[Ronde 4] Abu - Dia yang Berbincang dengan Iblis

R4 – DIA YANG BERBINCANG DENGAN IBLIS

 

 

oleh : Heru Setiawan

 

[41]

 

Musik disetel. Kali ini dalam varian irama yang lebih mencekam, didominasi dentingan pipe organ bergaya klasik.

 

"Yak, pemirsa di seluruh Esmetas. Bersama saya, Rasyid—"

 

"—dan aku, si jelita Soraya."

 

"Kita bertemu lagi di pengantar Battle of Realms Infinity, Ronde Keempat!"

 

Volume musik terdengar semakin kuat, irama menjadi lebih cepat.

 

"Tema ronde ini adalah Labirin Neraka!" seru Soraya. "Dan Kak Rasyid si robot di sebelahku ini yang akan menjelaskan sisanya~"

 

"Oke," ujar Ibnu Rasyid, "singkat saja. Dua peserta akan beradu cepat atau bekerja sama untuk bisa sampai ke pintu keluar dari labirin. Dosa masa lalu akan mengintai. Kesalahan akan membawamu ke Raja Iblis yang menguasai labirin."

 

"Uuuww ... t-terdengar mengerikan. A-apakah ada jaminan bahwa peserta bisa selamat?" komentar Soraya.

 

Ibnu Rasyid menggeleng, "Sayangnya, kali ini tidak. Peserta bisa mati."

 

Dentingan pipe organ sampai pada klimaksnya, sebelum akhirnya diakhiri secara tiba-tiba dalam satu akor minor. Lalu semuanya hening.

 

[42]

 

Belum ada beberapa menit memasuki labirin, Gubbins Lollygag sudah menyaksikan neraka kecil.

 

"Flibbarf! OH TIDAK!!"

 

Kepala monster kucing seukuran dua meter itu hancur begitu saja. Gumpalan daging memuncrat beriringan dengan cairan kental sejenis darah. Tubuh besar kucing itu ambruk, membuat lantai merah labirin berguncang. Seorang pria tua naik ke atas punggung si kucing. Tangan kanannya menyentuh pohon aneh yang tumbuh di punggung si kucing raksasa.

 

"Kutukar dengan seluruh uang di dunia. Wahai, Pohon... aku mau membeli Tuhan," kata pria itu.

 

Gubbins yang terpaut lima meter dari sana pun protes, "H-hei! Bukan begitu cara kerja Floccile! Pria bengis, apa gerangan yang hendak kau lakukan!?"

 

Tak terjadi apa-apa. Tuhan belum terjual.

 

"Tidak cukup uangnya?" ujar si pria tua sembari mengernyitkan dahi.

 

Pelan-pelan, kepala kucing monster itu mulai beregenerasi membentuk ulang daging-dagingnya. Pria tua itu melompat turun dari punggung si kucing sambil melempar sejenis peledak khusus.

 

Kali ini api menyambar seluruh badan si kucing monster beserta pohon di punggungnya sekaligus.

 

"H-hei! HENTIKAN!!"

 

Gubbins si bocah misterius terlambat dalam mencegah. Tunggangan kesayangannya sudah dibantai oleh pria tua aneh dengan beragam senjata. Memang, Flibbertigibbet dan Pohon Floccinaucinihilipilification-nya akan menyembuhkan diri. Namun dengan kerusakan separah ini, butuh sekian hari untuk beregenerasi total.

 

Dengan kata lain, Gubbins harus menjalani ronde ini tanpa kendaraan!

 

"Kau bilang caraku salah?" pria tua tadi mendekat dan bertanya ke Gubbins.

 

"Iya. Seharusnya tadi itu—"

 

"Apakah kalau cara mintanya benar, aku bisa membeli Tuhan?"

 

Gubbins terdiam. Tentu saja kemampuan pohon itu tidak bisa melampaui kekuatan Great-Unknown sendiri, pikirnya. Maka dengan sedikit rasa sebal, Gubbins menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak."

 

"Sudah kuduga," pria tua itu malah menyeringai.

 

Kemudian Gubbins perlahan melangkah mundur, mencari jarak aman. Diperhatikannya sosok sang lawan bicara.

 

"Aku tahu siapa dirimu...."

 

Pikiran Gubbins terlempar pada ronde sebelumnya. Dia yang tergabung dalam faksi gurun harus menelan pil pahit. Siapa yang menyangka kalau regu penjaga konser yang dipimpin oleh tiga petarung terbaik faksi gurun, yaitu pahlawan bertombak, gadis vampir, dan makhluk setengah dewa, bisa kebobolan juga. Kabarnya, mereka dikalahkan manusia biasa, yaitu seorang pria tua berpostur militer...

 

"Namamu Abu!"

 

[43]

 

Gubbins Lollygag hanyalah bocah muda yang minim pengalaman bertarung, terlebih tanpa bantuan kucing monster berpunggung pohon miliknya. Tak sampai semenit, Gubbins sudah terkapar tak berdaya.

 

"Playstation," ujar Abu sambil menginjak kepala Gubbins. "Ya, simbol-simbol di kepalamu itu. Mainan bocah."

 

"B-bukan! Kau tidak punya pengetahuan apa-apa tentang ini, pria bengis!" seru Gubbins, masih dalam posisi terbaring dan terinjak.

 

"Begitu?"

 

Abu tak banyak berkata. Tanpa belas kasihan, dia langsung memukul belakang kepala Gubbins kuat-kuat, dihantamkan ke tanah berkali-kali. Muka si bocah pun remuk dan berdarah-darah. Akan tetapi, luka-luka itu perlahan sembuh dengan sendirinya. Itu adalah kemampuan regenerasi Gubbins Lollygag.

 

Bukannya terheran dengan kemampuan itu, Abu malah tersenyum senang. Dia kembali menyiksa Gubbins. Ditendanginya bocah itu, ditusuk-tusuklah punggung si bocah dengan pisau, kemudian dipatahkan pula tulang tangan dan kakinya.

 

Tubuh ajaib Gubbins memang langsung menyembuhkan diri. Namun derita yang dia rasakan itu nyata. Rasa sakit itu ada. Tak tertahankan. Bocah itu pun menangis.

 

"A...ampuni aku..! Tolong jangan siksa aku lagi... hiks ...kumohon."

 

Tentu saja Abu tidak menuruti rengekan Gubbins. Pria bengis itu melanjutkan siksaannya. Sampai si bocah tak lagi mampu memelas minta pengampunan.

 

Gubbins menyesal.

 

Tadi dia sempat berpikir kalau lawannya tidak tahu apa-apa soal kemampuan Gubbins sebagai Idyllicist. Namun sekarang Gubbins sadar kalau dirinya sedang dipermainkan.

 

Sepertinya Abu tahu betul tentang keistimewaan tubuh Gubbins Lollygag, juga perihal monster Flibbertigibbet dan pohon Floccinaucinihilipilification. Bukan tidak mungkin kalau Abu juga tahu mengenai Gubbins yang bakalan mati jika keempat simbol misteriusnya dihancurkan bersamaan.

 

Namun mengetahui semua itu, Abu malah memilih untuk menyiksa Gubbins ketimbang membunuhnya.

 

"Se...sejauh apa kau tahu tentangku?" Gubbins memberanikan diri bertanya.

 

Dijawab Abu singkat, "Sesuai data."

 

Sekarang semua menjadi masuk akal bagi Gubbins, tentang mengapa Abu bisa menghajar peserta-peserta lainnya dengan mudah.

 

"Ka..kau punya data semua peserta??" tanya Gubbins.

 

Abu tidak perlu menjawab itu. Dia menendang tubuh mungil Gubbins hingga bocah itu terperosok ke pinggir.

 

"...labirin ini...," ujar Gubbins dengan suara lirih, "..tidak akan meloloskan pendosa besar sepertimu, p..pria bengis...."

 

"Dosa hanya nyata jika tuhan itu nyata," sahut Abu, sebelum akhirnya berpaling pergi.

 

Gubbins kini terdiam.

 

[44]

 

"Anak manis, mulai sekarang namamu adalah Abu. Seperti nama monyet dalam kartun Aladdin. Ahahaha!"

 

Bocah yang disebut sebagai Abu itu tidak menjawab. Bagaimanapun, dia mengangguk tanda setuju, seperti yang dilakukan oleh anak-anak lain di sampingnya. Mereka telah menerima nama baru. Konsekuensi dari itu adalah hilangnya masa lalu mereka, juga masa depan mereka.

 

Perkemahan itu adalah markas grup jihadis Al-Thair Al-Aswadi, cabang 13 selatan.

 

...

 

......

 

Abu tua berkeringat dingin.

 

Tiba-tiba saja sekelebat ingatan masa lalunya muncul tanpa diminta. Tergambar begitu jelas, seolah cuplikan film. Langkah pria tua ini terhenti. Fokusnya hilang. Dia hanya bisa bersandar di tembok labirin yang terbentuk dari kumpulan tulang-belulang.

 

"Ini...??"

 

Rupanya sihir labirin neraka mulai bekerja.

 

Abu menggeram kesal. Tangannya meninju tembok labirin. Namun sia-sia belaka. Ingatan masa lalu itu kembali muncul.

 

......

 

...

 

Abu kecil berdiri tegak sambil terengah-engah. Potongan kayu masih tergenggam kuat di tangannya. Darah menetes dari ujung potongan kayu itu.

 

Di sekeliling Abu, tampak belasan anak kecil lain terkapar penuh luka. Ada yang masih mengerang-erang kesakitan. Namun ada juga yang sudah tak bergerak lagi.

 

Sementara itu, di pojok ruangan, tampak sekumpulan pria berjenggot lebat bertepuk tangan dan tertawa puas.

 

"Dia akan menjadi aset terbaik kita. Aku sudah menduga itu, ahahaha!"

 

...

 

......

 

Abu mengatur napasnya, mencoba menenangkan diri. Pelan-pelan pikirannya bisa kembali fokus. Dia terus berjalan menyusuri labirin, berbelok ke kanan atau ke kiri mengikuti naluri.

 

......

 

...

 

"Dengarkan aku, Abu. Kita sedang berjihad di jalan tuhan. Yang akan kau lakukan bukanlah tindakan kriminal. Ini adalah tugas mulia kita!" salah seorang pria berjanggut lebat mencoba meyakinkan anak didiknya.

 

Abu remaja pun menjawab, "Jadi yang perlu kulakukan hanyalah melenyapkan orang di foto ini?"

 

"Benar! Jenderal Mehfudz harus mati demi tujuan kita!"

 

"Ini keinginan tuhan?"

 

"Ya! Keinginan tuhan!"

 

Kemudian Abu remaja pun melesat keluar dari persembunyian. Dengan senjata lengkap, dia menyerbu masuk ke rumah Jenderal Mehfudz, membunuh siapapun yang menghalangi jalannya.

 

Keesokan harinya, potongan kepala Jenderal Mehfudz sudah menggantung di alun-alun kota.

 

[45]

 

Di sisi lain labirin, tampak Gubbins Lollygag berlari kesana-kemari dengan wajah ketakutan. Entah dosa masa lalu seperti apa yang bisa menghantui seorang bocah yang usianya bahkan belum mencapai sepuluh tahun.

 

Gubbins terus berlari hingga tersesat semakin dalam di labirin.

 

Yang bisa dia lakukan hanyalah menjerit.

 

Dia bahkan tidak menyadari kalau sosok penguasa labirin sudah mengamati tingkah lakunya dari kejauhan. Sosok itu terlihat serius menimbang kapasitas peserta yang memasuki labirinnya, tak peduli peserta tua ataupun muda.

 

[46]

 

Abu remaja tampak gelisah luar biasa di kamarnya yang sempit. Sudah dua tahun dia menjalani tugas kotor dari grup jihadis, menghabisi begitu banyak nyawa. Dia sudah tak bisa menghitung lagi. Kini wajah-wajah orang yang pernah dibunuhnya selalu muncul dalam mimpi tidurnya. Abu tak pernah lagi tidur nyenyak.

 

Bukan hanya itu, pikirannya pun kini kacau. Setiap melihat orang lain, yang terbayang pertama kali oleh Abu adalah bagaimana cara membunuh orang itu dengan cara paling efisien.

 

Sementara itu, dia menyaksikan mentor yang melatihnya bertempur bisa tertidur nyenyak. Mentornya tampak begitu menikmati hidup, bisa makan daging kerbau ditambah minuman anggur yang mahal. Sesekali, mentornya itu juga tampak bercinta dengan budak-budak wanita yang ada di perkemahan.

 

Abu remaja mencoba mengikuti apa yang dilakukan mentornya. Namun daging kerbau yang dia makan tidak berasa apa-apa. Anggur yang dia minum serasa seperti lumpur. Lalu wanita yang dia gumuli terasa seperti sampah.

 

Abu telah mati rasa.

 

Semua ini demi tuhan. Hanya saja, Abu tak tahu tuhan yang mana.

 

...

 

......

 

Abu duduk di bongkahan pohon, menghela napas panjang. Dia mengelap bilah pisaunya yang berlumuran darah.

 

Di depannya, sudah ada tumpukan mayat makhluk seperti manusia. Hanya saja mereka berbadan merah dan bersayap kecil. Mereka adalah Hvyt, penghuni labirin ini.

 

Tak lama berselang, hadirlah sosok penguasa labirin ke hadapan Abu. Teroris itu tertawa kecil.

 

"Berbeda dengan tuhan, kau datang cepat sekali saat kaummu kubantai." Abu lantas menyapa, "Hai, Iblis."

 

[47]

 

Di tengah-tengah Labirin Andarabhula, Esmestas Nanthara, berdirilah Istana Raja Iblis Astaroth. Saat ini, istana itu lebih mirip seperti puing walaupun masih sedikit memancarkan sinar kemegahan masa silam.

 

Abu dijamu di ruang tamu.

 

"Jadi, apakah kau memang Iblis?" tanya Abu sembari menyeruput kopi rasa darah.

 

"Aku adalah Astaroth, satu dari Tiga Iblis Tertinggi," jawab sang Iblis.

 

"Dua sisanya siapa? Beelzebub dan Lucifer, hah?" ledek Abu.

 

Astaroth tidak menjawab.

 

Sang Iblis hanya menyodorkan sepiring daging yang sudah dipanggang matang. Abu pun melahapnya dengan ekspresi datar. Itu adalah daging Hvyt yang tadi dibunuh Abu.

 

Pembicaraan berlanjut.

 

"Jadi, apakah kau memang Iblis?" Abu mengulangi pertanyaannya.

 

Astaroth tidak menjawab. Dia hanya menjentikkan jari. Seketika, telinga kiri Abu yang waktu itu dipotong Tricia pun tumbuh kembali. Abu bertepuk tangan sambil berkata wow.

 

Kini Astaroth balik bertanya, "Ilusi masa lalu tidak menghancurkanmu? Apakah kau tidak menganggap semua perbuatanmu sebagai dosa?"

 

"Tidak," jawab Abu.

 

Astaroth terdiam.

 

"Dan kurasa, kau tahu apa mauku, Iblis," lanjut Abu.

 

Mendengar itu, Astaroth tertawa lebar. "Kau ingin tuhan turun ke hadapanmu?"

 

[48]

 

Hari itu grup jihadis Al-Thair Al-Aswadi cabang 13 selatan musnah untuk selamanya. Namun yang menghabisi mereka bukanlah tentara pemerintah ataupun polisi anti-teror. Abulah yang membunuh semuanya.

 

Abu merasa sudah cukup dengan mereka.

 

Kemudian seminggu berselang, satu demi satu cabang lainnya pun hancur di tangan Abu. Tak ada yang selamat.

 

Lalu dalam kurun satu tahun saja, kelompok teroris lain di seluruh dunia pun ikut lenyap. Para pemimpin mereka dipenggal, potongan kepalanya dikirimkan ke kantor berita.

 

Tahun itu dikenal sebagai tahun hancurnya terorisme ... atau setidaknya begitulah penduduk dunia berharap. Sayangnya mereka salah besar. Abu hanya melenyapkan teror palsu berkedok politik dan agama. Sebagai gantinya, Abu menghadirkan teror asli tanpa pandang bulu. Semua bisa mati tanpa terkecuali.

 

Empat puluh tahun teror...

 

Sampai akhirnya Abu pun menghilang ke dimensi lain.

 

[49]

 

Abu telah sampai di pintu keluar labirin. Robot NGSR sudah menantinya dengan perahu motor.

 

Delapan permata Esmestas, itulah yang disinggung oleh Raja Iblis Astaroth. Abu sendiri pesimis. Apakah kedelapan permata itu memang bisa memanggil tuhan turun? Abu tak akan tahu jawabannya kalau belum dicoba.

 

Lagipula Abu sudah membuat semacam perjanjian dengan Raja Iblis Astaroth. Jika mengumpulkan permata itu juga belum cukup untuk bisa memanggil tuhan, maka Abu akan kembali ke labirin ini untuk memenggal langsung kepala Astaroth.

 

[R4 – selesai]

 


Komentar

  1. Maaf saya baru baca R1 dan ini. Kenapa saya pilih entri ini? Saya kira bisa dapat gambaran kenapa Abu sekuat itu di babak ini. Kan memang, R4 ditujukan buat penggalian masa lalu. Trus reaksi saya: Abu orang macam apa sih? Dia soliter, pendiam, tp segala hal bisa hancur karena dia? Kirain dia punya kekuatan super tertentu, mungkin mutan, atau intuisinya oke banget sampe semuanya berjalan sesuai rencana dia, atau punya kekuatan persuasi dan manipulasi (dia dikatakan bs ngancurin sekaliber kota suci, dan itu gamungkin kan dilakuin sendirian?). tp ga ditunjukkan. yg ada macam "dia teroris dan merciless udah dr kecil". jd saya, masih belum bisa terima ada orang kayak Abu. kalau salah, koreksi saja. skor 8 -Ifan

    BalasHapus
  2. Ah baru backward read dari Abu.
    Bahkan ketemu entitas sejenis Astaroth saja. Interaksinya menarik. Kehebatan entri abu itu selalu ada sensasi "Fast-paced" tapi juga diimbangi kepadatan cerita. Tau2 udah ampe bawah. Dengan kepuasan. Dan hook-up dari interaksi sebelumnya jadi satu magnet untuk menanti debut si teroris ini.

    8/10 dri Tora Kyuin

    BalasHapus

Posting Komentar