[Ronde 1] Irene Feles - Irene dan Dua Gadis Berambut Hitam

By: Alcyon
#1
Kepala Irene berkunang-kunang saat dirinya menghantam pohon besar. Dua Velociraptor yang terlihat kelaparan itu benar-benar bernafsu menghajarnya. Mereka bahkan bertengkar satu sama lain untuk memperebutkan siapa yang akan menyantap dagingnya lebih dulu.
Tapi Irene tidak mau nasibnya berakhir di mulut reptil itu. Dia putri Penguasa Neraka dan mantan pemimpin pemberontakan di Surga. Dia tidak ingin kematian yang hina. Dia kembali bangkit. Gomora dipegangnya erat-erat. Salah satu Velociraptor yang menyadari calon makanannya masih sanggup berdiri, hendak menyerangnya.
Gomora adalah senjata kelas rapier yang sebenarnya tidak cocok untuk teknik serangan berat. Sementara Velociraptor mempunyai kulit setebal badak yang membuat Gomora sulit melukainya. Beberapa kali serangannya hanya memberi luka yang tidak berarti dan membuatnya semakin marah. Sekali lagi, Velociraptor menggunakan kepalanya untuk menghajar Irene. Irene terpelanting lagi dan terdesak ke pohon. Belum sempat berdiri, Velociraptor sudah siap mengoyak pahanya
Irene mengira dia akan dimutilasi sebelum menyadari kalau tiba-tiba kepala Velociraptor itu terlepas dari tubuhnya. Darah  segar mencuat deras dari tubuh reptil yang kini menggelepar tidak teratur.
Sesosok gadis muda yang diyakini sebagai pelaku pemenggalan sudah berdiri di samping Irene dengan pedang bersimbah darah. Velociraptor satunya yang terkejut rekannya mati, menjerit dan menyerang si gadis. Gadis itu juga mengambil ancang-ancang. Tetapi Irene bertindak lebih cepat.
Dalam sekejap, Irene menyerang Velociraptor yang sedang tidak awas. Kekurangwaspadaan reptil itu membuatnya tidak sempat menghindar saat bilah Gomora menancap di mata kirinya dan menembus mata kanannya. Irene menarik rapiernya dan darah mengalir deras dari lubang matanya. Belum selesai, Irene menusukkan Gomora ke arah leher berulang-ulang kali hingga kadal itu menggelinjat tak karuan dan tewas mengenaskan.
Penyelamat Irene urung memainkan Regalia-nya. Dia membersihkan pedangnya dan menyarungkan ke salah satu exoskeleton di pinggangnya.
"Terima kasih," ujar Irene. Gadis itu membalasnya dengan senyum tulus.
"Reptil-reptil disini susah dihadapi dengan rapier. Pedang itu hanya cocok untuk light attack. Mungkin kau perlu  pedang yang lebih besar," saran si gadis sambil memandangi Gomora.
Irene hanya tersenyum kecut. Mendapati kenyataan bahwa lawan di depannya bisa memenggal Velociraptor dalam sekali tebas, ditambah sikap sok tahunya soal berpedang, membuat Irene merasa direndahkan. Dia tidak suka itu.
"Tapi, itu bukan berarti rapiermu tidak berguna. Kau sudah membuktikannya dengan menyerang mata dan leher seperti tadi, itu cukup bijak!"
"Terima kasih, Tante Instruktur!" cibir Irene kesal.
"Tante?! Aku masih muda tahu!" balas gadis itu yang tidak dipedulikan Irene. Dia lebih memikirkan motor miliknya yang tergeletak tidak terlalu jauh dari mereka berdiri.
"Aku maafkan…," si gadis itu kembali berceloteh sembari mengikuti Irene yang berjalan menghampiri motornya, "…karena kau memiliki rapier yang sangat cantik. Oh ya, namaku Motomiya Azusa."
Irene menatap heran gadis sok akrab itu.
"Irene Feles. Dan… uhm… jangan pedulikan aku. Silakan melanjutkan kompetisi. Tinggal tujuh kilometer lagi ke arah utara dari sini."
Alih-alih mendengarkan ucapan Irene, gadis itu masih tidak berkedip menatap Gomora.
"Kau tahu, aku tidak pernah melihat rapier seperti ini. Ukiran di gripnya sangat menawan. Bilahnya meski terlihat elastis, tapi memiliki kekuatan. Terlihat ringan, tapi kokoh. Pedang ini seperti padanan sempurna antara kebrutalan dan keindahan seni. Genggamannya juga terlihat stabil, sangat cocok dengan ukuran tanganmu. Sungguh karya seni yang indah!"
Irene tidak menyangka Azusa memujinya. Dia tersenyum tersipu. Tapi wajahnya berubah terkejut saat melihat Azusa begitu penuh nafsu hendak menerkam Gomora.
"Anu, apa boleh kupegang?"
"Nggak!"
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita bertarung dan yang menang…"
"NGGAK!"
Perlahan tangan kanan Irene mengeluarkan api. Api itu membalut Gomora. Perlahan, pedang itu menghilang bersama sirnanya api. Azusa terlihat sangat kecewa.
"Berdoalah kita bisa bertemu di ronde selanjutnya."
Azusa tertawa kecil.
Irene menegakkan motornya. Moge bergenre sport dengan kubikasi besar dan teralis merah itu dinaikinya. Melihat Azusa masih saja berdiri disampingnya, Irene mulai gemas.
"Sampai kapan kau mengekoriku?"
"Uhm, tidak bisakah kita bareng-bareng aja?"
"Maksudmu?"
"Engh…, sebenarnya aku belum mendapat rekan. Kau tahu kan, seperti kata si kepala kaleng, setiap peserta diwajibkan mempunyai partner. Dan aku belum mencarinya."
"Kenapa kau belum mencarinya?"
"Apa kau gila? Suasana seheboh tadi mana sempat mikirin partner? Begitu sinyal dibunyikan aku segera mencari keselamatan!"
Ucapan Azusa ada benarnya. Kompetisi ini dimulai dengan penuh kericuhan. Acaranya kacau-balau. Ada portal yang malfungsi sehingga membuat beberapa peserta dan kendaraannya tersesat ke dimensi lain. Alhasil, hanya beberapa yang berhasil sampai di pantai dan memulai balapan. Sementara peserta lain yang kurang beruntung tersesat entah kemana dan tidak bisa bertanding. Ada juga peserta yang berhasil sampai di pantai tetapi kendaraan mereka tersesat ke dimensi lain sehingga terpaksa menggunakan kendaraan yang disediakan panitia.
Kekacauan lain yang tidak kalah hebohnya adalah hancurnya perisai pelindung karena bom. Hal itu membuat dinosaurus-dinosaurus mendadak liar dan menyerang semua yang ada di pantai. Beberapa yang hadir nasibnya terpaksa berakhir di mulut velociraptor dan pteranodon yang menggila. Semua motorboat dilahap mosasaurus dan beberapa ATV yang diseruduk T-Rex. Bahkan ada reptil yang masuk ke portal dan menyebabkan kericuhan di hotel.
Suasana mulai terkendali saat sekelompok pasukan robot dari NGSR datang mengendalikan situasi. Rasyid sendiri yang akhirnya menyalakan sinyal tanda mulai dan pertandingan terpaksa diikuti oleh yang hadir disana saja.
"Ya, kau benar. Tadi memang terlalu kacau," kenang Irene.
"Jadi, aku bisa join?" Azusa menatap Irene dengan tatapan labil remaja abege. Irene sedikit merasa konyol.
"Apa yang membuatmu yakin bisa bergabung?"
"Kau pasti bercanda! Lihat reptil liar itu! Kalau muncul yang sama, aku akan bantu memotongnya lagi!"
Irene tertawa kecil, "Baiklah! Tapi kita harus mencari partnerku dulu."
"Eh?"
"Kami berangkat bersama. Dia mengendarai ATV. Awalnya semua berjalan lancar. Tetapi, ketika memasuki hutan, mendadak ada hantu bantet dengan motor matiknya menyelonong di antara kami. Akibatnya aku kehilangan kendali motorku dan tergelincir jatuh. Aku cari partnerku ternyata dia sudah tidak ada. Yang tinggal hanyalah dua ekor kadal ini"
"Eeh!? Dia meninggalkanmu? Partner macam apa yang meninggalkan rekan..."
Azusa berhenti berbicara saat Irene menatapnya tajam.
"Dia bukan tipe petarung. Dia mungkin ketakutan."
"Apa?! Bukan petarung kok bisa ikut…"
Azusa kembali menutup mulut saat Irene menatapnya lagi.
Kami sudah sepakat akan mencapai garis finish bersama-sama. Jadi, terserah apapun katamu, aku akan tetap mencarinya!"
Azusa terpana, "Aneh juga ada Iblis yang masih memegang kesepakatan dengan rekan yang meninggalkannya?"
Irene menatapnya sebal, "Kita akan teruskan obrolan ini atau kau jadi ikut?"
Azusa terdiam sejenak, dia akhirnya mengangguk.

#2
Suasana ruang kerja CEO Hadyatha Group yang biasanya ceria kini terasa panas menggairahkan. Setidaknya itu yang Miranda rasakan saat ini. Irene yang memeluknya dari belakang tengah menciumi lehernya dengan ganas, membuat CEO Hadyatha Group itu merintih keenakan. Tidak sampai disitu, kedua tangan Irene menggerayangi dada Miranda. Melepas kancing kemejanya satu-persatu, dilanjutkan bra, dan gunung keramat yang tanpa pertahanan itu kini jadi bulan-bulanan jari-jemari Irene. Irene cukup terampil melakukan itu semua, membuat Miranda semakin keenakan dan lupa diri.
"Ya…, teruskan…, terusk-…"
CEO muda itu tertatih-tatih menikmati permainan Irene. Sampai-sampai dia kesusahan berdiri dan tubuhnya harus disangga dengan tangannya di atas meja. Sementara gerakan tangan Irene semakin brutal, merambah ke bagian diantara kedua paha Miranda. Miranda yang merasa goa keramatnya akan disentuh tanpa izin, berusaha menghalangi dengan payah. Namun hal itu digagalkan saat Irene, dengan tangan satunya, memaksa Miranda menoleh ke arahnya untuk diajak berpagutan lidah. Miranda tidak henti-hentinya mendesah, meskipun itu tidak terdengar cukup jelas karena mulutnya sudah dipenuhi lidah Irene.
Dan seketika itu juga pintu terbuka. Soraya yang melihat adegan dewasa itu tak bisa menahan keterkejutannya. Dia shock. Saat Miranda tergopoh-gopoh memperbaiki pakaiannya dan hendak menjelaskan, gadis moe itu sudah terlanjur pingsan.
Kamar hotel Irene sedikit bergetar saat portal antar ruang tercipta. Irene muncul dengan wajah sebal. Dia memperbaiki bajunya yang berantakan untuk kemudian menutup portal dengan Gomora.
"Sial! Semua gagal gara-gara seorang bocah!"
"Maksudmu, si cebol Soraya menginterupsi kalian?" seorang gadis menghampirinya dengan wajah penasaran. Irene mengangguk sebal.
"Dengan ratu pesolek itu juga gagal gara-gara ksatria tembus pandang itu! Dua kali calon kontrakku lari!"
Gadis itu mengangguk kecewa.
"Jadi, rencana kita gagal!" tukas si gadis. "Padahal, dengan membuat dua orang itu mematuhi kontrak, akan memudahkan kita mengendalikan pertandingan ini. Kalau begini, bagaimana Nadel bisa menang melawan musuh-musuh Nadel yang hampir semuanya petarung profesional?"
"Maafkan aku…," Irene menunduk sedih. Dia tidak berani menatap wajah Nadel yang menyorotkan aura kekecewaan. "Tapi kita masih bisa menggunakan portal…"
"Kakak yakin? Bukannya kakak tidak bisa membuka portal ke tempat yang kakak tidak tahu? Apa kakak pernah melihat ujung dari arena perlombaan itu? Tempat kotak harta disembunyikan?"
Irene menyadari kebenaran ucapan Nadel. Tetapi Nadel tidak marah, dia malah menghampiri Irene dengan mesra. Dipeluknya Irene.
"Jangan kuatir Kak. Kakak sudah berusaha. Aku tidak menyalahkan Kakak."
Irene tersenyum kecil. Wajah Nadel semakin dekat dengannya.
"Lagian…," Nadel memagut pelan bibir Irene, "…aku punya rencana lain," ujarnya sambil terus melanjutkan permainan lidahnya di mulut Irene. Irene yang terlihat kebingungan dengan maksud Nadel tidak bisa berkata-kata saat Nadel terus melumat bibirnya.
"Asalkan ada kakak bersamaku, kita pasti akan menang!"
Irene sudah tidak bisa fokus dengan ucapan Nadel. Nafsunya semakin sulit dikendalikan sampai-sampai membuat Nadel menghentikan permainan mulutnya. Mata mereka saling bertemu.
Ulangi ucapanku, Kak. Kakak mencintaiku, kakak tidak ingin aku terluka, dan kakak akan melindungiku meskipun nyawa taruhannya."
Irene mendesah kecil lalu mengikuti apa yang diucapkan Nadel.

#3
Ducati Monster mengeluarkan suara dentuman yang menghebohkan saat Irene melakukan starter kick. Api menyembur dari setiap sudut monster roda dua itu seiring suara piston yang beradu kencang laksana suara raungan penghuni Neraka. Motor yang sudah dimodifikasi dengan ornamen-ornamen tengkorak dan simbol iblis itu menggetarkan kelengangan hutan. Belum lagi kobaran api yang muncul menyelimuti kedua roda motor dan gelegak knalpot yang berkali-kali menyemburkan api, memberi kesan ketakutan ke semua yang melihatnya. Setidaknya itu yang membuat Azusa harus mundur teratur. Dia seakan teringat sesuatu.
"Seperti motornya Johnny Blaze!"
"Apanya?"
"Oh, bukan apa-apa!"
"Kuharap kau bisa mengikutiku. Aku cukup kencang."
"Jangan kuatir. Sepatu rodaku sudah didesain untuk…"
Belum selesai Azusa berucap, Irene sudah memacu motornya. Mogenya melaju kencang meninggalkan suara deruman supersonik dan membakar semua yang ada di tempat itu. Azusa  beruntung sempat berlindung di balik pohon  besar saat Monster itu melaju cukup jauh dan meninggalkan kobaran api.
"Iblis gila!"
Ducati Monster menembus hutan lebat itu. Irene tetap mengikuti jalur perlombaan karena menduga Nadel di arah yang sama. Dia melihat beberapa peserta lain yang dia lalui. Ada yang mengayuh sepeda. Ada yang mengendarai motor trail. Ada yang memaksakan membawa Merci-nya masuk hutan. Ada juga yang menaiki babi dan papan luncur. Irene sedikit tersentak saat melihat Azusa. Gadis itu ternyata bisa menyusulnya dengan sepatu rodanya.

#4
Nadel sendiri melihat jalur tanjakan tebing itu cukup rawan. Jalur itu licin. Harus penuh kehati-hatian dalam mengendalikan kendaraannya atau dia bisa terperosok ke jurang curam di sebelah kanannya. Sekali gagal, Nadel pasti mati. Tapi dia tidak boleh berhenti sekarang. Dia harus menjadi yang pertama.
Dia telah membujuk rayu Irene dengan kemampuan persuasi dan pesonanya, untuk mempengaruhi Miranda dan Ratu, yang meskipun gagal tapi Nadel masih membutuhkannya untuk melindunginya. Demi itu juga, Nadel rela menyerahkan tubuhnya demi kepuasan Irene. Dia telah memanfaatkan amarah Abu sang teroris untuk meledakkan perisai dan keisengan si badut Jester untuk merusak portal, mengacaukan starting point peserta demi mengurangi persaingan. Dia rela meninggalkan Dodge Viper miliknya diganti ATV payah ini demi bisa menembus jalur perlombaan. Usahanya sangat banyak. Dia tidak ingin itu semua sia-sia.
Tapi rencananya memang berhasil. Jalur itu lumayan lengang, menandakan dia yang paling depan. Tapi dia tetap harus menggenjot ATV-nya. Intuisinya berkata Irene sebentar lagi menyusulnya. Dia mempunyai beberapa hadiah. Seekor Tyrannosaurus Rex dan beberapa ekor Velociraptor yang mengekor ganas di belakangnya sengaja dia bawa untuk Irene. Bagaimanapun, Nadel ingin mencapai garis finish sendirian.
Intuisinya benar. Dari balik hutan itu, Ada garis api memanjang. Irene telah keluar dari hutan dengan kecepatan penuh. Monster dari Neraka yang dikendarainya memang tidak dapat dihalangi oleh medan apapun. Dalam beberapa detik saja, Irene sudah hampir menghampirinya. Kini saatnya Nadel melakukan rencananya.

#5
"Gadis yang dikejar T-Rex itu?"
Laju Azusa sudah sejajar dengan Irene. Gadis itu mengangguk.
"Tolong! Nadel tidak bisa bertarung! Reptil-reptil itu bisa mengoyaknya!"
"Oke! Sekarang aku mulai heran, mengapa kau memilih dia jadi partner?"
"Regalia-mu bisa memenggal T-Rex? Aku akan menangani Velociraptor-nya!"
Azusa tersenyum kecil, "Lihat saja!"
Berdua mereka memacu kendaraan masing-masing menuju gerombolan reptil yang menyerang Nadel. Tetapi tanpa diduga, Nadel memutar arah ATV-nya menuju mereka berdua. Dengan kelincahan seorang pembalap, Nadel melintas diantara para reptil itu sehingga membuat gerombolan dinosaurus merubah arah kejaran mereka menuju Irene dan Azusa.
Irene terkejut melihat manuver Nadel. Gerombolan reptil itu kini menuju ke arah mereka bertiga. Tetapi Nadel segera bermanuver lagi memutar ATV-nya ke arah semula. Dinosaurus yang sudah berputar arah dan melihat mangsa baru, kini lebih tertarik untuk menyambut kedatangan Irene dan Azusa.
"Ap-apaan temanmu itu?!" Azusa terkejut melihat tingkah Nadel.
"Tak ada waktu! Sekarang saatnya!!!" Irene menyuruh Azusa segera menyerang.
Tanpa menunda lagi, Azusa memicu sepatu rodanya hingga dia sanggup melompat tinggi.  Dia memanggil Regalia dan Wiseman sekaligus untuk menembus tengkorak T-Rex dan membelah kadal itu jadi dua.
Tapi rupanya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Azusa menyadari exoskeletonnya jamming. Pedang-pedang yang seharusnya dia pakai macet tertahan di tempatnya. Azusa yang selanjutnya sibuk memperbaiki aktuator-nya tidak menyadari kalau T-Rex siap menangkapnya dengan mulut yang terbuka lebar-lebar.
Irene yang kalap melihat kondisi partnernya yang terancam menggeber motornya lebih kencang dan mengangkatnya ke udara. Ducati Monster itu melayang ke arah wajah T-Rex dan menghajarnya. Kadal itu terjungkal cukup keras ke samping dengan wajah gosong terkena kobaran api motor Irene.
Irene lalu, dengan kedua sayapnya, terbang menangkap Azusa yang kehilangan kendali dari lompatannya dan membawanya turun ke tanah.
"Te-terima kasih," bisik Azusa sedikit ketakutan. Telat sedikit Irene menolongnya, tubuhnya pasti sudah terkoyak habis.
Belum selesai, gerombolan Velociraptor masih mengincar mereka. Irene melihat Nadel yang tengah memandang mereka sesaat dari kejauhan untuk selanjutnya membawa ATV-nya pergi.
"Temanmu itu…," Azusa terbatuk, "…masih meninggalkanmu juga."
Irene tidak berkomentar. Dia memanggil Gomora. Kadal-kadal itu sudah siap menerkam mereka.
"Semoga kau sudah memperbaiki peralatanmu!"
Seekor Velociraptor memberanikan diri menyerang kedua gadis itu. Irene yang siap menerjang, didahului oleh sebuah tombak yang melayang dan menembus kepala Velociraptor itu. Irene melihat pria dengan helm besi melewatinya.
Tak lama berselang, sosok berbaju besi mengikutinya dan menyerang Velociraptor yang lain sambil berteriak pujalah mentari. Lalu muncul pria dengan setelan serba kuning menyusul sambil meneriakkan kata super dan menghajar reptil lain dengan sepedanya.
"Tenang saja, nona-nona manis. Kami pria sejati tidak akan membiarkan wanita bertarung sendiri," ujar pria berambut mohawk yang muncul diantara mereka sembari memegang pundak Irene dan Azusa dengan tatapan genit, membuat dua gadis itu risih.
"Te-terima kasih!"
"Lanjutkan perjalanan kalian! Kami yang akan mengurus dari sini!" tukas pria itu sambil melanjutkan langkahnya menghajar Velociraptor.
Irene lalu menatap Azusa, "Aku mau mengejar Nadel, kau ikut?"

#6
Gomora mengarah tepat ke leher Nadel. Gadis itu tidak berkutik saat Irene yang sudah berdiri menghadapnya sudah berubah wujud menyerupai iblis. Sayap hitam, tanduk yang mencuat, mata dan rambut memerah, adalah ciri kalau Irene sudah memasuki mode agresif karena sikapnya.
"Kenapa tadi kau meninggalkanku?"
Nadel membalas tatapan Irene dengan terbata, "K-kau tahu aku tidak punya kemampuan be-bertarung! Dalam kondisi ini ba-bagaimana aku me-menolongmu…"
"Kita sudah sepakat akan bersama sampai garis akhir! Tapi kau mengkhianatiku! Meninggalkanku dua kali! Seharusnya aku sadari dari awal…, kau mengumpankan monster itu pada kami agar kau bisa pergi sendiri! Kau sengaja melakukan itu semua! Betul kan?!"
Nadel terdiam tidak berkutik.
"Jawab aku! Jalang brengsek!!!"
Sayap Irene mengembang lebar, menghasilkan hempasan angin yang cukup kuat untuk menggetarkan nyali Nadel. Tapi gadis itu tetap diam.
Azusa yang melihat betapa gawatnya situasi ini berusaha mencegah Irene, "Ingat kata Rasyid! Ronde ini kita tidak boleh melukai peserta!"
"Persetan kau!" Irene menatap Azusa buas. Gadis itu segera mundur teratur. Irene lalu menghampiri Nadel sedekat mungkin.
"Aku akan sangat senang memanggil Ayah kesini untuk membawamu ke Nerakaku! Disana akan kubuat kamu belajar sakitnya pengkhianatan!" Irene mengiris perlahan leher Nadel dengan ujung Gomora. "Setetes darah ini untuk persetujuanmu!" bisik Irene keji. Nadel hanya terpejam ketakutan. Tubuhnya bergetar saat Gomora mengambil tetesan darahnya.
Tetapi, mendadak gadis itu merasakan percaya dirinya pulih. Rasa takutnya hilang. Dia membalas tatapan Irene lebih keji.
"Kamu yang akan terbakar dulu disini, iblis jalang!"
Irene terkejut saat sensasi terbakar merayap di seluruh tubuhnya. Dadanya mendadak nyeri. Irene menjerit kesakitan. Sambil berusaha memahami apa yang terjadi, dia menjauhi Nadel dan bersembunyi di belakang Azusa. Irene merasakan ada yang menuju ke arah mereka.
"Bau orang alim?! Ke-keparat! Si-siapa!?"
Sosok itu mulai terlihat dan menghambur ke arah Nadel.
"Demi Allah, Nadel! Apa Paman bilang, jangan berkelahi! Dan mana hijabmu?!"
Sosok itu adalah hantu berwajah alim dengan sorban putih dan jenggot panjang. Ada rompi hitam berkantung di jubahnya. Salah satu tangannya memegang benda yang paling dibenci iblis manapun.
Al-Qur'an.
"Maafkan Nadel, Paman Emir Boom. Tapi Nadel perlu membela diri dari iblis disana!"
Nadel menunjuk ke arah Irene sambil tersenyum licik. Irene tidak menduga, Nadel mempengaruhi hantu bernama Emir itu untuk melindunginya dari dirinya. Dia sudah merencanakan ini sejak awal. Geram, Irene mengambil Sodom dan hendak menembak jalang licik itu kalau saja Emir tidak menghampirinya.
"Ja-jangan kemari!!! Ampuuun!!! Aaarrrrhhh!!!"
Asap keluar dari bagian tubuh Irene. Azusa yang melihat partnernya meronta kesakitan segera mencabut Regalia dan mengarahkannya ke Emir.
"Mundur, atau kupotong kepalamu!"
"Eits! Tidak ada kekerasan disini! Mashaallah! Kau tidak boleh bermain dengan benda tajam!" celoteh Emir tanpa rasa takut menghampiri Azusa.
"Aku tidak akan mengulangi ancamanku!" Azusa kini mencabut Wiseman dan mengarahkan ke Nadel. "Suruh onta Arab ini mundur sekarang!"
Nadel berbisik kepada Emir, "Paman! Kurasa sudah cukup! Nadel sudah yakin iblis itu gak akan ganggu Nadel lagi!"
"Naudzubillah Nadel, iblis harus dibakar dengan ayat suci! Biarkan aku…"
"Lebih baik Paman bantu aku. Hijabku tadi tertiup angin. Lagian, aku masih belum bisa memakai hijab dengan benar. Maukah Paman mengajariku?"
"Tentu! Semua gadis wajib berhijab! Ayo kita cari hijabmu!"
Emir berbalik arah dengan penuh semangat diikuti Nadel. Sebelum berbalik, Nadel memandang Irene dan memberikannya ciuman jauh dengan tatapan kemenangan.
Irene menggeram. Dengan sisa-sisa tenaga dia mencoba bangkit. Ingin dia terbang mencengkeram Nadel. Tapi dia tidak berani terlalu dekat dengan Al-Qur'an yang dipegang si alim brengsek itu. Peristiwa tadi sudah cukup baginya.
"Kau baik-baik saja? Sudahlah! Toh kita juga dapat kotak harta di urutan awal!" tukas Azusa menenangkan Irene. Namun Irene tidak menggubris Azusa. Pikirannya hanya tertuju kepada gadis berambut hitam yang perlahan-lahan menghilang dari hadapannya.
Nadaa Kirana, Irene mencap nama itu dalam relung hatinya dalam-dalam. Seandainya nanti bertemu lagi, Irene bersumpah atas nama Neraka Feles, dia tidak akan tanggung-tanggung lagi untuk menyeretnya dalam siksaan abadi.
[end]

Komentar

  1. Apa yang saya harapkan: Kontrak neraka. Irina Feles bisa EZ GGWP
    Apa yang didapat: Maniak pedang dan gadis biseksual dengan nuansa incest.
    Not what i expect. Tapi ritual kontraknya membuat saya sepaham dengan Soraya: Eroi.

    Porsi balapan + bertarung ada. T-rex nampaknya begitu samsak ya?
    Usual menghibur. 7/10

    Tora Kyuin

    BalasHapus
    Balasan
    1. So very terima kasih sudah memberi apresiasi dan nilai, nanti saya sempatkan mampir.
      Respon:
      1. Kontrak, sebenarnya Irene sudah siap melakukan kontrak di akhir cerita dengan Nadel (Nadaa Kirana), bahkan sdh mengambil darahnya, tapi batal.
      2. EZ GGWP? apaan ni?
      3. Maniak pedang: sesuai charshet, (Motomiya) Azusa memang maniak pedang, beberapa dialog diambil dari quotesnya
      4. Gadis biseksual: Irene dan Nadel memang biseks, sesuai charshet
      5. Incest: tidak ada tema incest di cerita saya yg ini
      6. Ritual kontrak eroi: tidak, ritual kontrak sesuai dgn penjelasan di charshet, tp mengapa irene melakukan adegan ero dgn korban? agar korban bersedia. ini blm masuk ritual kontrak.
      7. T-rex as samsak: memang, sebenarnya pengen saya eksplore lebih jauh, tapi apa dikata keterbatasan kata

      Hapus
  2. Ini adalah bulan puasa dimana setan-setan dikurung, jadi sangat wajar kalau setan-setan pada liburan ke dunia Esmetas. #eh...

    Saya sempat mengira Nadel ini karakter non-OC sampai di akhir cerita yang ternyata Nadel ini Nadaa Kirana. Saran saya mungkin waktu memperkenalkan Nadel pertama kali bisa dijelaskan dia ini adalah Naada Kirana dengan panggilan Nadel, mengingat beberapa OC peserta punya nama panggilan agak beda dengan yang tercantum di kolom nama lengkap(read : OC Sendiri).

    Adegan pertarungan sip sekali. Saya suka perbedaan ketebalan pedang Rapier Irene dan Katana Azuza, sehingga membuat perbedaan cara mereka melawan raptor.

    Stensilan kurang banyak #eh, bukan. Komplain saya hanya pada #4. Bagian ini bisa dilewati begitu saja dari #3 ke #5 karena di #5 sudah dijelaskan dengan baik tingkah laku Nadel memberi kesan menusuk Irene dari belakang.

    Uh... Btw, judul Charsheet Irene Feles di blog tertulis "Irina Feles".

    Verdict? Never make a contract with an angel, a devil, or even a hybrid of both.
    Nilai : 7/10

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketinggalan

      OC : Morgen "Charta" Charterflug.

      Hapus
    2. Terima kasih atas nilai dan apresiasinya, kang...
      .
      Iya, salah saya tidak menjelaskan dulu Nadel ini sapa sebenarnya, memang harusnya memperlakukan oc orang lain itu dengan baik, jangan asal sembarangan comot XD
      .
      Stensilan XD udah lama gak denger istilah jaman porkas
      .
      Mengapa saya menjelaskan #4 adalah untuk mendapatkan gambaran apa yang sudah dilakukan Nadel di bagian2 sebelumnya, bukan cuma informasi dia mau mengkhianati Irene
      ,
      iya saya galau soal nama... XD mgk akan pakai nama Irene terus

      Hapus
  3. Saya awalnya memang bingung siapa Nadel, tapi setelah buka charsheet peserta baru tahu siapa. Entrinya rapi, ada banyak karakter tambahan yang role-nya pas. Bahkan mengikutsertakan panitia ke dalam plot cukup penting merupakan hal yang cukup unik. Adegan fighting-nya intens, begitu pula adegan dengan Miranda. Ada benang-benang plot ke depannya dengan Azusa dan Nadaa, jadi entrinya sangat cocok jadi pembuka cerita. Saya overall merasa terhibur kala membaca. Saya beri nilai 8/10.

    BalasHapus
  4. Sekilas rasanya ini kaya entri punya Nadel alih-alih Irene. Dari awal sampai akhir semuanya bergerak sesuai rencana Nadel, sampai ada persua-ception walau di bagian Irenenya gagal.

    Ceritanya udah ngalir, walau banyak cameo, peran-perannya punya impact. Dan action-nya paling keren pas Irene pake motor buat ngehajar t-rex xD Irene itu cool ya~

    Nilai: 8
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus
  5. Jika diterka dari peran Nadel diisni, kayaknya ia bakal jadi main antagonist buat canon Irene? Jika iya, senang rasanya si gadis bermasalah ini bisa turut andil, terimakasih sudah rela memplotkan sebagian besar spotlight pada dirinya :)

    Btw, emang pilihan tepat si masangin Nadel sebagai lawan bukannya kawan, karna apa aja yang dia lakukan, pada akhirnya bakal menusuk dari belakang dan ga berpiki dua kali. Hanya saja, di sini Nadel digambarkan sedikit immature dan kekanak-kanakan. Bukan masalah sama sekali si sebenarnya, cuma saya lucu aja kalau mbacanya, kaya ngeliat dia waktu SMP. Saya serarhin aja deh ke Iren mau nggambarin Nadel mau gimana.

    Tambahan, entri pertama dan mungkin satu-satunya yang bikin saya ngakak karena endingnya, ampun. Itu ngapain Emir nanyain hijab ke Nadel. Ga nduga sama sekali xD
    Fyi, si Nadel di ceritanya sendiri ia agnostik, jadi buat saya itu nambah poin kelucuannya.

    Nilai 8/10

    - Nadaa Kirana

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya