[Ronde 1] Charlotte Izetta - Peluru, Pedang dan Tombak

By: Kagetsuki arai

Ini adalah kali pertama bagi Charlotte melihat pantai. Suara gemuruh ombak, pasir putih dan asinnya air laut membuat Charlotte terkagum sejenak.
Sebagai ganster, ingatannya didapat dari inangnya dan sebagai patient zero, sang inang jarang sekali keluar dari rumah sakit tempat ia tinggal.
Mungkin ia akan membawanya ke sini kelak?
Chalice kemudian memandang ke sekelilingnya. berbagai macam makhluk telah berkumpul di sini untuk ikut serta dalam balapan antar semesta dan siapa yang menang berhak mendapat hadiah sesuai yang diinginkan.
Peserta lain di mata Chalice hanyalah calon korban, semakin banyak virus yang ia sebarkan di sini semakin cepat pula Charlotte sembuh. Sayangnya Virus Ganster tak sepraktis zombie dalam film-film survival. Virus Ganster hanya bisa menular saat Chalice melukai seseorang, saat dalam luka itu tercipta darah, maka virus Ganster akan masuk ke dalam tubuh. Sisanya, Chalice biasanya bisa mempercepat atau memperlambat pertumbuhan virus dalam tubuh korbannya.
Ia masih berharap penyebaran virus ganster seperti virus zombie, paling tidak ia tak harus turun sendiri ke lapangan menciptakan monster seperti musuh utama dalam serial super sentai.
Menyingkirkan pikiran tak berguna itu, Chalice memanggil pembantu setianya dan kemudian menuju ke garis start.
"Hayaii-kun, mari berharap kita dapat banyak makan siang hari ini," bisiknya.
Ia bergerak menuju garis start dan kemudian mulai mengidentifikasi lawan-lawannya.
"Oh, gadis manis," sebuah suara berkata, "Aku tak menyangka bisa bertemu gadis semanis ini di perlombaan ini."
*
Dengan megaphone di tangan, Soraya berteriak pada peserta untuk berkumpul. Gadis cantik itu tak secantik istri Spearman, namun sesungguhnya setiap wanita memiliki kecantikan yang unik.
Sang pengguna tombak malah salah fokus. Ehem, melihat sekelilingnya, ia sedikit membenci panitia saat ini. Ia tak suka melibatkan anak-anak dalam balapan berbahaya ini dan ia sudah melihat ada dinosaurus terbang di langit-langit, bagaimana kalau mereka nanti dilahap dari langit? anak kecil seperti mereka mudah sekali diambil.
"Baiklah para peserta, apa kalian siap?" Suara Soraya menyadarkan sang pengguna tombak.
Si Pahlawan lokal memilih fokus pada perlombaan saat ini. Dinyalakan ATV yang ia kendarai dan sedikit iri ia melihat peserta lain memiliki kendaraan unik. Namun ATV ini sendiri cukup canggih dibanding yang ada di dunianya.
Mana ada ATV dengan fitur auto pilot di dunia asal sang pahlawan?
Oh, tapi apa gunanya fitur auto pilot kalau ada Srigala besar yang mengikuti perlombaan ini?
*
"MULAI!"
Dan dengan aba-aba tersebut, Motomiya Azusa melaju. Sepanjang mata memandang, tak ada halangan sampai ia mencapai hutan nanti dan ia dengan yakin bisa mendahului banyak peserta di sekitarnya atau minimal membuat mereka keluar dari pertandingan.
Jadi ia menarik Regalia dari sarung pedangnya. targetnya jelas : Peserta lain.
Jadi ia mulai menebas ke sekitarnya, targetnya jelas : Roda ATV dan tali jetpack yang dikenakan peserta yang tak memiliki kendaraan. Sepatu rodanya bisa melayang beberapa meter di atas tanah dan betapa bodohnya para pengguna jetpack itu terbang tak lebih tinggi dari peserta lain, bukankah itu membuat mereka menjadi target lebih mudah?
Ia berpikir membuat mereka tak bisa berlomba akan membuat persaingan ke depan lebih mudah. Ini adalah balapan, maka wajar kan jika ia menghancurkan kendaraan peserta lain terlebih dahulu?
Empat ATV gugur dan tujuh Jetpack jatuh dari langit. Ia melayang dan lebih gesit dari kedua moda kendaraan tersebut.
Oke, target berikutnya, Seorang laki-laki dengan helm ksatria kuno kini ada di hadapannya dan ia bersiap menebas, namun belum sempat ia melakukan serangan tombak muncul di tangan laki-laki itu dan...

...Oh sial, meleset!
Sang pengguna tombak menghilangkan tombak yang meleset tadi dan kemudian kembali fokus pada menyetir ATVnya.
Perempuan itu berbahaya dan ia tak menyukai triknya. Pengguna pedang itu menjatuhkan banyak sekali orang dari langit dengan teknik pedangnya. Ia mungkin tak suka melukai wanita, tapi ia sangat ingin membuat wanita itu berhenti dari perlombaan.
Melukai lawan di balapan kecepatan bukanlah hal yang adil meski secara teknis itu tidak melanggar peraturan.
Jadi sang pengguna tombak memperlambat kecepatan ATVnya dan memanggil tombak lain di tangan, Whip pike. Benar saja, sang pengguna pedang tampak sudah siap untuk melawannya.
Sang pahlawan viral menekan tombol auto pilot dan berharap menekan tombol itu tak membuatnya menabrak ke pohon yang beberapa meter jauhnya di depan.
Setelah itu sang pengguna tombak berdiri di ATVnya dan siap menghadang sang target.
"Tombak melawan pedang, eh?" wanita itu berkata sambil tersenyum, "Mari kita lihat siapa yang lebih superior."
Dengan perkataan itu, sang wanita menarik dua buah pedang. Sang pengguna tombak menusukkan whip pike-nya, berharap ia bisa mencapai dan kemudian mengikat salah satu pedang di tangan perempuan itu, namun reflek lawannya lebih cepat dan ia dengan mudah menghindar sebelum tombaknya mengenai target.
Di tangan kanan, pedang lain diayunkan dan Spearman menghindar dengan cekatan, namun pedang itu terus melaju dan kemudian menghancurkan ATV miliknya. Sang pengguna tombak melompat dan kemudian mengganti tombaknya.
Sementara ada di langit, Sang pahlawan meluncurkan Spear Rocket dari tangannya. Dengan cepat sang pengguna pedang menghentikan lajunya, namun naas, roket itu masih menerjang targetnya dan kemudian mengenai target.
Namun betapa terkejutnya sang pengguna tombak saat ia mendapati bahwa sang wanita berhasil menghentikan laju tombak roketnya dengan satu pedang.
"Kamu tahu? aku tak pernah yakin dari apa pedang ini terbuat," sang pengguna pedang berkata, "Namun aku bersyukur ia bisa menahan tombakmu. Ini adalah pedang terkuat dan sepertinya tombakmu itu tak bisa menghancurkannya."
"Oh, tenang saja nona," sang pengguna tombak berkata, "Ini bukan satu-satunya tombakku yang akan mencoba menghancurkan pedangmu."
Sang pengguna tombak tersenyum penuh percaya diri, namun dalam hati ia panik. Tanpa kendaraan, bagaimana ia memenangkan perlombaan ini?
*
Chalice memacu hayaii-kun. Orang-orang bodoh itu serius bertarung satu sama lain ditengah perlombaan kecepatan? Serius?
Di depannya, Pengguna pedang dan pengguna tombak beradu. Pertarungan yang mungkin tak akan selesai dalam waktu dekat. Di sisi kirinya, ia melihat sebuah bola bowling bertarung dengan sebuah smartphone, ia tak mengerti bagaimana itu bisa terjadi, jadi ia mengabaikannya.
Beruntungnya dengan pertarungan-pertarungan itu, Chalice bisa melaju lebih cepat. Kalau ada yang menantangnya, ia akan lari, yup! ide bagus. Ia melewati pertarungan sang pengguna pedang dan sang pengguna tombak. Dua senjata beradu, keduanya saling berteriak, sampai tiba-tiba sang pengguna tombak melompat dan dengan sempurna duduk di belakang chalice.
"Maaf nona kecil, sepertinya aku membutuhkan bantuanmu," ujarnya.
"HAI DASAR ORANG TUA! KEMBALI KAMU!" suara sang pengguna pedang terdengar marah.
Chalice mendengus kesal, namun mungkin ia bisa memanfaatkan paman ini?
"Asal kau bisa membayar bantuanku nanti, tak masalah, tuan," ujarnya dengan senyuman.
Dengan pengguna pedang mengikuti mereka, Chalice membawa Speed Ganster masuk ke dalam hutan.
*
Saat akhirnya Chalice dan penumpangnya memasuki hutan, ia melihat banyak sekali korban berjatuhan. Beberapa tampak dicabik oleh sekelompok velociraptor, yang lain tampaknya terinjak sesuatu. Pepohonan beberapa tumbang seakan sesuatu yang besar melewatinya.
"Sesuatu terjadi di sini," gumam Chalice dan sang pengguna tombak setuju dengan dugaan itu.
Namun waktu mereka sedikit.
"Untuk jaga-jaga," Chalice mengeluarkan Enter dan Escape, sepasang sub-machine gun andalannya, dan kemudian menembaki velociraptor di sekelilingnya.
"Apa yang kau lakukan?" Pengguna tombak langsung siaga mengeluarkan tombaknya, bersiap jika ada dinosaurus yang tiba-tiba menyerang mereka.
Chalice mengabaikan pahlawan viral itu dan mulai mengeliminasi semua dinosaurus yang menyerangnya.
Dua belas total raptor berjatuhan dan dari bangkai mereka dan beberapa menit kemudian muncul ganster yang sudah ada di bawah kendalinya.
"Aku membuat minions," Chalice menyeringai.
Ia kemudian memberikan perintah pada Raptor-ganster lewat koneksi mereka dan kemudian para minions itu siaga di tempat mereka berdiri.
"Dengan begini kita bisa menghambat pengejarmu tadi."
"Kau baik sekali," kata sang pengguna tombak, "Terima kasih."
Speed Ganster kembali berjalan mengikuti rute dan kali ini, ia mengabaikan dinosaurus yang mereka lewati. Pemandangan yang indah, pikir Chalice, namun ia tak punya waktu untuk mengaguminya.
*
Belum separuh hutan mereka lewati, tiba-tiba gempa terasa di sekeliling mereka. Seluruh hewan, bahkan dinosaurus sebesar raptor, menjauhi tempat itu.
"OOOH! T-Rex!" Chalice menebak.
Dan benar saja, sang raja dinosaurus menampakkan wajahnya setelah merubuhkan banyak pohon di sekitarnya.
Sang Pengguna tombak tiba-tiba berdiri dan mengeluarkan tombaknya.
"Seberapa kuat menurutmu kulit dinosaurus itu, nona kecil?" tanya Sang pengguna tombak.
Tombak di tangannya memiliki mata bor di ujungnya dan ujung mata bor itu berputar sangat cepat.
"Aku ragu kau bisa menembus kulitnya," Chalice tersenyum kecil.
"Oh, tentu saja bisa," Sang pengguna tombak lalu melemparkan tombaknya dan tombak itu melaju ke arah mata, sebelum akhirnya menghancurkan kepala sang raja Dinosaurus.
"OOOOH! Sudah kuduga tombakmu itu memang hebat," Tiba-tiba sebuah suara terdengar, suara yang familiar bagi sang pengguna tombak.
Dan benar saja, di atas sebuah pohon yang masih berdiri, sesosok pengguna pedang familiar berdiri dengan senyuman.
*
Untuk sejenak, Azusa berpikir kalau ia menginginkan tombak yang dimiliki paman bertopeng bodoh itu.
Pertarungan kedua pengguna senjata itu adalah hal yang paling mendebarkan yang dirasakan oleh Azusa dan ia ingin merasakannya lagi. Lawannya memang bukan pengguna pedang sepertinya, namun justru itulah yang membuatnya semakin menikmati pertarungan ini. Belum lagi melihat betapa destruktifnya salah satu tombak yang ia miliki.
Azusa menerjang, di hadapannya sang pengguna tombak ikut bergerak, namun belum sampai kedua senjata bertemu, sepasang peluru menggores tangan mereka dan darah mengucur dari kedua pengguna senjata.
"Bisakah kita tidak bertarung sekarang?" gadis manis yang membawa kabur lawannya tadi tampak sebal, "Kita sedang ada dalam balapan, bukan pertarungan battle royale. Demi tuhan! tak bisakah kita langsung saja ke garis finish?"
"Kenapa kau perduli sekali dengan perlombaan ini?" tanya sang pengguna tombak, "Kau bisa kan meninggalkan kami bertarung di sini dan menang?"
"HAHAHAHAHA!" gadis itu tertawa keras, "Mana ada game yang menyenangkan tanpa ada lawan. Ini adalah permainan, berlomba diantara para dinosaurus, saling menembak dan menyerang sembari berjalan, ini adalah Crash Team Racing di PS1. Ini akan menyenangkan lho!"
Tiba-tiba gempa terasa kembali di sekeliling mereka.
"Selain itu, kalian mau jadi makanan T-Rex?"
Auman keras saling menyahut dan tiba-tiba tiga ekor T-Rex muncul mengelilingi mereka.
Kedua pengguna senjata saling pandang.
*
T-rex ternyata adalah makhluk yang tak mudah menyerah. Dari dua belas Raptor-ganster yang dibuat Chalice, enam muncul kembali dari hutan dan berusaha memperlambat gerakan tiga raja dinosaurus, namun naas, lima kini ada di perut T-rex.
Satu selamat dan kini menjadi tunggangan sang pengguna tombak. Pahlawan Viral itu berusaha meluncurkan tombaknya ke arah dinosaurus yang mengejar mereka, namun selalu meleset.
"Menembak di atas raptor tak semudah yang aku kira," kata sang Pahlawan Viral.
Di sisi lain, pedang terkuat sang instruktur pedang berhasil melukai pengejar mereka, namun makhluk-makhluk raksasa itu tampak mengabaikan rasa sakit dan masih berusaha menggigit mereka.
"Ini baru namanya game!" kata Chalice sambil tertawa.
Peluru-peluru sub-machine gun milik Chalice juga tidak bisa masuk ke kulitnya sayangnya. Jadi ia hanya fokus menyiksa ketiga raja dinosaurus itu. Dibandingkan melemparkan tombak, menembakkan peluru ke luka-luka dinosaurus itu jauh lebih mudah.
Ketiganya akhirnya keluar dari hutan dan menemukan bahwa sebuah tanjakan tebing kini ada di hadapan mereka dengan sepasang Giganotosaurus di hadapan mereka.
"Oh, sialan!" maki Azusa.
"Ini baru tantangan," kata Chalice senang.
"Oh tuhan, selamatkan kami," Spearman berdoa.
Yang pertama bergerak adalah tiga T-rex di belakang mereka, berteriak, mengaum, menerjang ke depan meski ketiganya penuh luka.
Giganotosaurus lebih besar dari T-Rex, aumannya lebih keras, dan lebih kuat daripada sang raja dinosaurus. Saat ini kelima dinosaurus itu tidak memperhatikan peserta balapan yang ada di tengah mereka.
"Mari kita buat game ini lebih asik," Chalice menyeringai dan dengan sekali jentikan jari, tubuh T-rex berubah menjadi ganster.
Ganster Rex itu tak bertambah lebih besar, namun kulit mereka kini lebih keras, gigi mereka lebih tajam dan tiga buah senjata kini menghias kepala mereka : Sebuah pedang untuk Ganster Rex pertama, Sebuah tombak untuk Ganster Rex kedua, dan pucuk senapan untuk Ganster Rex ketiga.
"Oh? mereka takut pada kita?" Chalice tertawa kecil.
"Apa maksudmu?" tanya sang pengguna pedang.
"Aku bisa membuat monster dari makhluk hidup," jawab Chalice, "Dan singkatnya monster itu mengambil bentuk dari apa yang paling ditakuti oleh makhluk hidup yang jadi dasarnya."
"Apakah itu juga bisa terjadi pada manusia?" sang pengguna tombak bertanya.
"Justru ini pertama kalinya aku mencobanya pada binatang," jawab Chalice.
Kedua pengguna senjata tiba-tiba menyadari bahwa anak kecil di depan mereka itu bukan anak kecil biasa.
*
Ketiga peserta kita kini menaiki Ganster-Rex Lance, sementara dua Ganster-Rex lain membuat sibuk Giganotosaurus. Pertarungan antara dua dinosaurus raksasa membuat gempa yang lumayan besar dan menghindari batu dari atas tebing benar-benar susah.
Namun Ganster-Rex Lance tetap berusaha mendaki sementara ketiga peserta yang ada di kepalanya menghancurkan batu yang akan jatuh.
tangan kecil Ganster-Rex sama sekali tidak membantu, namun meski dengan tombak di kepalanya, proses mendaki ini jadi sedikit lebih sulit.
Melihat kebelakang, beberapa peserta lain tampak menonton pertarungan dua hewan sebesar kaijuu dengan antusias. Terlihat seorang tukang Gojek merekam pertarungan dua Ganster-Rex melawan Giganotosaurus sembari berusaha tidak terinjak.
Beberapa pengguna Jetpack melewati mereka. Sang pengguna tombak menghalau serangan-serangan mereka, beberapa tampak mau menculik Chalice, namun Chalice menjatuhkan penculiknya dengan mudah.
"Jangan coba-coba," Sang Pahlawan Viral mengingatkan si instruktur pedang, "Aku masih belum memaafkanmu karena melukai orang tak bersalah. Jangan menyerang kalau diserang."
Azusa mendengus kesal, namun menurut. Chalice sendiri tampak kesal, namun  dengan cepat ia setuju dengan Sang Pengguna tombak.
"Tak ada gunanya menambah musuh di ronde berikutnya nanti," kata Chalice, "Game ini sudah asik, kalau makin susah mungkin bisa kita yang Game over."
Sementara itu di bawah sana, Ganster-Rex Sword berhasil memenggal satu Giganotosaurus dan para peserta yang menonton berteriak riuh.
Namun ketiga peserta kita tak memperdulikan itu dan tak lama kemudian, sampailah mereka ke garis finish.
Tiga buah peti ada di hadapan mereka.
"Yari-kun, kau bisa bergabung bersama teman-temanmu kalau kau mau," Chalice berkata pada Ganster-Rex Lance
sang ganster yang terbuat dari dinosaurus itu mengaum dan setelah menurunkan penumpangnya, dengan berani melompat dari tebing untuk membantu saudaranya.
"Akhirnya finish, eh?" sang pengguna tombak menghembuskan nafas lega, "Aku kira aku harus menghadapi sendirian dino sebesar kaijuu itu."
"Sudahlah, ayo kita lihat hadiah kita," dan Azusa memimpin sekawan pesertanya menuju hadiah mereka.
*
Chalice memegangi kotak berisikan tujuh geranat di tangannya. Ia tak percaya panitia tahu apa yang ia butuhkan. Di dalamnya juga ada instruksi mengenai bagaimana cara menggunakannya. Sebagai Ganster Ace, gadis kecil itu memiliki sumber virus di dalam seorang gadis bernama sama dengannya yang saat ini terbaring lemah di rumah sakit di dunianya.
Semakin banyak ia menciptakan Ganster, semakin cepat virus dalam tubuh inangnya menghilang. Namun Chalice sendiri ragu bahwa Charlotte bisa bertahan sebelum Chalice bisa menghabiskan virus dalam tubuhnya. Ia mengikuti perlombaan ini dengan harapan bisa mendapat banyak target, calon korban, untuk mengeluarkan virus sebanyak-banyaknya dan jika beruntung memenangkan perlombaan ini, mungkin mendapatkan alat untuk menyebuhkan Charlotte secara langsung.
"Geranat? Senjata yang bagus," sang Pahlawan Viral memberikan senyum padanya, "Tapi aku berharap kau memiliki lebih banyak teknik menjaga diri di jarak dekat."
"Setuju," sang Instruktur pedang mendukung, "Kalau kau mendapat pedang mungkin aku bisa membantumu. Aku suka melatih cewek imut."
Chalice tertawa kecil. Terkadang ia sendiri terkejut betapa cepat manusia akrab dengan satu sama lain, namun Chalice bukan manusia. Jika tiba saatnya nanti kedua pengguna senjata ini akan…

~ Bersambung ~





Komentar

  1. Balapan dan combat. Porsinya kayaknya 2/3 combat sisanya ngeng.

    Terkesan standar. Tapi tetap dapat dinikmati. Macem dessert. Bakal dimakan tapi belakangan.

    Skor dri skala 1-10
    Ini 7 lah

    Tora Kyuin

    BalasHapus
  2. Porsi masing-masing karakter tamu pas. Mereka di-develop dan interaksi mereka terasa enak. Narasinya simpel, tapi nyaman untuk diikuti. Fokusnya ke pertarungan, tapi saya tetap suka komentar Chalice soal tak mau menyerang dan fokus ke balapan. Saya kira dia bakal jadi villain karena titelnya memang musuh umat manusia tapi momen dia membantu kedua peserta tamu cukup heartwarming. Development karakter terbesar tentu ada pada Chalice. Battle-nya saya rasa sudah rapi. Saya beri nilai 8/10. Semangat!

    BalasHapus
  3. Saya baru ingat Chalice punya mount. Saya juga baru sadar kalau panggilan Chalice itu Cha+LIz dari Charlotte Izetta. Mind Blown.

    Saya suka penggunaan jeda di entri ini untuk ganti PoV antara ketiga peserta, Azuza, Spearman dan Chalice. Cuma mungkin penggunaan di awal terlalu sering sehingga baru selesai aksi seorang peserta, narasi langsung pindah ke peserta lain.

    Also, saya setuju dengan pernyataan Chalice, "Kita sedang ada dalam balapan, bukan pertarungan battle royale. Demi tuhan! tak bisakah kita langsung saja ke garis finish?". Meskipun akhirnya harus bertarung juga, pertarungannya tetap solid.

    Verdict? Jurasic Park, Take Over Edition.
    Nilai 8/10

    OC : Morgen "Charta" Charterflug.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju sih soal pergantian PoV itu terlalu sering
      Makasih kawan atas komentarnya~

      Hapus
  4. 1. jadi saya menangkapnya chalice dan charlotte adalah dua makhluk yg berbeda. oke, saya harusnya baca CS
    2. agak mengganggu dengan penjelasan tentang inang Chalice yang dijelaskan sampai dua kali di awal dan akhir cerita. Terutama yg di bagian akhir cerita relasi antar granat dan dirinya sebagai ganster ace dalam satu paragraf itu saya gak bisa menangkap maksudnya apa?
    3. agak terganggu juga di akhir cerita dikasih ... seakan menandakan cerita gak selesai, yg bagi saya seakan menunjukkan penulis sudah melewati 3000 kata dan di-cut oleh panitia XD
    4. kehadiran giganotosaurus yg tanpa penjelasan, dan terlihat unbeatable, tapi hanya dapat porsi kecil di cerita, agak mengecewakan buat saya.
    skor: 7/10
    --Irene Feles

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Saya sendiri kayaknya yang kurang jelas menulis bagian ini. Also, malah bagus kalau kamu bisa paham soal Chalice hanya dari entry saja. Itu tujuan utama saya soalnya
      2. Yep, itu miss di saya, terima kasih atas komentarnya.
      3. Hahaha, kalau yang ini sengaja. Tapi kalau ternyata malah bikin kurang nyaman, mohon maaf.
      4. Giganotosaurus ini saya ambil dari Dino Crisis 2 adegannya, saya merasa itu adalah adegan keren, jadi saya ambil. Ternyata malah fail, mohon maaf.

