[Ronde 1] Abu - Dia yang Menekan Pemicu di Garis Finish

oleh : Heru Setiawan

[1]

Aku merekrut orang yang salah!

Mungkin begitulah yang terlintas di benak Miranda Hadyatha saat pria beruban itu muncul di hadapannya. Tanpa basa-basi, dua potong kepala manusia tak bernyawa dilemparkan pria tersebut hingga menggelinding ke sisi Miranda. Sang CEO Hadyatha mengenali potongan kepala itu sebagai dua pegawainya yang bertugas merekrut peserta.

Soraya, adik Miranda yang berdiri di belakang sang kakak langsung pingsan melihat hal tersebut. Beberapa pegawai Hadyatha lekas membopongnya keluar sementara pegawai-pegawai lain, yang tampak lebih kekar, langsung bersiaga dengan senjata mereka.

“T-tenang! Pria ini adalah salah satu rekrutan kita untuk ajang BoR Infinity,” seru Miranda seraya mencegah bawahannya agar tidak bertindak gegabah.

Sekali lagi Miranda mengamati sosok yang membuatnya ngeri itu. Tak ada yang spesial dari penampilannya, seperti seorang veteran perang biasa dengan rambut cepak beruban dan kacamata hitam.

“S-selamat datang di Hadyatha!” sapa Miranda sambil berusaha untuk tetap tenang. “Baik sekali dirimu menyempatkan diri untuk berkunjung. Apakah bisa kusimpulkan kalau kau setuju menjadi peserta BoR Infinity di bawah sponsor Hadyatha Group, wahai Abu sang teroris?”

Pria yang dipanggil sebagai Abu terdiam sejenak sebelum menjawab singkat, “Ya.”

“Dan yang kau inginkan adalah ... uang yang banyak?”

Kali ini Abu hanya membalas dengan senyuman sinis.

Melihat reaksi itu, Miranda menebak kalau uang bukanlah tujuan sang rekrutan. Jika demikian, mengapa dia memilih Hadyatha Group sebagai sponsor? Formalitas belaka?

“Kalau bukan demi uang, u-untuk apa kau mengikuti ajang ini?”

Miranda menelan ludah. Bahkan untuk CEO yang lihai bernegosiasi seperti dirinya, berbincang-bincang dengan sosok Abu mampu membuatnya begitu tertekan.

“Kalian penguasa mengincar harta,” tutur Abu. “Aku ... hanya mengincar Tuhan.”

Setelah itu, sang teroris berpaling. Satu ledakan flashbang membutakan pandangan Miranda dan seluruh pegawai Hadyatha di ruangan tersebut untuk beberapa saat. Saat mereka bisa kembali melihat, sosok Abu sudah tidak ada.

Kembali Miranda menjerit dalam hati.

Aku merekrut seorang TERORIS! Astaga!!

[2]

Ibnu Rasyid si robot tampak sibuk mengatur Hangar Dimensi, tempat para perekrut melintas dimensi untuk menjaring peserta. Ibnu Rasyid duduk di ruang kendali menghadap sejumlah monitor besar dengan meja panel yang dipenuhi puluhan tombol dan tuas. Berbagai macam diagram terpampang pada monitor-monitor tersebut, memuat informasi mengenai segala persiapan yang dilakukan si robot untuk memastikan semua berjalan lancar.

Suatu ketika, Ibnu Rasyid tersentak dari tempat duduknya. Alarm internal di tubuhnya berbunyi. Ada seseorang di belakangnya!

Refleks, dia bangkit dan berbalik sembari mencuatkan berbagai macam senjata dari tubuh robotiknya. Namun yang dia dapatkan hanyalah seorang pria tua berambut cepak.

“Kau..? Salah satu peserta? Bagaimana kau bisa masuk ke ruang kendali? Ada perlu apa!?”

Yang ditanya malah balik bertanya, “Kau yang mengurus semuanya?”

Tidak terintimidasi oleh puluhan senjata yang mencuat dari tubuh robotik Ibnu Rasyid, pria tua itu mendekat maju. Dia mengamati layar monitor di ruang kendali itu satu demi satu.

Sementara itu, memori internal Ibnu Rasyid langsung memproses data para peserta yang dimilikinya. Informasi tentang si penyusup pun didapatnya.

“Sekali lagi kutanya, hai teroris!” bentak si robot. “Apa yang kau lakukan di tempatku!?”

Sang teroris tidak menjawab. Dia hanya meletakkan suatu benda kecil pada meja panel Ibnu Rasyid. Setelah itu, pria tersebut bergegas keluar ruangan.

Mendengar bunyi tik-tok-tik-tok dari benda kecil itu, Ibnu Rasyid menggeram kesal. Tak ada yang bisa dilakukannya selain melompat keluar secepat mungkin dengan cara menerjang tembok kaca ruang kendali.

Detik berikutnya, ruang kendali sudah meledak dahsyat. Tiang-tiang besi membengkok, pecahan kaca menyebar ke segala arah, sedangkan semua yang ada di dalam ruangan itu hancur tak berbentuk.

Ibnu Rasyid terguling di lantai hangar. Dia bangkit. Diperintahkannya semua robot bawahannya untuk mencari si penyusup. Ratusan robot pun bergerak menyebar ke seluruh area Hangar Dimensi.

Namun sosok Abu si teroris tak ditemukan di manapun.

[3]

Bising ledakan memecah hening malam. Menara timur Istana Gwenevere runtuh. Puluhan prajurit mati seketika, tak sempat mengelak dari petaka. Begitu pula dengan belasan pelayan istana yang bertugas di sana.

Panik melanda seluruh isi istana. Sesuai protokol, Raja Mellow diungsikan ke bunkerberlapis baja di bawah tanahdikawal pasukan elit Gwenevere.

“Tunggu! Aku belum selesai berdandan—”

Kali ini, protes sang raja tak digubris. Pengawal elitnya tetap menggiringnya ke tempat perlindungan.

Situasi tidak mereda, ledakan berikutnya pun muncul. Kali ini lebih besar.

Yang disasar adalah Balai Kota beserta sejumlah bangunan yang ada di pusat Ibukota. Letaknya setengah kilometer di selatan istana. Korban rakyat berjatuhan, begitu pula dengan para senator yang tengah beraktivitas di Balai Kota. Ratusan warga kota histeris.

Sebagian besar pasukan kerajaan dikerahkan menuju wilayah Balai Kota untuk menangani masalah. Sementara sisanya tetap melakukan pencarian di dalam istana. Masalahnya hanya satu. Mereka tidak tahu siapa pelaku penyerangan ini dan berapa jumlah mereka.

Saat situasi semakin kritis, tersisa seorang ksatria Gwenevere saja yang tidak panik. Dia bergerak cepat menaiki tangga sayap barat istana, menuju ruang kerja sang Raja. Instingnya bekerja menebak tujuan si pelaku teror.

[4]

Ruang kerja bertembok kaca itu sudah berantakan. Lima prajurit istana tergeletak tanpa nyawa dengan luka tusukan di leher. Sejumlah vas tumbuhan yang menghias ruangan tampak pecah dengan tanah berserakan di lantai. Sementara di pojokan, terlihat sosok bermasker gas tengah membuka-buka berkas yang diambilnya dari meja kerja sang Raja.

Berkas itu berisi data dari seluruh peserta, bukan hanya rekrutan Kerajaan Gwenevere, melainkan rekrutan dari Hadyatha Group, dan juga NGSR.

Sempat dia meragukan kevalidan data pada berkas tersebut. SBukan apa-apa. Baru kali ini dia melihat berkas profil yang dihiasi ilustrasi vektor nan lucu. Tidak pernah dia mendapati hal seperti itu selama berpuluh tahun menekuni profesinya di dunia hitam. Bukan hanya itu, profil-profil yang tertera di sana pun banyak yang ajaib. Hantu? Telepon hidup? Elf? Iblis? Dewa? Nalarnya benar-benar ditantang di sini.

Ketika dia sedang asyik mengecek berkas-berkas itu, sudut matanya menangkap perubahan. Kumpulan tanah yang berserak di lantai tiba-tiba berubah bentuk, menampilkan bekas jejak sepatu. Tak ada suara langkah kaki tapi jelas kalau di ruangan itu telah hadir sosok lain selain dirinya.

Tanpa basa-basi, sosok bermasker gas itu menembakkan pistolnya ke samping. Enam kali tembakan. Empat peluru hanya mengenai tembok sementara dua sisanya secara aneh seperti menghilang di udara. Terdengar bunyi tetesan darah, kecil saja. Rupanya dua peluru tersebut berhasil bersarang di badan sosok tak terlihat itu.

Setelah itu, derap langkah kaki terdengar mendekat dengan cepat. Sosok bermasker tahu kalau dirinya akan diserang. Tetapi dia sigap. Bom asap pun dilepaskannya. Ruangan dipenuhi asap lebat yang menutupi semuanya.

Kini mereka bergerak hanya berdasarkan insting dan pendengaran. Terdengar bunyi benturan pukulan dan tendangan yang bertubi-tubi, begitu cepat. Sejumlah desing tembakan pun terdengar, begitu pula dengan suara lengkingan bilah senjata tajam yang terayun.

Tak sampai semenit berlalu, salah satu di antara mereka sudah terhempas ke belakang. Sebuah cakram terpental ke atas dan menancap di langit-langit. Kemudian terdengar derap langkah menjauh milik sosok satunya lagi.

“Berhenti! J-jangan kabur kau penyusup keparat!!” seru salah satu di antara mereka, suaranya terdengar seperti wanita.

Tak ada balasan. Si penyusup sudah kabur membawa berkas yang diincarnya. Si wanita berusaha mengejar namun tubuhnya malah terasa berat.

“Ini...? Jangan-jangan?”

Barulah dia menyadari kalau asap yang memenuhi ruangan itu ternyata beracun. Sudah satu menit ini dia menghirupnya. Badannya mulai lemas, pandangannya memudar. Wanita itu mengurungkan niatnya untuk mengejar.

“Ksatria Gwenevere terkuat? Hhh ... sudah kuduga aku tak pernah pantas menyandang gelar itu.”

Si ksatria wanita berjalan tergopoh menuju ruang medis di lantai bawah.

Satu yang tak habis dipikirkannya. Ledakan di istana adalah untuk mengusir Raja Mellow dari ruang kerja. Ledakan lain di wilayah Balai Kota tentu saja agar penjagaan di istana menjadi berkurang drastis. Telah begitu banyak nyawa melayang. Jangan bilang kalau semua itu hanya untuk mencuri berkas. Monster apa yang dihadapinya tadi?

[5]

Kamar-kamar di Hotel Hadyatha telah penuh. Sebagian besar diisi oleh para peserta yang datang dari berbagai jenis semesta. Sisanya dipakai tamu-tamu berduit yang hendak menyaksikan perhelatan ini dari dekat.

Tampak beberapa peserta menikmati fasilitas hotel berupa gym, kolam renang, sauna, game center, ataupun sekadar bersantai di taman hotel. Tak sedikit pula yang hanya berdiam di kamar mereka masing-masing. Termasuk Abu.

Abu duduk di pinggir kasur. Dia mulai menjahit sejumlah luka sayatan yang menganga lebar di perut dan punggungnya. Hasil pertarungan kemarin malam. Andai dia ceroboh sedikit saja malam itu, riwayatnya akan berakhir saat itu juga.

Sejenak, Abu pun merenung.

Di dunia asalnya, dia telah melakukan banyak hal gila yang membuatnya menjadi buruan paling dicari di seluruh dunia. Pembunuhan beberapa kepala negara adidaya? Sudah dilakukannya. Pembantaian ratusan anak sekolah yang sedang berwisata di taman hiburan? Mudah saja. Peledakan sejumlah museum besar seperti British Museum dan Louvre Museum? Pekerjaan kecil. Dia tidak peduli dengan jutaan koleksi seni yang dikatakan tak ternilai itu. Semua musnah di tangannya.

Kemudian dua hal terakhir. Teror terbesar yang pernah dia hadiahkan kepada dunia adalah pelenyapan Vatikan dan Masjidil Haram dari muka bumi. Ya, jika sekarang para turis berkunjung ke Roma, mereka hanya akan menemui puing-puing Vatikan. Jemaat Muslim pun kini tidak tahu harus berhaji ke mana setelah Ka’bah tidak ada lagi.

Namun semua yang dilakukannya itu belum cukup untuk menarik perhatian Tuhan.

Abu tertawa kecil.

Setelah datang ke tempat ini, dia sadar akan satu hal. Mungkin dunia tempat dia berasal terlalu remeh untuk dipedulikan Tuhan. Ternyata ada begitu banyak semesta lainnya. Harapan Abu belum sirna. Dia akan terus mencari cara untuk membuat Tuhan turun ke hadapannya.

Sementara itu, monitor televisi di kamarnya terus menampilkan sosok Ibnu Rasyid si robot dan Soraya dari Hadyatha yang terus mengoceh tentang tetek-bengek perhelatan Battle of Realms Infinity. Sama sekali tak ada berita tentang teror yang terjadi di Kerajaan Gwenevere. Mungkin Raja Mellow menutupi semuanya. Abu tidak terlalu peduli. Dia fokus pada tujuannya datang ke tempat ini.

Lukanya sudah beres dijahit. Sekarang dia bangkit dan bersiap.

Ronde 1 telah dimulai.

[6]

Peraturannya sederhana yaitu sampai di garis finish dalam kondisi hidup.

Arenanya adalah Isla Wunder yang berlokasi di region Esmetas Waya-Waya. Pulau ini sangat indah. Cocok untuk tempat rekreasi jika saja tidak dipenuhi oleh reptil-reptil purba yang buas, baik itu di darat, laut, ataupun udara. Semuanya adalah hasil teknologi kloning dari NGSR, dirancang oleh Ibnu Rasyid sendiri.

Peserta boleh menggunakan kendaraan yang mereka bawa dari dunia mereka sendiri atau memanfaatkan stok yang disediakan panitia berupa ATV, jetpack, ataupun perahu motor. Ketika sampai di garis finish, ada peti harta misterius yang sudah menanti.

Pistol suar telah ditembakkan, aba-aba dimulainya balapan.

Para peserta langsung tancap gas, melaju dengan kendaraan mereka masing-masing.

Beberapa di antara mereka tampak cukup normal dengan mengemudikan berbagai jenis sepeda motor maupun mobil.

Peserta-peserta lain ada yang melesat menaiki papan luncur yang bisa terbang, ataupun mengendarai kereta luncur yang ditarik sejumlah boneka salju yang bisa terbang, ataupun kereta kuda yang ditarik kuda ajaib dan juga bisa terbang.

Tak mau kalah, ada juga sejumlah peserta yang menunggang hewan seperti serigala, babi, ataupun monster dengan rupa yang tak terdeskripsikan. Bahkan satu peserta tampak mengendarai semacam robot tempur yang bisa bertransformasi.

Satu-dua peserta terlihat seperti berlari dengan kecepatan di luar akal sehat. Namun jika dilihat lebih teliti, ternyata mereka sedang menggunakan sepatu roda berteknologi tinggi ataupun sepatu ajaib berkekuatan sihir.

Di sisi lain, banyak juga peserta yang terpaksa hanya bisa menggunakan kendaraan yang disiapkan panitia. Abu salah satunya.

Abu tidak tampak terburu-buru. Dia menaikkan tas ransel besar ke kursi belakang ATV yang hendak dikendarainya.

Tak lama, datang mendekat seorang pria berambut mohawk. Dia mengendarai motor trail berhiaskan tengkorak serigala di depan. Dengan rokok masih menempel di pinggir mulut, dia menyapa.

“Hei, tentara tua. Ikutan balap juga? Mencari kesenangan di masa pensiunmu, hah? Boleh juga hobimu.”

Abu membalas singkat, “Aku bukan tentara.”

“Lalu apa?” pria mohawk itu turun dari motornya. “Sedang cosplay menjadi Kolonel Hannibal Smith? Ahahaha! Oh, iya. Balthor namaku.”

“...”

“Pelit bicara, rupanya. Memangnya apa pekerjaanmu?” desak Balthor yang masih sok akrab.

“Meledakkan orang,” jawab Abu.

Balthor terusik oleh jawaban tadi. Namun dia masih ingin berpikir positif, “Ahahaha! J-jangan bercanda begitu!”

“Meledakkan gedung, fasilitas umum, apapun,” lanjut Abu.

Kali ini raut muka Balthor si pria mohawk berubah drastis. Wajah cerianya menghilang berganti kerutan penuh amarah. Disemburkannya rokok di mulutnya ke tanah lalu tangan kanannya mulai mengepal.

“Jadi kau seorang teroris, hahh?!!”

Tinju Balthor melesat.

Bagaimanapun, serangan itu gagal mengenai target. Telah muncul orang ketiga yang menahan tinju Balthor dengan gagang tombak.

“Bukan begitu cara memperlakukan orang tua!” hardik si pengguna tombak. “Dan jangan buang rokokmu sembarangan! Salah-salah, bisa bikin kebakaran, tahu!”

Sosok yang muncul adalah pria dengan kostum aneh jingga-biru, bertopeng, dan berhelm besi.


“Aku adalah Spearman, superhero pembasmi kejahatan pewaris semangat Mighty Lancer!” seru si tombak aneh.

“Siapa yang bertanya soal julukanmu?!” maki Balthor. “Kenapa kau menghalangiku meninju teroris bangsat itu?!”

Spearman tersentak, “Apa? T-teroris!?”

Benak Spearman berkecamuk. Teroris termasuk penjahat paling keji di kamussuperhero. Penebar rasa takut, perusak keamanan.

“J-jadi pria beruban tadi adalah seorang teroris?” Spearman masih tak percaya.

“Dia sendiri yang mengaku begitu!” balas Balthor.

Bodohnya, saat Spearman dan Balthor sibuk bercakap-cakap, Abu si teroris sudah melajukan ATV-nya. Dia pergi tak peduli.

Balthor meradang. “Hei, tunggu dulu, tua keparat! Aku belum selesai denganmu!” Segera si pria mohawk menaiki motor trailnya lalu mengejar.

Tinggallah Spearman kebingungan. Apa yang harus dilakukannya? Akhirnya dia pun ikut menyusul dengan berlari. Terlalu panik dia sampai lupa menggunakan kendaraan apapun.

[7]

Sejam berlalu, banyak yang berguguran.

Di laut, permukaan air terlihat memerah oleh darah. Peserta-peserta yang bernasib sial telah jadi santapan hiu purba megalodon, sisanya dilahap mesosaurus. Tampak pula sosok bocah berkostum ninja sedang berenang panik, menjauh dari perahu motornya yang karam. Berseru dia, “S-sudah kubilang tadi! Mestinya kita pakai kapal yang LEBIH BESAR!”

Di udara, kerumunan pteranodon tidak membiarkan para peserta melintas dengan tenang. Tak sedikit yang harus jatuh dari ketinggian karena kendaraan mereka dirusak reptil terbang tersebut. Peserta yang lebih malang harus pasrah ketika dirinya diculik gerombolan pteranodon untuk dibawa ke sarang.

Sementara itu, sebuah kereta luncur terjatuh dari langit. Boneka salju yang menariknya telah meleleh akibat udara panas. Pemuda berpakaian biru terlempar dari kereta luncur barusan. Beruntung dia menghantam tanah dengan tidak begitu kuat. Namun sial, berjarak 100 meter darinya sudah tampak seekor t-rex yang meraung buas. Monster itu berlari ke arah pemuda tersebut.

“Hei, tunggu apa lagi? Cepat naik!”

Suara itu datang dari seorang gadis berambut pirang yang mengendarai mobil klasik berwarna ungu. Tanpa pikir panjang, pemuda itu segera menumpang masuk. Mereka berdua pun kabur dari kejaran t-rex.

Semua berjuang untuk bertahan hidup. Yang kuat, maupun yang cepat.

[8]

Masih di kawasan hutan, Abu menghentikan ATV-nya secara tiba-tiba. Dia merasakan sesuatu. Turunlah dia sambil menghunus pisau.

Di belakang, Balthor dengan motor trailnya masih gigih menguntit. Abu melirik namun bukan karena kedatangan Balthor. Pandangan mata si pria tua terfokus pada pergerakan di semak-semak.

Dan benar saja.

Seekor velociraptor melompat dari balik semak itu, menerjang motor Balthor!

Balthor terjungkal. Dia tidak bisa bergerak karena tertimpa motornya sendiri. Paniklah Balthor saat si velociraptor bersiap untuk menerkam dirinya. Namun keberuntungan masih menaunginya. Abu lebih dulu menikam leher si reptil buas dari belakang sebelum reptil itu menerkam Balthor.

Abu menghunjamkan pisaunya sembari memanfaatkan berat seluruh badannya untuk menjatuhkan velociraptor tersebut. Reptil itu pun tumbang. Abu menekan pisaunya semakin kuat, si monster kecil hanya bisa mengerang menyedihkan sebelum akhirnya tak bersuara lagi.

Namun Abu belum berhenti sampai di sana. Dia terus menggorok hingga kepala velociraptor itu terlepas dari pangkal lehernya. Diangkatnya potongan kepala itu dengan tangan lain.

Balthor yang menyaksikan itu hanya bisa bergidik ngeri.

“A-apa yang kau lakukan, teroris gila?!”

Tak ada jawaban dari Abu. Balthor tidak dianggapnya penting.

Berikutnya dari balik semak-semak, muncul tiga ekor velociraptor lainnya. Mereka bergerak berkelompok, mencoba mengepung Abu. Akan tetapi, pria itu tidak gentar. Dia malah menjulurkan potongan kepala velociraptor yang tadi dia bunuh ke arah kawanan tersebut.

Tak ada serangan dari ketiga velociraptor itu. Malahan, saat Abu melemparkan potongan kepala tadi ke arah kawanan tersebut, mereka langsung kabur ketakutan.

Ketika situasi sudah aman, Abu kembali menaiki ATV-nya, meninggalkan Balthor yang masih berbaring tak berdaya.

Pria mohawk itu hanya bisa memukul tanah, kesal.

Selang beberapa menit, datanglah Spearman dengan napas terengah-engah. Melihat kondisi Balthor yang terjepit, buru-buru sisuperhero menolong. Tak lupa dia memberikan ceramah heroik, “Kita memasuki wilayah berbahaya. Jangan bergerak sembarangan!”

Balthor mengangguk malas.

Setelah itu, mereka sepakat untuk bekerja sama. Spearman membonceng di belakang sembari bersiaga dengan tombak sementara Balthor fokus mengemudikan motor trailnya.

“Oh iya, di mana si teroris itu? Bukankah kau tadi mengejarnya?”

“E-entahlah. Aku tidak bertemu dengannya sama sekali di hutan ini. Sama sekali t-tidak!”

[9]

Terhempas Abu dari ATV-nya. Pria itu berguling menghantam tebing berbatu tajam yang mampu mengiris kulit. Beberapa tulangnya terasa remuk. Dia gagal lepas dari kejaran t-rex yang mengikutinya sejak keluar hutan. ATV yang dikendarainya pun ringsek karena gigitan reptil raksasa itu.

Abu melompat bangkit, bersiap untuk menghadapi serangan selanjutnya. Namun rupanya hal itu tidak diperlukan. Dia melihat t-rex tersebut malah asyik mengorek-orek ranselnya yang tertinggal di ATV.

“Kadal berotak kecil.”

Abu mengambil alat pemicu dari kantong rompinya. Ditekanlah pemicu itu tepat saat si t-rex menggigit ransel tadi.

Bom yang tersimpan di dalam ransel pun meledak dahsyat. T-rex meraung keras ketika separuh mulutnya hancur. Air liurnya memuncrat, berpadu dengan darah, serpihan daging dan tulang.

Kehilangan keseimbangan, kadal tersebut terjatuh dari tebing curam. Getaran kuat tercipta ketika badan 9 ton itu menghantam permukaan tanah. Debu beterbangan. Bebatuan rontok dari tepian tebing akibat getaran tadi.

Namun T-rex itu masih hidup. Dia bangkit lalu pulang ke hutan dengan langkah limbung.

Kini Abu hanya perlu menuju garis finish 1 km di depannya.

[10]

Sudah ada beberapa peserta yang mendahului Abu sampai di garis finish. Peserta lain pun mulai bermunculan satu demi satu, semua mendekat ke titik terujung Isla Wunder.

Abu menghentikan langkahnya sekitar 5 meter dari garis finish. Dia mengambil satu lagi alat pemicu dari dalam rompinya.

“Ini salam dariku.”

Tanpa ragu ditekannya pemicu itu.

Akibatnya, seluruh kendaraan yang disediakan oleh panitia pun meledak serentak. Letupan hebat tercipta di berbagai penjuru, bersamaan dengan hilangnya banyak nyawa dalam sekejap.

Sungguh malang nasib para peserta yang memilih untuk menggunakan kendaraan yang disediakan panitia. Sehari sebelumnya, Abu sudah menyabotase semua kendaraan itu.

Miranda Hadyatha dan Ibnu Rasyid yang mengamati dari balik monitor hanya mampu menggeram kesal. Bagaimana mungkin mereka bisa kecolongan seperti ini?

Abu melanjutkan langkahnya melewati garis finish.

Peti harta dengan desain buruk pun muncul dan terbuka. Abu mengambil benda yang dikeluarkan peti itu. Kemudian dirinya menuju pilar teleportasi di ujung tebing. Sosoknya menghilang setelah menyentuh panel pada pilar itu.

[R1 - selesai]

Komentar

  1. Singkat. Padat. Jelas. Dateng2 bikin ricuh. Kerad kali ni bocah. Teroris kayak gini wajib masuk incaran Most Wanted suer. Ato masuk [Para Pencari Tuhan]

    Pacing cepat tapi tektoknya enak dibaca. Kayaknya tema balapan disajikan di gaya penulisannya sih. Seru banget.
    Endingnya rada shallow, cliffhanger macem anime2 gtulah. Ato sengaja ga finish?

    Anyway. Skala 1-10, ini 8.5/10
    from Tora Kyuin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si Abu melewati garis finish kok .-. Cek di dua paragraf terakhir.

      Batasan 3000 kata memang sedikit memaksa saya memakai narasi singkat padat dan pacing yang cepat.

      Tengkyu sudah membaca dan menyumbang poin~

      Hapus
  2. hyaa domo...

    om-om terro keren bat.. keknya kalau di limit lebi dari 3k bkal lebi kerad nih yak... tapi disini... masih banyak yg di sembunyiin.. atau sengaja gk ditulis. like yhaa paling gk isi perbekalan si, toh bukan hal gede juga.

    tapi ttp demen sama pacingnya yg lompat2 tapi nyambung..

    hai.. dari Azusa dapet 9/10 :D

    Motomiya Azusa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, makasih. Sudah berkomen dan menyumbang poin~

      Ini udah ngabisin 1600 kata buat intro Abu (kunjungan ke 3 penguasa). Jadinya ya sisa sedikit saja untuk mengeksplor battle dan interaksi dengan karakter lain. Detail-detail tak penting pun mesti dipangkas. Bahkan saya biarkan isi peti harta tidak disebutkan dapat apa 😅

      Mungkin babak selanjutnya bisa lebih intens.

      Hapus
  3. Saya kira dengan tiga ribu kata gini bakal susah masukin stuff yang bukan balapannya, tapi masih bisa aja ternyata. Walau akhirnya mengorbankan tempo balapannya. Abu ini walau tindakannya memang terkesan sadis, saya ga merasakan karakter apa apa. Apa karena dia pendiam? rasanya bukan. Saya malah merasa tindakan dia dilakukan oleh orang lain, soalnya antara karakterisasi, cara dia ngomong yang plain itu jadi ga cocok sama tindakan dia. Saya aja kali ya. But it bother me a lot....

    ini 8/10

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belum terlalu banyak interaksi dengan karakter lain sih, jadi ya memang belum terlalu saya coba masuk ke karakterisasi.

      Kalau soal cara ngomong yang nggak sesuai sama tindakan dia, hmm ... saya bingung. Soalnya dia memang bukan karakter penjahat yang banyak bacot sih. Bukan juga tipe saiko yang sering ketawa gila hahaha gitu.

      Eniwei, trims sudah berkomen dan memberi masukan~

      Hapus
    2. ah lupa, buat panitia
      Nama OC : Charlotte Izetta

      Hapus
  4. O_O
    Wow, just wow. Tone cerita Abu berbeda entri mas Heru di BoR sebelumnya. A darker, pesimistic tone. Belum mulai balapan saja Abu sudah buat masalah di tiga kubu panitia dan seakan menjadi puncak kekacauan yang dia buat, ledakan di akhir cerita cocok untuk mengakhiri entri Abu.

    Saya terkejut 1000 kata pertama bisa dimasukan intro sebanyak itu.

    Verdict? Call in the S.W.A.T. Team! We got a badass to takecare of!
    Nilai 9/10

    OC : Morgen "Charta" Charterflug.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepatnya sekitar 1600 kata untuk intro, jadinya nyisa 1400 kata aja buat balapannya, ahahaha 😅

      Dengan batas kata yang sedikit ini, sebenarnya saya masih belum menggali karakterisasi si Abu karena kuota kata terpakai untuk aksi dan segala macamnya. Mungkin di babak-babak selanjutnya bisa saya mulai eksplor.

      Makasih komentar dan sumbangsih poinnya~

      Hapus
  5. Holy fucken sheet, did I just watch(??) The Bourne? Atau mungkin Agent 007 yang kena brainwash jadi seorang teroris? Atau saya salah baca judul? Ini entry Abu? Bukan cerpen tentang Chuck Noris kan?

    Balthor nggak salah, Abu bukan cuma cosplay jadi Hannibal, ABU ITU HANNIBAL.

    Hannibal yang brengsek. Asli brengsek. Manusia brengsek yang nggak menghargai nyawa, gak mikir panjang main ledakin sana sini aja.

    Tapi kebrengsekan-nya itu enak buat diikutin. Karakter anti-hero gini emang selalu terasa menarik. Entry yang singkat ini sukses menancapkan pemahaman akan siapa sebenarnya Abu terhadap saya sebagai pembaca.

    Abu memang brengsek.

    Score 9/10
    OC : Dian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan Hannibal si pembunuh sih, tepatnya ... tapi Hannibal Smith ketua The A Team .-.

      Hapus
  6. Abu ternyata memang calon-lawan yang benar-benar mengerikan. Sudah ada begitu banyak nyawa yang melayang padahal ini baru babak 1. Saya tidak tahu kalau dia ikut r2 bakal bagaimana, apa bakal meledakkan menara Bebal dan kendaraan di jalan raya atau membunuh semua orang di culinary booth. Tindakan Abu benar-benar esktrim. Karakterisasinya simpel: bunuh tanpa banyak pikir, tapi terlalu berbahaya. Membaca entri ini sangat membuat saya terhibur. Saya bahkan penasaran kejahatan macam apa lagi yang Abu bakal perbuat. Saya beri nilai 8/10.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sedang dipikirkan, bagaimana enaknya menutup cerita R2. Semoga bisa beres tepat waktu.

      Hapus
  7. Tua-tua masih kerad.
    pembukaannya tipe yang gw suka (langsung aksi, ricuh pulak) + narasinya enak dibaca.
    Balapannya oke. Setiap karakter dapet porsi.

    Sayang, karakter Abu rasanya kurang konsisten. Beliau tipe anti-hero yang sosiopat akut tapi justru rela berhenti dan nyelametin Balthor ditengah-tengah, jadi rasanya kyk 'kalau-kamu-mati-aku-didiskualifikasi(?).

    Btw, itu karakter cewek pirang yang nawarin kendaraan di tengah2 apakah semacam cameo tersembunyi atau cuma jadi media pembawa suasana?

    Btw, overall 8/10
    Tom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daripada nolongin Balthor, lebih dibilang itu adalah kesempatan emas buat membunuh raptor yang mengganggu sih.

      Karakter cewek pirang, lalu pemuda berbaju biru, dll., semua adalah OC peserta lain yang sengaja dikasih cuplikan tampil biar kerasa nuansa balapan rame-ramenya.

      Hapus
  8. "Spearman membonceng di belakang." Bukannya itu seharusnya dibonceng ya? Entah itu aku yang salah tangkap atau kamunya yang kurang teliti.

    Btw ceritanya mantap banget...
    Aku suka si Abu yang benar-benar dingin dan langsung to the point.
    Menyingkirkan yang tidak perlu dan terus bergerak maju.
    Overall rasanya kayak baca tulisan pro. Semuanya diperhatikan hingga ke detik yang membuatnya bisa memukau pembaca.

    9/10 dari Zenistia_Nisrina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesuai KBBI, membonceng artinya ikut naik kendaraan kendaraan roda dua (https://kbbi.web.id/bonceng.html)

      Trims sudah mampir dan memberikan kesan komentar

      Hapus
  9. Entri ini wholesome banget, padahal dibatasi 3000 kata tapi bisa masuk semuanya; cerita bg Abu, keterlibatan panitia, cuplikan peserta2 lain (yay ada Litus x)), sampai balapan Isla Wunder. Cuman mungkin karena berat di intro, Spearman sama Balthor jadi ga begitu signifikan sebagai oc tamu.

    Ada referensi-referensi dari dunia nyata bikin Abu kerasa terorisnya~ Apakah Abu juga pernah membunuh hewan peliharaan orang lain terus digantung di depan pintunya buat balas dendam? xD //gak

    Nilai: 9
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya