Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

[R4] Zenistia Nisrina - The Diference Between Villain and Heroes

By: Mayn Urr Izqi The Diference Between Villain and Heroes "Sampai bertemu di ronde selanjutnya," sudah setengah jam yang lalu Zenistia mengatakan itu pada Super. Pasang demi pasang peserta telah memasuki labirin, meninggalkan Zenistia dan Riska yang masih belum memasukinya. Matahari mulai menyembunyikan dirinya. Tak ada lagi langit kebiruan, itu telah digantikan dengan semburan warna merah di ufuk barat. Dengan lembutnya angin yang menerpa rambutnya, Zenistia menyiapkan dirinya. "Baiklah, kalian yang terakhir. Silahkan masuk dan semoga beruntung," panitia mengatakan itu sembari memberi jalan pada Zenistia dan Riska. Ke duanya saling mendekat dan bertatap mata. Kali ini Zenistia beruntung. Selain dipasangkan dengan ras non manusia, tidak akan ada orang lain yang akan melihat atau pun mendengar apa yang akan terjadi nantinya. Dengan kata lain dia bebas. Ke duanya bertatap untuk beberapa detik sebelum Riska tersenyum ramah, tapi tanpa menghir

[Ronde 4] Ifan - What About My Point of View?

By: Nameless Ghoul #1 Hawa dingin menerpa. Amis adalah yang pertama kali tercium. Kulihat lorong panjang, temaram dan merah. Dindingnya tersusun dari tulang-belulang, mungkin setinggi tiga meter, tanpa atap. Langit merah kelam tak berbintang. Penerangan berupa obor-obor yang dipasang tiap jarak tertentu. Keadaan begitu senyap sampai-sampai langkah Solar Solitaire terdengar nyaring sekali. Sambil jalan, ingin rasanya mengobrol. Aku mulai benci keheningan ini. Tapi mau ngomong apa? Bagaimana kalau dia akan menyakitiku? Atau, bagaimana kalau dia sudah disuruh orang melenyapkanku? Apalagi pembunuhan tak lagi dilarang… Tidak, tidak, jangan buruk sangka. Bila benar pun, kita punya senjata. Keraguan membuat orang tidak maju-maju bahkan menurunkan IP. Kutarik napas. Jadilah potato berusaha. "Ehem, halo, namaku Ifan. Dari bumi. Kau?" Solar tak menjawab. Muka helmnya menghadapku. Tanganku bersiaga menarik pistol teleportasi. Tapi dia menyahut dengan nada

[Ronde 3] Worca Shiwite - A Grande Focus

By: Ten Percent Roll [1] “Cepat cari!” Bak salmon berenang melawan arus sungai, Kereta Brigade Alfan membelah padang pasir. Tanpa hamparan kerikil yang meredam getaran, mesin uap itu kini bergoyang hebat. Sang masinis berkonsentrasi mengemudi, sementara klona bonekanya bebar menyebar, mencari seseorang. “Kau benar-benar tak mau membantu sesuatu yang telah jadi tanggung jawabmu, Naada?” Tanya Alfan. Yang ditanyai hanya menyunggingkan senyum, sebelum kembali mencorat-coret buku dengan pena hitam. Ameyuki selaku pelindung atap gerbong melangkah memutar. Sang dewa hujan samar-samar mendengar deru motor, namun tidak menemukan si roda dua di sisi manapun. “Apakah akan ketahuan?!” Pekik seorang komentator di ruang rekaman. Para penonton berteriak girang -- menonton aksi Balthor mengemudi horizontal di badan kereta. Dan, ia membawa penumpang. “Maju sedikit,” bisik gadis bersurai biru-putih sedikit keras. Balthor memajukan sepeda motornya lima meter. Ame yang hanya melih

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya