang "mengangguk" mesra. Sembilan klona mendapat hadiah gores. Tewas sudah.

Sementara aku di sini, menyusun taktik. Menyusun semuanya dari awal.

Seingatku baru tiga menit terlewat. Yang mana artinya Hologram Keeper's Hologram masih punya sisa tujuh menit untuk aktif, mengingat jatah nyalanya sebatas seperenam jam. Dan di waktu tujuh menit itu, aku yakin Felix sedang menyusun rencana sepertiku, selagi terus-terusan menggandakan dirinya.

            Karena dari keempat harta yang dimilikinya, hanya [Hologram] yang secara langsung berkaitan dengan fisik. [Heart], mengubah afeksi target pada pengguna pada titik ekstrim, benci atau cinta. Membayangkan dia membuatku jatuh cinta dan menyerah, jijik rasanya. Memang aku jelek dalam urusan menggaet gadis, tapi bukan artinya rela memilih cowok sebagai alternatif. [Record], mengubah satu kejadian di masa lalu pengguna tanpa menimbulkan efek paradoks. Aku yakin di masa lalu Felix bukannya gagal mendapat undangan Hogwarts, mustahil dengan harta itu ia bisa dapat kekuatan super. Terakhir….

            [Virtual]. Mendapatkan pengetahuan tak terhingga mengenai apa yang ada, pernah ada, dan akan ada. Selama satu jam. Secara harfiah ia bisa jadi Maha Tahu dalam enam puluh menit. Ini yang kutakutkan. Kalau ia menggunakannya, sudah jelas ia tahu bermacam kelemahanku. Bukan, ia juga bisa tau masa depan pertandingan ini. Siapa yang menang dan bagaimana caranya. Misal, bila dalam pengelihatan masa depannya 14045 kali, dan di kesemuanya aku yang menang, akankah dia terus bertarung atau kabur?. By The Way, aku lapar. Telpon ah. . . . Nihil.

            Sayangnya tidak bisa. [Marchen Awakens Romance] memiliki kemampuan bernama [Absolute Wall] yang mana mencegah apapun keluar sebelum mencapai lantai sepuluh, dan mengembalikan serangan apapun yang diberikan pada dinding menara dari dalam, akan berbalik kepada makhluk yang menyerangnya.

            Tapi, jangan jauh-jauh [Absolute Wall]. Yang telah kusebut, [Super Cola Magic]; membuat semua yang masuk ke dalam tower dari meter ke desimeter. Misal, apa yang masuk ukurannya dua meter, ketika di dalam ia berubah jadi dua desimeter. Felix yang sudah mengecil sepuluh kali lipat mana mungkin kuat menjebol dinding menara?


            Tapi kedua, misal dia pakai [Virtual], Felix pun bakalan tahu … kalau misalnya dia juga bisa pakai kekuatan [Marchen Awakens Romance]. Karena pemilik asli; Berurin Hauina, tak kubawa serta kemari. Wahai curator sialan, terimakasih sudah merepotkanku di detik detik terakhir. Sehingga tanpa pemilik asli IMAGE ini berstatus tak memiliki pengguna dan semua bisa memakainya. Untuk sekarang, aku yakin dia menganggap menara ini kekuatan pribadiku. Ditambah, kemampuan terakhir menara ini yang bernama [Mad Banana Secure] – mengetahui seisi menara dan apa yang ada di dalamnya, hanya dikuasai Berurin.

Jadi, apa yang bisa kugunakan untuk menemukan Felix Garfield asli?


Pertama, [Florence Gun], jelas tak bisa. Mobil ini, hanya bisa mengantarku ke sana tapi bagaimana jelas harus tau Felixnya di mana dulu. Sling bag, isinya ADLH SCL-08, canggih, tapi tidak bisa. Lainnya? Power bank. Padahal aku sendiri yang menulis ADLH diisi energi magis pengguna sehingga tak bisa lowbatt. Tapi aku bawa powerbank. Kebiasaan lama ngojek, jadi lupa kalau sebenarnya punya kekuatan magis.. Berbagai makanan dan minuman sachet, mustahil. Sebotol air, tidak jauh beda. Speaker Bluetooth, apa kalau pakai ini aku setel lagu dangdut Felix akan datang dengan berjoget menyawer?

Ah, aku mengerti.



"Dream Keepers Dream! UBAH LANTAI INI LAGI!" seruku, mengangkat batu biru neon itu. Seketika, jalanan kota mati melembek, menghalus, terurai menjadi bulir-bulir kecil. Bangunan-bangunan tinggi roboh, membahana dengan segala puingnya yang berguguran. Menjatuhkan beberapa klona Felix yang berada di atasnya. Menjatuhi mereka yang di bawah. Sementara aku, menggunakan kemampuan Dream yang begitu spesifik, menciptakan harmless circle dengan aku di pusatnya.
           
            Medan berangsur beralterasi. Pasir, pasir, pasir. Gurun. Dream Keeper's Dream mengubah [Careful Errubia] jadi Oase Musafir, Emestas Gurun Hitamz. Mobil buatanku terbenam pasir rodanya, aku keluar … dan disambut kepungan cloning Felix Garfield yang banyaknya tidak terkira.

            "MAJU SEMUA LO, MANUSIA PALSU!" teriakku lantang-lantang.
Dor dor dor! Timah bedil magis bergantian melesat dari [Florence Gun].
           
            Aku mulai didekati. Aku naik ke atap mobil, memberi waktu tambahan agar bisa terus menerus menembak.
           
            [Woy paok, [Soundcloud] kenapa gak dipake, babi?]
           
"Kalem, kimak. Oke, all out ya kita, bangsat!!"

"ONE TWO THREE: GOPAY CHANGE!!!"

"HYAHHH!!!!"
*GOOOOOO-PAY JAAAAAA*
[Si goblok, paok maksimal]

Satu pose ala Super Santai, magis utama diaktifkan.
Energi Soundcloud terwujud dengan larik cahaya berbagai warna, dukungan dari batu bertuah lainnya. Satu per satu pasukan Soundcloud terwujud di lapangan.
Demonstran Piyungan, lengkap dengan orasi asal jadi dan papan bertuliskan protes dan berbagai hinaan politis. Para Idol Agency yang kukontak secara personal. Memancing mereka agar datang secara sukarela memang paling mudah. Tak lupa para militer rekrutan dari Suzuran Boys, Moderator, dan Chaos Hype. Semua termaterialisasi begitu saja dari ketiadaan, terima kasih pada [Treasure] yang menyokong [Soundcloud] menjadi lebih overpower.

"Astaga, apa ini kok banyak zombi? Takut~" ungkap salah seorang idol manja. Dikerubungi klona Felix, para wota datang melindungi sang idol, memukuli replica-replika si manusia bernama kucing dengan lightstick, gulungan poster, figurine kw, dan kipas bergambar oshi.

            "HENTIKAN SEMUA INI FELIX GARFIELD!! DUPLIKASI DIRI ADALAH KECURANGAN YANG MERUSAK KODRAT!! MUNCUL KAMU LAKNAT KEJI!!! TAPIIIIR!!!" Demonstran Piyungan mengamuk seperti biasanya, menganggu pendengaran para klona, dan secara ironis kawan-kawannya juga, selagi mengayun-ayunkan papan kayu bertuliskan cercaan-cercaan pada pemerintah seakan-akan benda itu adalah pedang raksasa.

"HADIRIN DIMOHON TENANG! MOHON TENANG!" Segerombolan moderator menghalangi klona-klona Felix baru yang datang untuk menolong sesamanya. Membuat dinding yang terdiri dari pria-wanita yang tanpa henti memaksa mereka tenang. Mencegah mereka maju lebih jauh. Dan memoderasi mereka, tentu saja.


"Astaga, WTF!" kagetku yang kala itu tengah fokus membidik beberapa lawan, ada yang melompat dan memegangi kakiku. Lalu ditubruk dari kiri dengan metode yang sama, aku hampir jatuh. Zombi berotak ini mulai gila, mereka menjadikan dirinya human bullet. Menyasar bagian tubuhku untuk ditubruk tanpa tedeng aling-aling. Bukan main kegilaan lawan.

"Ahokkkkk!"

Aku muntah darah, sundulan tepat di perut sukses mereka sajikan setelah dikunci dan dibuat lemas dari rangsangan di berbagai sudut tubuh.

"Lepaskan pak bos tercinta,  KYAAAHHHHHHHHH!!"

Chaos Hype datang menyelamatkan. Pasukan huru-hara yang didominasi wanita-wanita kesepian yang merasa senasib denganku si CEO tuna asmara. Berbahan bakar rasa cemburu karena malah aku yang laki-laki lebih diperebutkan Felix ketimbang mereka, wanita-wanita itu menyeretku keluar, membantuku lolos dari kekangan dan menjauh.

Turun dari mobil, aku dibopong buru-buru dengan cara yang sama saat penyanyi rock melakukan crowd diving pada tur musik.

"HUUUOORRHHGG, GENJIIEEEEEEHHH!!" amuk Suzuran Boys, para preman sekolah yang datang langsung dari negeri mentari terbit. Deru mesin motor yang mengepul pekat, juga denting pipa bengkok maupun bunyi kayu patah, menjadi penghias telinga ketika para Suzuran Boys mulai menghajar para klona Felix dengan teknik bertarung ala jalanan yang telah ditempa dari perkelahian demi perkelahian.

Perang geng jelas tak terelakkan dari mereka para Soundcloud, tapi…….
Sayangnya, para klona ini, mereka kuat. Dan semuanya diluar dugaan.

Serangan balik, bukan, apa memang sejak awal pasukanku mampu melawan mereka?

Para idol dihempas, beserta wota-wota menyedihkan. Lightstick patah, kipas berterbangan di udara, sementara si empunya barang babak belur, menangis dan mandi pasir selagi memanggil-manggil nama oshinya lirih.

Demonstran Piyungan diobrak-abrik. Mereka yang hanya bisa protes tanpa berpikir kalah oleh Felix yang bertarung piawai menggunakan otaknya.

Moderator jadi samsak hidup. Sekuat apapun barikadenya, jelas kalah dengan kekuatan diluar nalar.

Chaos Hype dirayu klona Felix. Masing-masing mereka berpasangan dan pergi meninggalkan medan tempur untuk bermesraan sendiri-sendiri.

Hanya Suzuran Boys yang mampu menyeimbangi gempuran klona. Hanya saja, kuantitas yang mulai terjungkal akibat pasukan yang kalah satu per satu, dan mereka yang awalnya ditahan moderator bisa menerobos. Tawuran yang terlalu timpang ini akhirnya dimenangkan para klona Felix.

Tinggal aku sendiri. Menyeka darah di tepi bibir, malah melebar hingga semuka.

"Merasa tersudut, Kyuin?!" seru para klona bersahutan. Dengan helaan nafas, merasa kepanasan.

Aku berjalan mundur. Keringatku mengucur, bauku mirip kencur. Aroma badan dan kengerian berbaur. Semua tercampur. Dan melebur.

Begitupun mereka. Bau keringat dari berates Felix Garfield membuatku mabuk. Sama halnya denganku, napas mereka terengah-engah, kering.

Karena betapa detilnya Dream's Keeper Dream. Terik matahari yang gila-gilaan rasanya ikut menambah rasa tertekanku. Peluh deras membasahi sekujur raga. Walau, ini yang kumau. Begitu juga apa yang dialami klona-klona itu -- yang aku yakin ada Felix Garfieldnya.
Karenanyalah, barang ini yang bisa membuatku menemukan Felix; sebotol air.

"Rasanya haus sekali. Sungguh nikmat apabila menenggak minuman dingin" Pancingku sambil mengeluarkan satu minuman sachet. Minuman kopi dingin merek mobil truk, dan sebotol air. Salah satu merek favorit karena kandungan kopinya selalu bikin melek, dan cocok diminum panas atau dingin.

Lihatlah para Klona yang mematung keheranan, tak tahu harus berbuat apa, sementara diriku tetap pada ritual seperti biasa selepas ngojek: nongkrong di warung kopi, dan ngoplos berbagai merek kopi. Campur semua.

"Duduk enak nih kayaknya" ejekku lagi, duduk bersila ditengah gurun yang panas terik. Mengaduk-aduk isi kopi, dengan bulir dari embun, karena dinginnya kopi tersebut.

"Mau…..MAUUUUUUUUUUUUU. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Satu tubuh melompat secara liar, mencoba menerkam segelas kopi yang kugenggam. Ternyata benar Fellix. Manusia sekuat apapun akan mustahil bertahan hidup di suasana alam seperti ini.

"Keluar juga kau Fellix" Moncong pistol [Florence Gun] teracung dari holster kiri. Satu tembakan meletus. Namun bukan butir peluru biasa yang melesat. Melainkan hal lain.

"NANI?"!
*Dor*
*GRENGGGG!!!!!*


=owo=

Satu, dua bahkan tiga kendaraan bermotor meluncur dengan bebas, mendarat di wajah Fellix tanpa ampun. Para Klona yang sadar segera mengerubungi Fellix yang terkapar. Tapi bukan Fellix jika serangan seperti itu bisa menumbangkannya.

"Hehehe, boleh juga kau--"


"INI UNTUK BOJEKERS" Pekikku melompat ke tubuhnya yang rebah di tanah, mendaratkan tinju yang dipenuhi emosi.


DUAK!!. Satu tinju kiri melesat ke rahang Fellix, menerbangkan dua butir giginya. Tak mau kalah, pukulan lurus datang dari kanannya, sukses menghantam mata kiriku. Disusul tendangan ganda, membuatku tersentak darinya. Tak gentar, kami menjadi beradu tinju. Smartphone di tangan kiri menjadi cincin pemukul, sekaligus tameng buatan.
"KAU PIKIR…"" DUak!!!
"MENGANDALKAN ORANG LAIN ITU…KEREN HAHH!!!  Brak brak, suara layar yang retak karena tinju lawan yang diperkuat energy klona.
"BERKACALAH PADA DIRIMU…..(Duak), SENDIRI….(BHUKKK)" Pertarungan masih sengit. Lawan masih bergeming, kokoh bak patung dirgantara, menerima semua pukulan.
Satu tendangan bawah lolos dari perhatianku, menjatuhkan tubuh ini, dan mulai mengunciku dalam posisi gulat, Grappling Hold
Wajahku sudah babak belur rupanya. Lama tidak bertarung fisik seperti ini.  Dan posisi terkunci. Sekujur tubuh lebam, tangan sudah membiru, luka fisik sana sini, dan smartphone yang sudah terciprati oleh darah. Durabilitas dari Magic Item memang beda.
Wait, bukan saatnya menjadi narsis.

[Terlalu kuat ini makhluk]
"Kalem"
[Yes yes. Dengan kondisimu yang babak belur begitu. Mengatakan kalem?" Wow just wo]
"Shut up. Jebakan kedua baru saja aktif"
[Maksudmu?]

Dia lupa aplikasinya masih aktif. Dan dia lupa aktivasi magis Soundcloud bisa dengan perintah suara.


"Dreams Keeper, [RIDER MAGIC]!!!.
"[RIDER TIME!!!!]
Sejurus kemudian ratusan kendaraan meluncur dari aplikasi, menerjang setiap klona dengan berbagai versi kendaraan.
Mulai dari mobil sejenis apansa, bwm, berbagai kendaraan untuk kegiatannya ngojek, melesat tanpa henti menghabisi satu sama lain.
"Kurang ajar kau Kyuin!!!"
"Bacotttt kimak. KOPAJEK!!!"


Satu bis raksasa muncul dari atas langit, siap menimpa kami kedua, memaksa Felix melepas kuncian gulatnya, dan memilih menyelamatkan dirinya, dengan menggunakan klona yang tersisa sebagai benteng ala Phalanx. Menerima serangan kendaraan itu mentah mentah. Momen yang memang ditunggu-tunggu Tora sedari tadi.
"Tapi ya percuma sih Fellix. Waktumu sudah habis".
"Apa maksudmu Kyuin? Tunggu, kenapa mereka menghilang" Panik Fellix saat para klona mulai menguap di tengah padang pasir, satu demi satu mereka menghilang. Diikuti area padang pasir yang juga perlahan runtuh, berganti menjadi [Marchen Awaken Romance] lagi. Kali ini lantai kesepuluh. Colorful Party
Final Floor : Colorful Party : (Lantai penuh warna , berwujud rumah dengan orang orang yang berpesta. Lantai ini mampu melakukan 'konstruksi' dengan benda yang ada didalam tower).
"Maksudmu Ini?"
Menunjukkan layar proyeksi berupa penghitung waktu mundur dari kekuatan masing masing batu bertuah. Dan angka yang menunjukkan jatah dari [Hologram] baru saja menyentuh angka nol. Artinya habis. 
"Kau menghitungnya? Sejak kapan?" paniknya lagi. Hampir setiap kekuatan batu yang bersemayam di tubuhnya, perlahan meredup. Jatah pemakaiannya sudah habis.
=owo=
"Jangan berpikir bahwa hanya kau saja yang superior, Fellix. Akupun bisa"
"Dengan kondisimu seperti itu? Jangan membuatku tertawa--AAAGHHHH"
Dor. Timah panas mendarat di lututnya. Bunyi retakan terdengar keras. Sepertinya batu bertuah yang dimilikinya baru saja tergores. Yang menjadi korban hanya meraung tak jelas, meringis penuh kesakitan.

"Efek samping batu magis?. Siapa suruh memasangnya di tubuh?" Ujarku lagi, mendaratkan satu dua tembakan di tangan, bahu dan telinga Fellix. Konstruksi objek dari berbagai kendaraan yang sudah tercerai berai menjadi alat siksa buatan, mengunci tubuh Fellix seperti dokter akan melakukan bedah spesialnya.
"KAU TIDAK PUNYA MALU APA, MENGHAJAR ORANG SEPERTIKU DENGAN BALA BANTUAN ANAK BUAHMU, DAN SET UP LICIK SEPERTI INI!!! Umpat Fellix, benar benar marah, merasa dipecundangi kesekian kalinya.
"No Hard Feeling. Siapa yang menyuruhmu mengaktifkan [Heart] Keeper pada anak buahku? Mereka anak anak yang kucintai dan kubentuk kepribadian mereka sejak dini. Juga, aku yang menyelamatkan mereka dari ancaman kematian. Jadi tolonglah. Tindakan ini menjadi sangat personal bila menyangkut anak buahku, jadi wajar kan jika aku melakukan apapun untuk mencapai apa yang kuincar?. Tolong dimengerti"

Langkahku terseok mendekati tubuh Fellix yang terkunci sedemikian rupa. Rasa sakit terpaksa kutahan untuk melaksanakan ritual terakhir: merebut batu bertuah dari lawan.

[Terakhir batu di kepala]
"Yes thank you"

Moncong [Florence Gun] teracung di dahi Fellix.
"Ada kata kata terakhir?"
"Ada"
"Apa itu?"
"Revive me"
*Dor*
.
.
.
.
"
.=owo=
Ekstraksi magis berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi Smartphone yang pecah layar Screen Protectornya, beberapa bagian penyok karena baku hantam. Tapi tidak sampai mempengaruhi bagian dalam smartphonenya. Transfer energy dilakukan dengan cara tidak manusiawi: menancapkan kabel data ke dahi Fellix, yang diduga berisikan batu bertuah jenis [Heart]. Dan Soundcloud "mengunduh" energy sihir tersebut.

[Firasatku aneh dengan kekuatan batu bertuah ini]
"Kenapa?"
[Entahlah….Apa itu?"]

Larik energy bergerak dengan liar dari tubuh Fellix. Jasadnya yang terkunci di pasung pesakitan, melebur bak pasir tertiup angin, berganti menjadi bentuk astral dengan empat warna pendukung: Hitam, Perak, Pelangi dan Hijau. Empat pertama masih berada di tempatnya, melayang begitu saja.

[Jangan katakan ini True Bossnya, Kyuin]
"Mana kutahu bangsat"
Empat energy barusan melesat kedalam raga, dan kesadaranku dibawa pergi jauh, ke sebuah alam bawah sadar. Dan lagi lagi suasana yang tak asing: lorong memori. Ternyata ini ulah [Virtual] Keeper, si pemilik segala pengetahuan.

Berbagai rekaman sepanjang perjalananku, dari Isla Wunder, Kota Almnesse, Padang pasir skala luas, semuanya diputar laiknya rekaman bioskop. Sementara alam pikir ini dibawa melayang menuju satu muara: tempat bernaungnya [Ancient Word] didalam pikiranku. Sebuah bar raksasa, dengan meja panjang, kursi putar, berbagai rak dengan isi berupa informasi, terbungkus dalam botol botol kaca estetik. Kali ini ada yang berbeda didalam bar pikiran ini.

"Ei pak Boss"
"Yo Bozq"
"Hadirin dimohon tenang, rombongan pak bos mau lewat"
"Mana rombongan jir, itu dateng sendiri juga"
"Sendiri apanya goblok, itu empat roh astral apaan?"
"Oya lupa. Maklum siwer"
"Yeee tolol"

Riuh rendah para Bojekers, seluruh anak anak dari [Soundcloud] hadir disini.

"Everyone is here" ujarku pelan. Yang direspon oleh si [Ancient Word] dengan satu kata kutukan.

["Cue the Smash Bros BGM"]
"Oh don't you dare lad".
"RIBUT RIBUT RIBUT" Sorak sorai para Bojekers menyemangati kami yang sibuk berduel konyol, hingga keempat energy astral yang tadi mengantarku mulai berdeham. Membuka suara.
[Oh aku tak suka ini. Kekuatan absolut dari batu bertuah]
"Hah?"

Empat energy astral nampak berbincang dengan para Bojekers, juga si [Ancient Word]. Awalnya kuperhatikan seperti biasa. Lambat laun, ada yang janggal. Mereka berbicara kan?
Aneh, suara dialog mereka tak bisa kudengar, apa ini pengaruh [Resonance Room]? Mustahil. Aku yang punya kuasa magisnya. Lalu kenapa kalian tak menjawabku?
"Hei, Bojekers, mau kemana kalian? Kenapa kalian beranjak pergi dari sini, hei…HEI!!!" Ingin rasanya melompat dari kursi dan menyongsong mereka, tapi semakin berlari, rasanya mereka semakin menjauh.
Dan yang mengantar mereka ternyata si [Ancient Word]. Menjadi garda depan para rombongan.

Emosiku jelas memuncak. Bisa bisanya dia merebut anak buahku dariku. Aku tak terima, tapi, apa daya kekuatan tak kasat mata menghalangiku bergerak. Aku hanya bisa menatap nanar kepergian mereka.
Memoriku diputar kembali oleh [Virtual]. Kacau, segalanya kacau. Teraduk-aduk tanpa henti. Terlempar kesana kemari. Ke berbagai tempat, memori, dan lain sebagainya. Sampai tak terhitung sudah berapa kali aku dilempar ke memori acak. Dari insiden Xearth, lompatan mimpi saat melawan [Kingdom Hearts]. Bertemu Futaten, tercampur dengan memori lainnya.
Sampai kapan ini berhenti?

Hingga satu kesempatan.

Satu moment dimana para rombongan, berdiri menghadap diriku. Dengan traut wajah sumringah, seperti hari pertama bekerja, tetapi ruangannya nampak berbeda.
"Bar ini lagi?" jawabku lemas. Sudah terlalu lelah menjawab. Nampaknya aku dibawa kembali ke alam pikir tadi. Para Bojekers berbaris dengan rapi. Satu komando dari sosok yang kukenal, membuat mereka mengangkat satu kertas magis. Dengan isi sebagai berikut.

"Mohon maaf Boz. Gerakan ini, adalah inisiatif dari kami. Untuk menyegel kekuatan empat batu yang merasuki hapenya Pak Bos. Kami berempat sedari tadi, sengaja merelay dialog saat musuh Pak Bos menghipnotis kami denngan salah satu batu magis. Sebenarnya proyek penyatuan magis dari batu yang diterima pak bos saat di ruang VIP itu, untuk keadaan seperti ini. Kami mohon pamit Pak Bos. Selama ini Pak Bos selalu melindungi kami, mengayomi kami, menganggap kami anak sendiri. Nampaknya sekarang ini balas budi dari kami, para Bojekers".

Satu komando lagi membuat para Bojekers berpose, saat melakukan bersumpah setia.

BOJEK NO TAME NI. WARE WARE WA, JUUSHA NO SHUJINKO.
Yang artinya: KAMI, BOJEKERS SEJATI, AKAN MENJADI PENGIKUT SANG PROTAGONIS (yaitu aku), HINGGA AKHIR HAYAT KAMI.

[Yes. Dan aku akan menjadi penyegel kekuatann seluruh batu yang menjadi astral tadi. Anggap saja impas dari [Virtual] Keeper karena gelombang kekuatan kami ternyata selaras. ]
[Commencing Last Stone: Colorless Friendship. Ancient Keeper's Ancient]
Rapalan barusan telah menciptakan sinar yang begitu terang, tanpa warna, dan hal yang selanjutnya kusadari, bahwa segalanya telah terjadi.

"Godspeed, Bojekers" Kata kata terakhir dariku, sebelum berpamitan dengan mereka. Dan segalanya menjadi putih, begitu menyilaukan.
   
=owo=


"Selamat, selamat, Tora Kyuin! Sudah berhasil merebut seluruh batu tersebut."
 "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!"
Kupikir siapa, ternyata mimpi. Aku bangun setelah memastikan diri fisikku tidak apa apa. Tapi kenapa mendadak sepi? Gerangan apa ini? Lalu, dimana smartphoneku? Kenapa ada gelang disini? Kemana mereka?.
"Selamat karena sudah memenangkan balapan ini, Kyuin". Ujar suara robotic, yang segera kukenali.
Suara yang bukan kaleng kaleng tersebut berasal dari sosok yang jelas sekali kukenal. Rasyid, ditemani Raja Mellow, dan duo Hadhyatha. Ketiga sponsor datang dari balkon utama kastil Gwenevere, lengkap dengan banner sponsor masing-masing. Diikuti sorak-sorai para peserta yang sebelumnya gugur, tapi ternyata mereka dihidupkan kembali berkat permintaan Felix, jauh sebelum pertandingan ini dimulai. Licik memang itu anak. Jadi selama ini pertandinganku jadi tontonan mereka, sejak ledakan pasca Kurator Museum.

Sementara posisiku berada di bawah, hancur lebur, penuh luka, smartphone (kini menjadi smartwatch) yang galat di pergelangan kiri sebab magisnya malfungsi, serta sepucuk pistol (yang juga ikut galat), tergenggam erat di kanan. Bukan tanpa alasan dia menjadi malfungsi. Evolusi mendadak dari delapan batu bertuah milik Felix, jelas membuat semuanya kacau. Tapi setidaknya aku mendapat jenis telepon genggam ala elit: Smartwatch. Rupanya mimpi tadi adalah amalgamasi dari proses tadi. Kini aku mengerti kenapa. Tapi, rasanya ada yang kurang.
Tak ada yang menemaniku disini. Tidak ada Bojekers.

Sekarang, hologram berbentuk cawan suci terhampar di hadapanku. Tepatnya sebuah pilar penyangga, dengan hologram cawan suci.
"Sejak kapan pilar ini ada disini?"
Saat kusentuh, smartphone yang kini menjadi gelang magis, merespon dengan mengeluarkan delapan warna batu barusan: [Lazuli Kingdom], [Red Hell], [Neon Dream], [Gold Treasure], [Silver Virtual], [Black Heart], [Rainbow Hologram], [Green Record].

"Dan satu batu bertuah lagi: [Colorless Friendship]." Suara yang tak asing, kini dapat didengar setiap orang, berkedip dengan semangat.

"Lu jadi segel delapan batu aja masih bacot ya, [Ancient Word]." Kekehku pada si [Sihir Kuno]. Isi kepalaku pantas saja terasa ringan setelah sinar yang menyilaukan barusan, sehabis kontak fisik dari batu terakhir. Setidaknya ada satu yang bisa menemaniku.

Kembali ke cawan suci, respons delapan batu barusan kini mematerialisasikan hologram cawan suci menjadi bentuk sejatinya: Golden Cup dengan hiasan kedelapan batu barusan. Diikuti dengan pusaran raksasa dari smartwatch, dimana energi batu barusan keluar seperti misil, berputar di angkasa sebelum mendarat ke cawan suci.

"Jadi mereka cuma menumpang ternyata. Bangsat kau," umpatku.

"Terimakasih sudah mengembalikan batu ke tempatnya semula, wahai peserta dari negeri Sankarea."

Suara yang meneduhkan hati dan telinga terdengar ke seluruh pelataran Gwenevere. Bahkan ketiga sponsor dapat mendengarnya dengan jelas. Aku jelas dibuatnya kaget.

"Jangan jangan, [Administrator?]" Pekik Soraya, dibarengi anggukan saudarinya. Raja Mellow hanya menghela nafas lega, sementara Rasyid sibuk menganga saking kagetnya. Hanya Tora yang tetap pada ekspresi favoritnya: mixed feelings antara disgusted dan juga excited.

            "Terima kasih sudah berpartisipasi pada turnamen tahun ini, wahai pembalap ternama. Sebagai sponsor utama, dan juga peserta terakhir, utarakan permintaan kalian. Terimakasih banyak sudah dibuat repot menyusun segalanya, dan aku juga berterimakasih pada para peserta yang gugur di tengah perjalanan. Usaha kalian tidak sia sia." Kembali kata kata yang meneduhkan jiwa, terdengar hingga seantero Gwenevere. Satu podium dibuat riuh, saling berbisik dan bersorak sorai, beberapa ekspresi menyesal bahwa hadiah utama dari perlombaan adalah pengabul permintaan maha ajaib seperti ini.

Namun……..

Di sinilah segala kelicikan para Sponsor terkuak.


            Mempersilahkan saudarinya, Soraya menuntun Miranda berorasi di podium tempatnya berdiri. "Tak perlu repot-repot. Aku hanya ingin mengoleksi delapan harta yang kau pegang, Tora. Tidak kurang tidak lebih. Nasib esmetas, kubiarkan apa adanya. "



            Keduanya cekikikan, sebelum Raja Mellow berdeham, menandakan gilirannya berbicara.



            Dibantu ajudan dan para prajuritnya, Raja Mellow mulai bersabda. "Sebagai raja, tanggung jawabku adalah memulihkan ketujuh esmetas kembali ke semestanya masing masing, dan memperbaiki garis waktu yang telah kami bertiga kacaukan, demi keegoisan kami. Mohon ampun, [Administrator]."



Terakhir, dari sponsor yang menaungiku. NGSR. Ibnu Rasyid.


Rasyid berujar dengan angkuhnya. "Aku akan meratakan seluruh Esmetas, dan menjadikannya pusat eksploitasi sumber daya tak terbatas. Menyatukan semuanya dibawah naungan NGSR. HAHAHAHAHA!" Tawanya menggelegar. Akhirnya robot naga timah ini lepas kendali.

     

      "Sudah mendengar semuanya, cawan suci?" tanyaku.


      "Sudah. Saatnya menentukan keputusanmu."

"Maksudmu?"

"Hak utama pemenang"
"Oh"



      Meraih cawan suci yang berpendar keemasan, kuacungkan setinggi-tingginya, "Sekarang ini permintaanku: Cawan Suci magis, wadah dari delapan batu bertuah, perwujudan dari delapan magis. Dengarlah permintaanku: kabulkan do'a dari Raja Mellow."


      Ketiga sponsor kaget, seluruh penonton kaget. Hanya penulis yang tidak. Loh kok membelot? Gerangan apa ini?


      "APA MAKSUDMU TORA? KAU LUPA AKAN SPONSORMU HAH? BAJINGAN, PENGKHIANAT KAU, YANG BARUSAN KAU UCAPKAN, BANGSAT KAU!!! MULUT ANDA KOTOR!!!" bentak Rasyid tak terima, serak robotiknya terdengar bergitu mengintimidasi kini. Walau, seketika podium tempatnya berdiri sudah dipenuhi ratusan kertas sihir. Menyegel seluruh NGSR tanpa sisa. Dan muaranya berasal dari cawan suci.

Diikuti dengan tersegelnya podium Hadyatha, yang secara magis menghapus eksistensi mereka dari garis waktu. Hanya podium Gwenevere yang tetap utuh pada lokasinya.


      Peserta yang berada di bangku penonton, mulai tersedot kedalam pusaran raksasa, namun dengan pekikan kebahagiaan, bukan lengkingan kengerian. Entah apa jampi jampi dari si cawan suci. Penghapusan memori? Atau menanam memori palsu bahwa mereka "dipulangkan?"


      Semua mulai bergerak mundur. Kuasa Illahi dari Cawan Suci mulai aktif, dan mengembalikan semuanya. Seperti permintaan Raja Mellow. Semuanya tereset. Hingga jernih, putih, dan suci. Semuanya menghilang.





][ EPILOGUE ][

      Kosong.


      Hening.


      Sepi.


      Sejauh mata memandang, hanya terhampar ruangan kosong, tanpa ada siapapun. Kanan kiri.


      Kosong….

      "Di mana aku?"


      "Wonderwall."


      "Apa itu?"


      "Dimensi tempatku berada."


      "Kau, [Administrator]. Di Wonderwall?"


      "Ya. Selamat datang di Wonderwall. Baru kali ini aku menemukan peserta yang malah mewujudkan permintaan orang lain dibanding dirinya."


      "Ya… habis mau bagaimana. Para Bojekers juga berkorban nyawa buat nyegel delapan harta sialan. Mau minta mengembalikan mereka juga egois banget kalau bermodal Cawan Suci," ungkapku.


      "Sehingga?"


      "Anggap saja itu tugas terakhir mereka sebagai Bojekers. BOJEK NO TAME NI. WARE WARE WA, JUUSHA NO SHUJINKO. KAMI, BOJEKERS SEJATI, AKAN MENJADI PENGIKUT PROTAGONIS, HINGGA AKHIR HAYAT KAMI." Kira kira begitu ucapan mereka.


      "Manusia selalu menarik di mata kami. Ada lagi?"


      "Ah iya. Kejadian barusan, mungkin ini yang sempat kuutarakan pada salah satu Bojekers yang memutuskan untuk pensiun."


      "Apa itu?"


      "Perjalanan akan berakhir, apabila mereka menemui kematian, atau tujuan akhir mereka. Lalu  bagaimana jika tujuan akhir mereka adalah kematian? Maka biarkanlah ideologi mereka abadi, dalam cerita di sepanjang perjalanan hidup, setiap insan yang tengah berjuang mencari alasan mereka eksis."

      "Menarik sekali pribadi sepertimu, Tora Kyuin. Baiklah. Sebagai hadiahnya...."


      "Loh, kirain kamu reset waktu tadi, itu hadiah utamanya…"


      "Bukan. Itu semata-mata cuma ajang buka hasrat manusia saja."


      "Okay, so?"


      "Baiklah. Magismu sudah sejak tadi pulih. Dan, untuk hadiah utamanya, kau boleh menyimpan diriku sebagai kekuatan barumu."


      "Oh, yiss! Soundcloud balik... What?"


      "Ya. Kau boleh menyimpan Cawan Suci ini. Anggap saja upah letih dari petualanganmu. Tapi dengan dua syarat."


      "Apa itu?"


      "Buang identitasmu saat ini. dan beritahu aku rahasiamu memenangkan turnamen ini. Rasa-rasanya aku perlu belajar dari kalian."


      "Wow wow wow wow, membuang identitasku? dengan upah kontrol akan delapan kekuatan barusan?"


      "Kau menolaknya?"


      "Bukan begitu, tapi itu urusan belakangan saja."

"Sekarang, syarat pertama. Beritahu rahasiamu, wahai manusia"


      "Baiklah. Rahasiaku memenangkan ini? Gampang."


      "Bukan kekuatan yang mendominasi, namun bagaimana kau memanfaatkan kekuatan tersebut agar bekerja sesuai dengan apa yang kau mau"


      "Sungguh menarik, Manusia. Dan sekarang, syarat kedua."


      "Untuk syarat kedua...."


      "Eiyooooo pak bosss…."


      "Identitas baruku adalah…."


NEW GAME+. PROCEED TO PLAY?
[YES] [NO]
.
.
.
[YES]

                                                            =#=


      Satu kata buat Bojekers?


      Rumah.


      Ambil Bojekers dariku, maka aku bukan siapa-siapa.


      Dan ketika betul diambil…


      Mungkin aku sudah bukan diriku lagi.



= The End=


Komentar