      Makasih ya komentarny~

      Hapus
  5. Chalice agak twisted juga ya. Balap baru mulai udah main bantai sana sini aja.

    Saya agak bingung di paruh awal tentang gelud Azusa, di sana pake penyebutan kata ganti terus tanpa langsung disebut namanya siapa, jadi agak lost siapa itu yg pake pedang, siapa yg pake tombak.

    Saya juga kurang terbiasa dengan pergantian PoV yang terjadi tiba-tiba di bagian tengah ke akhir. Karena sebelumnya pake PoV Chalice nyebut si pengguna [insert weapon name here] terus next PoV baru langsung nyambung karena nyebutin nama.

    Kudos buat CTR-nya, wkwkwkwk

    Score : 7/10
    OC : Dian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Miss di saya itu , saya pikir karena saya nempel di PoVnya Azusa, maka selama mereka belum kenalan, PoV ini ga akan nyebut nama dua peserta lain, begitu juga sebaliknya.
      Miss saya juga di pergantian PoV., harapannya ke depan saya bisa lebih baik.

      Terima kasih komentarnya Dian~

      Hapus
  6. Sekarang saya paham kenapa situ nyari adegan yg banyak battle-nya, di sini bisa saya bilang 95% adegan aksi dengan pace cepat.

    To be honest, bacanya bikin exhausted, and that's not a good thing.

    Perubahan POV agak membingungkan, walaupun saya bisa merasakan effort penulis di sini memberikan porsi yang pas untuk semua OC yang terlibat.

    Spearman menurut saya OOC di sini, dan kurang konsisten karakternya.

    Poin plusnya, situ bisa membangun suasana pertandingan dalam waktu singkat.

    Overall, I'll give this 6/10

    BalasHapus
    Balasan
    1. I guess, saya belum bisa make Spearman dengan baik. Tapi rencananya dia keluar di R3, jadi semoga saya bisa perbaiki kesalahan ini. Setuju sama soal perubahan PoV dan beberapa teman sudah kasih kritik yang sama di atas, saya pikir udah diperbaiki di R2 , tapi harapannya saya bisa lebih improv lagi dari komentar teman-teman.

      Terima kasih komentarnya~

      Hapus
  7. Perubahan POV di awal cerita memang membingungkan dan sejujurnya mengganggu. Chalice yang bermonolog singkat, digantikan Spearman, digantikan Azusa, digantikan sudut pandang pengamat, diganti Chalice lagi. Mungkin jika maksud kamu menyeterakan porsi ketiga karakter, bisa saja 3000 kata dibagi untuk ketiganya, 1000 kata untuk POV Chalice, 1000 kata untuk POV Spearman, 1000 kata untuk POV Azusa. Bisa juga hanya dengan menggunakan POV Chalice saja lalu menceritakan peran ketiga karakter secara seimbang. Ini juga menghindari penggunaan kata ganti karakter yang berlebih. Kata ganti karakter sebaiknya digunakan saat si penulis merasa menyebut suatu karakter dengan namanya terlampau sering.

    Saya pun agak bingung dengan hubungan antar karakter setelah di garis finish. Spearman yang memiliki konflik sendiri dengan Azusa kenapa tiba-tiba mereka berbaikan seolah tak terjadi apa-apa? Lalu Spearman dan Azusa yang menyadari bahwa Chalice bukan anak kecil biasa--ia sangat berbahaya karena bisa menciptakan monster yang tunduk padanya, lalu kenapa di akhir Spearman dan Azusa tetap memperlakukannya seperti anak kecil dengan memberinya tips bertarung? Bukankah mereka harusnya menjadi waspada karena bisa saja Chalice ini punya rencana yang tidak-tidak terhadap tubuh mereka?

    Nilai 6/10

    - Nadaa Kirana

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya