[Ronde 1] Nyai Dasimah - Ketakutan Nyai Dasima

By: Ribato Linda

Ketakutan Nyai Dasimah

"Aku tidak mengetahui bahwa kematian bisa sangat menakutkan. Jika saja saat itu aku bisa. Ah, kenapa aku menyesali ini. Seharusnya seluruh keberadaanku kugunakan untuk membalas dendam."
Nyai Dasimah membuka mata, menatap dengan tajam kepada ratusan peserta yang telah memulai lomba.
"Aku harus menang dan menghidupkan diriku lagi, agar aku bisa mengajari anak bodoh itu Teknik Enam Pilar yang sangat kubanggakan," Nyai Dasimah menyentuh dagu dengan bola mata yang bergeser ke atas. "Pertama-tama aku harus mencari tubuh untuk kurasuki. Memang aku bisa menang dengan terbang perla–ah tidak. Ini tidak akan seru jika aku menggunakan cara itu. Lagi pula, aku akan sampai di garis finis paling akhir jika menggunakan cara itu. Para peserta benar-benar orang yang sangat cepat, tapi kau tidak boleh menyerah Dasimah. Ini semua demi bocah keriting itu."
Nyai Dasimah melayang, menenelusuri pantai, mencari sisa orang yang dapat dia rasuki. Tepat pada saat itu dia menemukan pria berambut cepak berubah terlihat serius memandangi tanah.
"Apa pria itu sedang berdoa," Nyai Dasimah mengusap dagu seraya mengangguk. "Sepertinya pria itu cocok. Teknik Atma, merasuki."
"S–siapa kau," pria berambut cepak beruban itu menggeser tubuh, mencoba memastikan yang dia lihat dengan mengusap mata. "Sejak kapan kau berada di hadapanku?"
Pria berambut cepak beruban yang terlihat sibuk merakit bom itu mengeluarkan pisau terlihat siap untuk membela dirinya.
"Sial, sepertinya aku salah merasuki orang. Kukira kau adalah seorang yang mempercayai keadilan dan Tuhan sehingga kau mungkin memiliki energi kehidupan yang tinggi," Nyai Dasimah mendesah. "Ternyata kau hanyalah seorang penjahat yang membenci Tuhan. Tapi ... untuk hari ini aku akan meminjam tubuhmu."
"T–tunggu, apa yang–"
Abu mencoba membela diri dengan mengayunkan pisau. Namun, hal itu sia-sia karena Nyai Dasimah telah mengambil tubuhnya
"Merasuki tubuh lawan jenis memang menyusahkan. Bagaimana para pria bisa bergerak dengan benda bergelantungan seperti ini."  Nyai Dasimah mengamati sekali lagi tubuhnya yang kekar dan juga celana dengan banyak kantung yang dia pakai kemudian mendesah.
Nyai Dasimah mulai bermeditasi meningkatkan energi kehidupan sembari mengumpulkan energi roh yang berpendar untuk membentuk bola roh.
"Baiklah aku sudah membuang tiga menit dengan sia-sia. Sekarang ... teknik pilar roh, pilar ketiga patangga."
Tiga bolah roh berkumpul di belakang punggung Nyai dasimah dan mulai membentuk wujud sayap kupu-kupu bewarna biru transparan. Nyai Dasimah melayang di udara, menikmati sapuan angin yang membelah wajah. Sesekali Nyai Dasimah menambah kecepatan dan bergerak berputar di udara layaknya pesawat yang bermanuver.
"Memiliki tubuh memang luar biasa!"
Tak lama kemudian Nyai Dasimah merasa aneh karena matahari yang seharusnya menyinari dirinya tertutup bayangan.
"Apa-apaan makhluk itu!"
Nyai Dasimah terkejut karena seekor petranodon besar sedang menukik ke arahnya. Mengambil tindakan cepat Nyai dasimah, melipat sayapnya agar dia jatuh menukik ke bawah melemparkan satu bola roh yang sudah dia buat saat terbang ke arah matapetranodon dan membuat petranodon itu kehilangan ke seimbangan. Saat petranodon itu menukik turun Nyai Dasimah membuka sayap menghindari petranodon sehingga mereka berdua hanya berpapasan tidak bertabrakan.
"Sudah kuduga lomba ini tidak semudah itu," Nyai Dasimah sekali lagi tersentak dengan hadirnya puluhan petranodon yang terbang ke arahnya. "Kau pasti bercanda."
Nyai Dasimah menoleh ke kanan dan kiri mencoba untuk menyusun rencana terbaik yang dapat dia ambil.
"Ini sia-sia. Energi kehidupan orang ini tidak akan dapat menghabisi hewan raksasa sebesar itu. Kembali menuju pantai juga akan merugikanku. Satu-satunya cara adalah menerobos para petranodon itu hingga aku sampai di ujung hutan."
Nyai Dasimah telah mengambil keputusan yang beresiko. Abu, orang yang dirasuki memiliki energi kehidupan yang tipis. Meski begitu, Nyai Dasimah tidak memiliki cara lain supaya dia dapat sampai di garis finish lebih cepat.
"Baiklah akan kumulai," Nyai Dasimah memakan satu bola roh untuk meningkatkan kekuatan kehidupan Abu. "Teknik enam pilar, pilar keempat, ikan roh."
Perlahan ketiga bola yang dibuat Nyai Dasimah nampak meletup-letup. Terdegar bunyi melengking diikuti dengan tiga buah roh yang telah berubah menjadi ikan roh. Ketika Nyai Dasimah bersiap untuk menerjang puluhan petranodon beberapa peserta yang juga menggunakan jalur udara menerobos ke depan dan menemui ajal mereka di tangan para petranodon. Nampak juga beberapa orang yang jatuh di laut yang membentuk pusaran dimakan oleh hiu megalodon. Nyai Dasimah menelan ludah, keringat dingin jatuh meluncur pada dahi setelah menyaksikan kejadian mengerikan di hadapannya.
"Dasimah, ingatlah julukanmu sebagai Atma Jenius dan Master Enam Pilar. Jangan gentar hanya karena makhluk tak berotak seperti ini," Nyai Dasimah menepuk pipi dua kali. "Baiklah, mari kita lakukan ini."
Tiga ikan roh menerjang puluhan petranodon yang datang ke arah Dasimah. Dengan bermanuver Nyai Dasimah berusaha sebisa mungkin agar para petranodon tidak menangkap dirinya. Setelah beberapa saat menghindar dan mencari jalan menerobos, Puluhan petranodon itu akhirnya terjatuh. Usai menghisap seluruh energi kehidupan dari petranodon para ikan roh itu menghampiri Nyai Dasimah.
"Baiklah karena kurasa kondisi sudah aman aku akan melepas kalian. Aku tidak ingin menggunakan kalian untuk tingkat selanjutnya atau membuat diriku sendiri menjadi santapan kalian ketika kalian lapar."
Nyai Dasimah menjentikkan tangan dan dalam sekejab ikan itu kembali menjadi bola roh. Mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi, Nyai Dasimah meningkatkan kecepatannya. 
"Jika keadaanya lancar seperti ini, kemungkinan aku akan mencapai garis finish lebih cepat dari peserta yang lain."
Ketika Nyai Dasimah mulai bersantai, tiba-tiba dia mendengar suara lengkingan burung yang memekakkan telinga. Kali ini ratusan petranodon datang menghampiri Nyai Dasimah dengan mata burung mereka yang terlihat lapar.
"Sial, aku tidak punya pilihan lain kecuali mendarat."
Nyai Dasimah mulai menukik, mencoba untuk lari dari paruh-paruh tajam petranodon yang lapar. 
"Ayolah–kepala uban tidak beradab. Kau pasti memiliki sesuatu untuk membantu lepas dari kondisi ini kan."
Nyai Dasimah mulai putus asa saat para petranodon mendekatinya. Akhirnya setelah Nyai Dasimah meraba saku celana dari Abu, dia akhirnya menemukan sebuah granat.
"Benda apa ini? apakah bisa dipakai."
Nyai Dasimah mencoba meraba, mengamati dan menggigit benda yang dia sendiri tidak mengerti kegunaanya. Setelah mencoba melakukan berbagai cara, akhirnya Nyai Dasimah berhasil menarik cincin dan melepas tuas granat yang dia pegang.
"Benda ini benar-benar tidak berguna."
Nyai Dasimah melemparkan granat itu ke belakang dengan asal. Ketika Nyai Dasimah berbalik, sebuah ledakan disertai cahaya yang menyilaukan membuat Nyai Dasimah kehilangan konsentrasi dan pandanganya. Tak ayal akhirnya Nyai Dasimah jatuh menukik dengan cepat menuju hutan.
"Apa-apaan benda terang sialan itu? aduh ... duh ... duh ... seluruh tubuhku terasa sakit. beginilah menyebalkanya memiliki tubuh. beruntung kondisi fisik orang yang aku rasuki cukup kuat," Nyai Dasimah berusaha berdiri dan menyadari sesuatu. "Gawat, kaki kananku tidak bisa digerakkan. Sepertinya ini patah saat aku terjatuh tadi."
Nyai Dasimah berusaha menyeret kakinya dan mulai membuat bola roh untuk agar dia dapat terbang. Nampaknya bola roh yang Nyai Dasimah buat dari energi jiwa yang lepas, menghilang saat Nyai Dasimah kehilangan kesadaran.
"Siapa itu," Nyai Dasimah menjadi sangat waspada ketika merasakan energi kehidupan yang kuat berada di sekitarnya. "Keluarlah! Jika tidak, aku akan menggunakan cara kasar."
Nyai Dasimah bersandar pada pohon untuk memastikan arah dari energi itu juga menunggu orang yang bersembunyi itu keluar. Merasa kesal karena orang itu tidak keluar, Nyai Dasimah melemparkan bola roh yang baru saja dia buat pada sebuah pohon besar yang letaknya beberapa centi dari Nyai Dasimah. Pohon  itu meledak dan muncul seorang berambut merah, bertindik, dan janggut serta memiliki banyak tato pada tubuhnya.
"Hahahaha!"
Nyai Dasimah melempar sebuah bola roh sekali lagi pada orang bertato itu. Bola Roh itu meledak dan membuat orang itu bersimpuh.
"N–nikmat sekali," Pria berambut merah itu nampak bahagia dan mendekati Nyai Dasimah yang saat ini tidak dapat berlari dan kehabisan bola roh. "Perkenalkan, namaku adalah Balthor. Kau adalah wanita tercantik yang pernah aku temui."
Balthor bersimpuh kemudian mecium tangan Nyai Dasimah. Dari sudur pandang Balthor memang tidak ada yang aneh karena dari mata spiritual miliknya, Abu terlihat seperti sosok Nyai Dasimah. Entah dari sudut pandang orang lain. Mungkin ini seperti cerita bergenre BL yang terlihat murahan.
"Berani-beraninya kau bersikap tidak sopan seperti itu," Nyai Dasimah menghantam wajah Balthor dan membuat Balthor tersungkur dengan pose aneh di tanah. "Apa-apaan pria menjijikkan ini? t–tunggu dulu, bukannya aku merasuki seorang pria. Bagaimana dia tahu bahwa aku adalah seorang wanita."
"Sial, aku ... aku sangat membenci teroris. Kenapa ... kenapa ... hantu secantik dia harus merasuk ke dalam tubuh teroris hina itu? brengsek, ini benar-benar tidak adil,"  Balthor sekali lagi menampakkan wajah mesumnya. "Tapi pukulan dan ledakan yang dia berikan sungguh nikmat."
Mendengar pengakuan yang menakutkan dari Balthor, Nyai Dasimah berusaha menyeret tubuh dengan kecepatan yang luar biasa untuk kabur dari Balthor.
"Maaf sepertinya kaki Anda sedang terluka," Balthor berdehem. "Kalau begitu izinkanlah aku untuk menyembuhkannya."
Balthor mengarahkan tangan pada kaki Nyai Dasimah yang terluka. 
"Orang ini ...," Nyai Dasimah merasakan kakinya perlahan membaik. "Pantas saja energi kehidupannya sangat besar. Meski begitu, pria terlihat sangat brengsek dan menjijikkan." batin Nyai Dasimah.
"Baiklah, lukamu sudah sembuh. Jika aku boleh tahu apa motivasi Nona untuk mengikuti trunament ini?"
Sebuah tendangan keras dilepaskan Nyai Dasimah pada perut Balthor.
"Memangnya aku akan memberitahukan hal itu pada pria mesum sepertimu."
Nyai Dasimah berlari sekuat tenaga sambil membuat bola roh.
"Kalau begitu beritahu aku siapa namamu?" Dengan kecepatan yang serta wajah yang masih terlihat mesum, Balthor mengejar Nyai Dasimah.
"Pergilah dariku pria mesum aneh!"
Nyai Dasimah terus melempar bola roh yang dia buat dan akhirnya kelelahan.
"Jika terus seperti ini kita berdua tidak akan memenangkan pertandingan ini." Nyai Dasimah terengah-engah.
"Ya kalau terus begini aku bisa sampai di garis finish dengan tubuh babak belur," Balthor menyeringai. "Itu pasti menyenangkan."
"Hentikanlah ini, sebentar lagi kita akan menuju garis fisnish. Kau lihat tanjakan tebing yang berjajar itu kan? itu adalah tempat terakhir sebelum finish."
Beberapa teriakan terdengar dari arah tanjakan tebing. Namun, nampaknya Nyai Dasimah dan Balthor menghiraukan teriakan itu.
"Baiklah jika memang kau membutuhkan bantuanku." 
Balthor memapah Nyai Dasimah kemudian menggunakan rune untuk meningkatkan kemampuan tubuhnya. Dengan mudah Balthor menaiki tanjakan tebing dan hampir membawa Dirinya serta Nyai Dasimah ke tempat Finish. Namun, sebuah tangan besar tiba-tiba menghantam Balthor dan membuat dia serta Nyai Dasimah terjatuh.
"Kalian kira aku akan membiarkan kalian lewat dengan mudah."
Raksasa setinggi sepuluh meter dengan jenggot lebat nampak sedang bersendekap dan menatap Nyai Dasimah dan Balthor dengan penuh kemarahan.
"Raksasa sialan!" Balthor berdiri dengan wajah yang terlihat pucat dan dada yang kembang kempis.
"Rararara ... kalian kira aku Surf, akan membiarkan kalian yang menjadi pertama sampai. Akan kuhancurkan tiap orang yang sampai di tempat ini!"
"Aku akan mengalihkan perhatian raksasa ini. Kaburlah selagi kau bisa nona." Balthor memasan raut wajah gagah pada wajah. 
"Dengan pria mesum brengsek, aku tahu kau pasti sedang memikirkan 'apa aku sudah terlihat gagah, dengan begini pasti dia akan berdansa di ranjangku malam ini.' tapi ... aku bukanlah perempuan seperti itu. Aku akan membantumu mengalahkan raksasa ini sebagai balas budi. Aku memiliki rencana, bantulah aku untuk mengalihkan perhatian raksasa itu."
"Serahkan padaku."
Balthor segera menarik perhatian raksasa itu dengan beberapa hinaan yang dilontarkan dari mulut. Raksasa itu mengejarnya dan setelah beberapa menit berlalu.
"Baiklah, aku sudah membuat enam bola roh. Sekarang saatnya membalik meja."
Nyai Dasimah mengambil granat dari saku Abu.  Menggunakan dua tiga bola roh yang berubah menjadi sayap, Nyai Dasimah terbang, mengambil granat dari saku Abu dan melemparkan geranat yang Nyai Dasimah pegang pada raksasa itu. Nyai Dasimah menutup mata karena tahu bahwa granat itu akan membuat cahaya yang menyilaukan. Namun, bukannya cahaya yang keluar, tetapi ledakan yang sangat besar yang membuat Nyai Dasimah dan raksasa itu terpental. Raksasa itu jatuh ke belakang dan menimpa tanjakan tebing.
"Sial, padahal ini bukan rencanaku. Aku berniat menggunakan benda bercahaya itu lalu mendorong raksasa itu ke belakang agar jatuh menimpat tebing yang terjal," Nyai Dasimah berdiri, menyeka mulut yang dipenuhi darah. "Terserah, yang penting hasilnya sama. Sekarang aku harus pergi sebelum pria brengsek mesum itu mengejarku."
"Hantu perempuan ...," Balthor berlari ke arah Nyai Dasimah dengan lengan terbuka. "Kau merindukanku bukan?"
Nyai Dasimah menggeliat seakan terkena listrik. Dengan cepat Nyai Dasimah menggunakan kekuatanya untuk terbang dan sampai garis finish. 
"Baiklah, sepertinya aku menjadi yang pertama sampai karen raksasa itu menghalangi para peserta. Sekarang kita buka peti ini."
Peti gacha yang berada di garis finish bersinar dan mengeluarkan sebuah perkamen bertuliskan, "Item jenis A, fungsi : memanggil Pedang Cwalika sekali, dengan membakar perkamen ini."
"Sepertinya aku memang tidak begitu beruntung dalam undian seperti ini. Well, sekarang saatnya meninggalkan penjahat ini."
Nyai Dasimah pergi dan berharap agar pertandingan berikutnya tidak bertemu dengan Balthor yang membuatnya bergidik.

Komentar

  1. Entri ini fokusnya lebih ke pertarungan. Meski begitu, pembangunan karakter Nyai di awal sudah bagus. Hanya saja, terlalu dipaksakan dimuat dalam satu paragraf penuh. Alangkah lebih baiknya backstory Nyai bisa disulam dalam aksi, bukan dengan memberikan satu potongan besar yang mungkin akan pembaca lain susah telan.

    Selain itu, beberapa kalimat terlalu kepanjangan dan memiliki banyak fokus.
    Contoh saja kalimat berikut:

    Mengambil tindakan cepat Nyai dasimah, melipat sayapnya agar dia jatuh menukik ke bawah melemparkan satu bola roh yang sudah dia buat saat terbang ke arah mata petranodon dan membuat petranodon itu kehilangan ke seimbangan.

    Ketika membayangkan aksinya saya mengalami kesulitan karena dalam aksi satu dengan yang lain digabung dan menjadi kurang enak dibayangkan. Dengan memecah-mecah satu kalimat hanya punya satu aksi/fokus makan kalimat akan memberikan efek yang lebih kena.

    Dari segi peserta tambahan, Abu sama sekali tidak punya andil besar selain jadi tubuh dan gudang senjata. Development-nya juga tidak ada. Untuk Balthor, interaksi antar dia dan Dasimah sudah pas dan lumayan lucu.

    Untuk penambahan OC di kawasan tebing, Surf, saya awalnya kebingungan. Saya bertanya-tanya siapa dia. Setelah membacanya lebih lanjut saya baru tahu kalau dia karakter tambahan. Saya kaget karena di cerita saya saya tak menggunakannya.

    Pertarungan yang dibuat sudah lumayan rapi. Hanya saja, ketika Nyai menggunakan granat saat pertama kali, narasi menyebutkan langsung kalau benda yang ia ambil adalah granat. Lebih baik apabila narasi merefleksikan pengetahuan Nyai yang juga tidak tahu.

    Overall, entri yang menyenangkan. Saya beri skor 8. Good job!

    Hei Heiheihei

    BalasHapus
  2. Balthor terlalu ajaib utk tau nyai dasimah merasuk didalam Abu. Memang menarik ini.

    Mau komentar banyak ternyata mayoritas udh diulas oleh komentator diatas.
    Dan iya sih. Combatnya emg terfokus di lawan obstacle dibanding cara kaburnya sih, i mean, ini balapan. Tapi tetap menarik.

    Entrinya lumayan. Jadi skornya dari skala 1-10, dapat 7/10

    Tora Kyuin

    BalasHapus
  3. 1. Ada beberapa typo: bersendekap, garis fisnish, kekuatanya,keadaanya, memasan, trunament , Tiga bolah roh, karen raksasa, ...dst
    2. Saya membaca Abu dulu sebelum membaca ini, jadi rasanya gimana gitu feelnya. Abu yang unbeatable dan tanpa ampun, jadi seperti lembek gitu XD. Lagian, kesannya si abu ini cuman tempat doang, gak ada konflik dan lainnya. Lagian kenapa juga memilih Abu?
    3. Disini Baltor masokis, padahal di charshetnya gak ada, tapi ya biarlah, org mesum memang pantas disiksa

    Skor 7/10.

    -Irene-

    BalasHapus
  4. Saya terhibur dengan bagaimana si Nyai senantiasa melakukan monolog bak Main Character di dalam sinetron.

    Tapi kesan saya senada dengan komentar di atas. Abu yang terlihat badass di entry aslinya, jelas terkena nerf di sini. Kasihan Abu, fungsinya cuma jadi (literally) puppet doang, wkwkwkwk

    Balthor di lain pihak, saya merasa kayak kurang natural aja alasan dia buat engage si Nyai (hebatnya, dia bisa tahu kalo Abu lagi kesurupan.)

    Enjoyable.

    Score 7/10
    (Dian)

    BalasHapus
  5. KLIK DISINI >>> https://bit.ly/3cpCV3e
    Jadwal Bola Malam Ini akan kami berikan tips prediksi sepakbola online.
    Pastinya begitu akurat dengan Prediksi Liga Belarus malam ini.
    Kami tunggu kedatangan anda di kontak WA : +62812-2222-995

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya