[Round 5] Abu - Mereka yang Berjumlah Delapan

R5 – MEREKA YANG BERJUMLAH DELAPAN

 

 

oleh : Heru Setiawan

 

[50]

 

Astaroth sang Raja Iblis penguasa Pulau Neraka Nanthara bukanlah pecundang. Ketika diancam akan dipenggal oleh Abu, Raja Iblis itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Abu sendiri tak menyadari kalau Astaroth memberikan hadiah kecil berupa kutukan Nanthara. Sederhananya, efek pulau neraka itu tetap akan terasa di manapun Abu berada.

 

Seperti saat ini, sendiri di kamarnya, Abu hanya bisa berteriak seperti orang gila. Keringat dinginnya mengalir. Matanya mendelik dikelabui ilusi masa lalu.

 

"UAAAAAARGGHHH!!!!!!"

 

Bantal guling itu jadi korban tusukan bertubi-tubi. Di mata Abu, pisaunya saat ini sedang menikam tiruan dirinya sendiri. Namun berapa kali pun sosok tiruan Abu ditikam, suaranya tetap terngiang.

 

Berapa banyak orang yang sudah kau bunuh?

Anak kecil? Orang tua? Mereka yang tidak bersalah...

 

"Diam! Kalau kau memang diriku, tentu tahu kalau aku tidak peduli sama sekali berapa banyak yang kubunuh!"

 

Oh, ya?

Termasuk orang tuamu sendiri?

 

"...!?"

 

Saat kau sudah lepas dari kelompok, kau selidiki sendiri identitasmu, asal-usulmu. Lalu kau sampai pada suatu alamat. Keluarga bahagia yang terdiri dari—

 

"Ya, kubunuh mereka semua! Memangnya kenapa!?"

 

Satu tusukan pisau kali ini bersarang di punggung tangan kiri Abu sendiri. Darah mengalir. Sang teroris mencoba mengusir ilusi dengan rasa sakit. Kini dia kembali bisa melihat bantal guling yang sudah terburai, kapuk betebaran. Namun suara itu tetap ada.

 

Memaksa turun Tuhan hanyalah kedokmu. Alasan palsu untuk pembenaran. Sebab membunuh, membantai...

 

...adalah satu-satunya hal yang bisa kau lakukan.

 

Abu hanya bisa terdiam.

 

Dia benar-benar kesal.

 

Saat turnamen ini selesai, Abu akan kembali mengunjungi Nanthara untuk menyapa Astaroth dan berterima kasih atas tipuan si Raja Iblis ini.

 

[51]

 

Beberapa hari menjelang Ronde Kelima, Abu hanya menghabiskan diri di kamarnya. Dia tidak melakukan apa-apa. Tidak makan ataupun minum. Hanya duduk di sofa dengan pikiran kosong. Hampir seperti pertapa yang tengah bermeditasi.

 

Saat panitia turnamen menjemput pun, Abu tampak menurut begitu saja. Tanpa bicara, tanpa seringai, tanpa senjata. Abu tak melawan sedikit pun. Tatapannya hampa. Bahkan tak terasa aura menekan sama sekali seperti yang biasanya terjadi.

 

Namun petugas turnamen tetap waspada. Mereka membawa Abu pergi dalam keadaan terbelenggu jaket khusus seperti yang selalu dipakaikan ke penjahat atau pasien RSJ berbahaya. Tentu dengan dilengkapi rantai dan borgol.

 

Setidaknya, hal ini membuat peserta-peserta lain yang satu bus dengan Abu merasa aman. Reputasi buruk si teroris selama berlajalannya turnamen tentu sudah tersebar ke para peserta lain.

 

Total ada empat bus yang membawa seluruh peserta menuju lokasi Ronde Kelima.

 

Tema kali ini adalah Virtual Reality.

 

[52]

 

Pria itu mengendarai sepeda motor sambil menjaga jarak membuntuti mobil yang mengangkut satu peserta spesial, terpisah dari peserta-peserta lainnya.

 

"Felix Garfield...," gumam si pengendara motor.

 

Nama peserta spesial itu, Felix Garfield, selalu muncul saat informasi-informasi vital dikumpulkan terkait dengan penyelenggaraan turnamen Battle of Realms Inifinity ini. Tentunya bukan informasi umum yang diketahui peserta-peserta lain.

 

Apa yang membuat peserta ini spesial?

 

Singkatnya, seluruh harta Esmestas yang menampakkan diri sepanjang turnamen selalu berhubungan dengan Felix Garfield. Mulai dari peti harta di pulau dinosaurus, sistem lampu di kota yang tak pernah tidur, sampai harta yang tersembunyi di medan peperangan kuno dan pulau iblis.

 

Dengan kata lain, panitia penyelenggara yang meliputi Ibnu Rasyid, Miranda, sampai Raja Mellow, sepakat untuk bekerja sama demi munculnya harta selanjutnya di babak kali ini. Metode mereka primitif. Cukup culik saja Felix Garfield dan suruh dia bermain VR di tempat yang langsung diawasi panitia.

 

Si pria bermotor tahu. Mengawasi Felix Garfield lebih penting daripada menjalankan Ronde Kelima sendiri. Itu kalau dirinya memang ingin mencari celah untuk menguasai harta Esmestas.

 

Untuk apa?

 

Tentu saja untuk memanggil tuhan turun ke hadapannya.

 

Ya. Pria bermotor itu adalah Abu.

 

[53]

 

Layaknya turnamen e-Sport dunia, seratus lebih peserta dikumpulkan di aula besar dengan kursi empuk dan headset VR tercanggih. Nama permainannya adalah...

 

TERRA ROYALE

 

Sosok yang menjadi Abu di sini, tanpa diketahui oleh panitia dan peserta lainnya, adalah semacam android. Ukuran aslinya hanya segenggaman tangan. Didapat oleh Abu sebagai hadiah peti harta di babak pertama. Namun untuk satu kali penggunaan, android ini bisa meniru wujud pemiliknya secara sempurna dan mampu menjalankan satu perintah spesifik. Perintah yang diberikan oleh Abu tentu saja adalah untuk menyelesaikan permainan VR pada babak kelima.

 

Ada dua alasan penting mengapa Abu memakai peran pengganti. Pertama, Abu hendak menyelediki Felix Garfield dan harta Esmestas. Kedua, sang Teroris mendapatkan intel kalau permainan VR yang akan berlangsung tidaklah "aman".

 

Panitia dan peserta lain tentu saja sangat senang ketika 'Abu' tidak banyak bertingkah. Mereka bisa fokus melangsungkan pertandingan.

 

Kemudian TERRA ROYALE pun dimulai.

 

[54]

 

Kalau mau dibuat sederhana, sebut saja TERRA ROYALE adalah tiruan dari permainan-permainan sejenis PUBG ataupun Fortnite yang populer di Bumi, semesta asal Abu dan beberpa peserta lain. Bedanya, teknologi VR dari NGSR di sini jauh lebih canggih daripada apa yang dimiliki Bumi.

 

Konsep pertandingan kali ini sederhana yaitu bertahan hidup sambil mengalahkan peserta-peserta lain. Tentu saja secara virtual.

 

Lokasi pertempuran adalah sebuah pulau di Esmestas Arvorea yang terbagi menjadi lima distrik dengan Koloseum sebagai pusatnya. Distrik Koloseum ini juga akan menjadi tempat terakhir karena adanya badai piksel yang akan melenyapkan masing-masing distrik lainnya secara bertahap dan menyisakan Koloseum saja. Namun pemain yang mendarat langsung di Koloseum tidak mendapatkan apapun sebagai perlengkapan awal.

 

Player Abu mendarat di Distrik Koloseum.

 

Lalu untuk pertama kalinya, android Abu membuka mulut.

 

"Tugas dimulai. Selesaikan Ronde Kelima."

 

[55]

 

Tak sulit bagi Abu untuk menyusup ke tempat mereka membawa Felix Garfield, andai saja tidak ada Tricia si ksatria wanita yang bisa menjadi bayangan. Abu bergerak pelan, mencoba mencari pembuka. Namun Tricia tanpa celah. Latar pertempuran mereka adalah garasi dari suatu fasilitas NGSR.

 

"Kau, Tricia nomor berapa?" sindir Abu.

 

Tricia tidak menjawab.

 

Ksatria wanita itu langsung melemparkan chakram ke arah leher Abu. Namun Abu menepis dengan tendangan sehingga chakram itu menancap di dinding baja pabrik. Sepatu boot Abu tergores karena tajamnya chakram itu.

 

Abu balas menembak dengan pistol namun jarak lima meter itu cukup bagi Tricia untuk menghindari semua peluru yang ditembakkan Abu. Julukan ksatria terkuat Gwenevere bukanlah bualan meskipun Abu sendiri sudah menebak kalau sosok Tricia tidaklah tunggal.

 

Ketika amunisi pistol habis, Tricia segera mempersempit jarak seraya menghunus pedang sebelum Abu sempat menggunakan senapan mesin yang tersemat di punggungnya. Sementara itu, chakram yang tadinya menancap di tembok besi sudah bergerak sendiri dan bermanuver mengincar belakang Abu. Pria itu kini harus menghadapi serangan dari dua arah.

 

Lalu sosok Tricia menggunakan kekuatan ajaibnya dan menghilang dari pandangan Abu, membuat teroris itu melepaskan bom asap. Setelah itu, semuanya terjadi dalam hitungan detik.

 

Abu berkelit dari sabetan pedang Tricia dan dengan langkah cepat sudah berada di belakang si ksatria wanita. Semuanya dengan mengandalkan pendengaran saja. Kemudian Abu mengunci pergerakan Tricia saat chakram milik si ksatria melesat cepat. Hasilnya?

 

Kepala Tricia terpotong lalu menggelinding di lantai.

 

Satu lagi Tricia mati.

 

Abu melanjutkan penyusupannya. Tak ada alarm yang berbunyi menandakan Tricia tadi cukup percaya diri untuk bisa menghentikan si penyusup seorang diri. Sayangnya, Abu sudah terlalu sering menghadapi 'Tricia'. Pria ini sudah hapal gaya bertarung lawannya.

 

Nikmat bukan? Sensasi saat kepala lawanmu terpenggal. Sama seperti waktu kau menggorok leher ibumu sendiri...

 

Kutukan Astaroth masih menghantui Abu.

 

"Ya, rasanya nikmat sekali." Kali ini Abu tidak membantah. "Ibu yang menjual anak bayinya ke kelompok teroris demi keselamatan. Tak ada yang lebih memuaskan daripada memenggal kepala orang seperti itu."

 

[56]

 

Dalam TERRA ROYALE, kekuatan tiap pemain disesuaikan dengan kemampuan asli mereka di dunia nyata. Data tiap peserta sudah ditransfer menjadi parameter dalam permainan. Termasuk kemampuan spesial tiap peserta.

 

Bagi player Abu, parameter kekuatan dan kecepatannya cukup tinggi. Begitu juga dengan teknik dan akurasi serangan yang mendekati maksimal. Pertahanan fisik dia normal dengan sedikit minus pada pertahanan terhadap serangan magis. Adapun kemampuan serangan magis player Abu adalah nol.

 

Sebagai kemampuan khusus, Abu memiliki teknik menembak jitu, perakitan bom, dan perang gerilya. Dan semua itu dalam kendali android yang dikirim oleh Abu sebagai pengganti dirinya. Kemudian karena Abu telah mengingat profil seluruh peserta dari berkas yang dicurinya, memori itu pun tertransfer dalam database-nya sebagai player.

 

Strategi yang digunakan player Abu adalah mencari tempat bersembunyi di Koloseum, memanfaatkan tempat tinggi untuk mengintai musuh dengan senapan jitu ....atau begitulah seharusnya. Sayangnya dia tidak memiliki senjata apapun karena diturunkan di Distrik Koloseum. Beruntung, sejumlah player lain yang juga mendarat di sana pun mengalami nasib sama.

 

Karena keunggulan teknik tangan kosong player Abu, mudah baginya untuk melumpuhkan beberapa player lemah dalam waktu singkat. Namun ada setidaknya dua player yang memberikan perlawanan berarti.

 

Yang pertama adalah seorang instruktur pedang, player Motomiya Azusa. Dia menggunakan potongan kayu sebagai pengganti pedang. Azusa kukup menyusahkan Abu. Instruktur pedang ini sempat mendaratkan dua sabetan di badan si player teroris. Andai saja itu pedang sungguhan, mungkin kerusakan pada piksel penyusun tubuh player Abu akan sangat parah.

 

Abu harus bermain kotor, melemparkan pasir ke mata, sebelum akhirnya berhasil memecahkan piksel kepala Motomiya Azusa dengan batu.

 

Player kedua yang memberikan perlawanan sengit adalah juga seorang wanita, yaitu Zenistia Nisrina. Setiap terjadi benturan pukulan atau tendangan, player Abu merasakan parameter kekuatannya menurun drastis. Dalam data Abu, Nisrina ini memiliki kekuatan penyegel. Untuk melawannya, tak ada cara selain menjauh terlebih dahulu.

 

Abu memanfaatkan tribun Koloseum, mengajak Nisrina bertarung di tempat tinggi. Fobianya pada ketinggian membuat gadis itu kesulitan fokus untuk bertarung. Pada akhirnya, player Abu mendorong jatuh sang lawan dari pinggir tribun tertinggi. Terjun bebas sejauh 20 meter, piksel tubuh Nisrina hancur berkeping-keping.

 

Belum ada musuh lain yang terlihat untuk saat ini.

 

[57]

 

Abu menyeret mayat Tricia lantas menyembunyikannya di tempat aman. Dia lanjut menyusup lebih dalam di fasilitas NGSR itu.

 

Sempat beberapa kali dia mendapati robot dari NGSR ataupun petugas Hadyatha yang berpatroli. Satu per satu, Abu menghabisi mereka secara diam-diam, tanpa suara. Mayat-mayat mereka pun disingkirkan. Alarm masih belum berbunyi.

 

Cetak biru fasilitas ini akhirnya didapat Abu ketika dia sukses menyelinap ke salah satu ruang perawatan. Berdasarkan denah itu, Abu menentukan posisi-posisi yang bagus untuk menanam bom. Dia juga tahu di ruang apa Felix Garfield dibawa oleh penyelenggara turnamen.

 

Satu lagi bangunan yang mau kau hancurkan? Kehancuran, kehancuran, selalu saja kehancuran yang kau buat. Apakah ada yang pernah kau bangun?

 

"Tidak ada," Abu menjawab suara hantu yang muncul di kepalanya.

 

Misi penyusupan Abu berlanjut.

 

Adapun Felix Garfield ... dia masih terlihat asyik menikmati permainan VR sambil diawasi oleh robot NGSR dan pegawai Hadyatha.

 

[58]

 

Kesempatan player Abu untuk mendapatkan senjata tercipta setelah beberapa player dari Distrik Urban tiba di Koloseum. Mereka tampak menembaki segerombolan zombie dengan pistol, shotgun, maupun senapan.

 

Dari setiap zombie yang hancur, satu barang jarahan muncul, yaitu senapan otomatis M4A1 yang Abu kenali sebagai senjata yang digunakan oleh pasukan komando khusus Amerika SOCOM.

 

Tiga player yang bernasib malang itu adalah Ebenezer Karli si pengedar, Alfan Ajudan sang pemburu sumber daya rahasia, serta Evelyn si gadis pirang dengan kekuatan elektrokinesis. Mereka bertiga terkena jebakan yang disiapkan oleh Abu. Ketiganya terperosok ke lubang sedalam tiga meter.

 

Player Abu keluar dari persembunyian seraya memungut salah satu M4A1 yang ternyata juga dilengkapi dengan pelontar granat. Tanpa basa-basi, player Abu mengarahkan senjatanya ke dalam lubang.

 

[59]

 

Di Distrik Zipang, seorang player ninja bocah tampak kelabakan saat dikeroyok oleh dua player bersayap.

 

"Hei!" seru bocah ninja itu ketika menghindari anak-anak panah yang mengincar dirinya.

 

"Namaku memang Hei," jawab salah satu player bersayap. "Tepatnya Hei Heiheihei."

 

"Kenapa malah ngobrol?" hardik player bersayap lainnya, alias si pemanah. Kemudian dia menggerutu, "Senjata primitif ini menyusahkan! Aku lebih suka pistolku. Kenapa aku tidak bisa menggunakan pistolku sendiri di sini?"

 

Ketiga player ini adalah Riven si ninja pemula, Hei Heiheihei sang Tengu, dan Irina Feles si iblis penerus takhta Mephisto. Sang Tengu dan si gadis Iblis bekerja sama untuk sementara, demi bertahan di babak kelima. Korban pertama mereka adalah Riven.

 

Tanpa ada strategi apa-apa, Riven menerjang maju sambil menghunus katana. Dia mengincar Irina yang tampak tak terbiasa dengan panah. Sayangnya, belum sempat Riven menyabetkan katana, dirinya sudah ditembak oleh Hei yang baru mengeluarkan senapan kokangnya.

 

Player Riven tumbang.

 

Saat Hei dan Irina tersenyum merayakan kemenangan pertama mereka, tahu-tahu ratusan bola magis menghantam mereka tanpa ampun. Lokasi itu menjadi ajang ledakan yang luar biasa akibat efek serangan tadi. Kelengahan mereka membuat player Hei dan player Irina gugur.

 

Lalu muncul gadis iblis kedua setelah semua ledakan itu sirna.

 

"Mudah sekali," ujarnya.

 

Dia adalah player Fransisca Remington.

 

[60]

 

Masih di Distrik Zipang, tepatnya di lokasi yang dekat dengan ujung pulau, seorang player berkupluk biru baru saja menyelesaikan duel memanahnya melawan player pemanah lainnya.

 

"Maafkan aku, Nona Jazdia Crystalspark. Tapi aku harus menang demi mendirikan kerajaanku!"

 

Player yang disebut sebagai Jazdia itu tumbang dengan anak panah menancap di dada. Player yang mengalahkannya adalah Litus Kamara. Beruntung dia mendarat di distik Zipang di mana senjata panah mudah diperoleh. Bagaimanapun, Litus tak dapat bersantai-santai.

 

Secara mengejutkan, rumah-rumah dan pepohonan di depannya terurai menjadi piksel-piksel kecil. Begitu juga dengan tanah, rerumputan, bahkan udara. Seolah semuanya runtuh begitu saja.

 

"Astaga, inilah Badai Piksel yang dimaksud penyelenggara!"

 

Player Litus Kamara lari terbirit-birit menghindari badai mematikan itu. Andai dia bisa menggunakan kereta luncur boneka salju miliknya di saat seperti ini.

 

[61]

 

Empat player berkostum unik terlibat pertempuran sengit di Distrik Medieval. Mereka adalah Spearman si pahlawan bertombak, Gilfrey Jean Volucis si Jester, Solar Solitaire si ksatria zombie, dan Super si pesepeda super.

 

Mereka berempat terlalu fokus bertempur sampai tidak menyadari kalau daerah sekitar mereka sudah terurai akibat badai piksel. Saat mereka tersadar, semua sudah terlambat. Tubuh piksel mereka meluruh seketika.

 

Menyaksikan semua itu adalah player lain bernama Ifan yang sedari tadi bersembunyi sambil menonton pertarungan. Beruntung posisi dia cukup jauh sehingga dia punya waktu untuk melarikan diri.

 

"Sial! Permainan ini tidak seru!"

 

[62]

 

Pria berkacamata trendi itu hanya bisa menghela napas panjang. Rekan-rekannya ternyata terlalu bodoh untuk bisa bertahan hidup di Distrik Toon. Berbekal kebesaran hatinya, pria berkacamata trendi itu pun mendoakan rekan-rekannya yang gugur.

 

"Riska Ambarwati, kamu hantu lucu. Juga Dian, biarpun agak mesum. Piwi, ayam belagu sepertimu memang layak tewas. Tetapi Mauve si serangga terlalu ksatria untuk hanya berakhir di sini. Sayang sekali. Aku berdoa untuk kebaikan kalian di alam sana..."

 

Saat si kacamata trendi sedang khusyuk berdoa, seorang gadis kecil menghardiknya, "Bodoh! Mereka tidak mati. Ini kan VR!"

 

"Ah, Charlotte? Kau masih hidup?"

 

"Tentu saja masih, Tora si bodoh! Tapi tidak akan lama jika kita tidak segera pergi sekarang. Coba lihat ke sana!"

 

Player Tora menoleh ke arah yang ditunjuk rekannya. Monster PacMan yang tadi menghabisi seluruh timnya tampak mengerang kesakitan saat badai piksel menerpanya. Tubuh monster seukuran rumah itu pun memendar lalu terurai.

 

"Aku punya ide," ujar Tora.

 

"Ide?" Charlotte dengan polosnya merespon.

 

"Bagaimana kalau kita melarikan diri ke Distrik Koloseum?"

 

Ide itu berhadiah tamparan dari Charlotte. Tora pun menjerit.

 

"Kyaaa! Kau mau membunuhku, Loli Racun!?? B-berikan, cepat berikan penawarnya! Aku kena virusmu!!"

 

"Virusku tak menyebar jika kau tidak terluka," ujar Charlotte. "Lagipula sudah kubilang kalau ini adalah VR! Dan kita HARUS kabur dari badai piksel itu, SE-GE-RA!"

 

Kesepakatan dicapai. Mereka berdua bergegas menyelamatkan diri.

 

Di kejauhan, player Gubbins Lollygag pun mengikuti tanpa disadari oleh player Tora dan Charlotte. Tanpa monster tunggangannya, Gubbins tak bisa berbuat banyak.

 

[63]

 

Abu si teroris sudah bersembunyi tanpa suara di saluran udara tepat di atas ruangan di mana Felix Garfield bermain secara ekslusif. Hanya tersisa beberapa penjaga di ruangan itu. Mereka belum menyadari kehadiran si penyusup. Mudah bagi Abu untuk melumpuhkan mereka semua...

 

Namun Abu masih menunggu.

 

Berdasarkan informasi yang dimilikinya, Felix Garfield memiliki semacam potensi untuk memancing keluar harta permata Esmestas. Pertanyaannya, di mana harta itu akan muncul? Di sini? Atau malahan di dunia virtual tempat TERRA ROYALE berlangsung?

 

Seluruh bom sudah dipasang.

 

Rencananya, Abu berniat merebut permata itu segera setelah harta tersebut muncul. Lalu dia akan meledakkan fasilitas NGSR ini dan segera kembali ke tempat di mana peserta lain berada.

 

Abu terus menunggu.

 

Abu, sang Teroris... bukankah itu julukan yang menyesatkan? Mengapa kau dijuluki teroris ketika yang kaulah yang selalu dilanda rasa takut sepanjang hidupmu?

 

Abu sudah mulai terbiasa untuk mengabaikan suara hantu tersebut. Bahkan ilusi tiruan dirinya yang muncul di hadapannya pun hilang seketika ketika Abu mengabaikannya.

 

Sementara itu, Felix Garfield tampak menghayati permainannya. Dia berseru.

 

"Gyaaa! Awas! Itu badai piksel!! Onion, Caraka, belakang kalian—ah, sial terlambat!!"

 

[64]

 

Distrik Koloseum menjadi ramai. Puluhan player berkumpul di sana. Player Abu yang masih bersembunyi di ketinggian, mengurungkan niatnya untuk menembaki player lain dan memilih untuk berdiam diri sampai batas waktu berakhir.

 

Toh, player-player lain itu sudah saling menghabisi satu sama lain tanpa perlu dia turun tangan.

 

Gemuruh pertarungan menggema di seluruh arena Koloseum. Begitu juga dengan deru badai yang memakan distrik-distrik lain. Jeritan mereka yang kalah, ataupun teriakan mereka yang menang, semua berbaur menjadi satu. Hingga akhirnya tersisa delapan player saja.

 

Waktu pun habis.

 

Musik riang bergema di Koloseum menandakan Babak Kelima di Esmestas Arvorea telah selesai.

 

Kedelapan player yang berhasil bertahan sampai akhir adalah:

 

Worca Shiwite, wanita dengan aksesoris dagu.

 

Tora Kyuin, seorang pembalap berkacamata trendi, merangkap tukang ojek.

 

Charlotte Izetta, sosok gadis perwujudan virus mematikan.

 

Fransisca Remington, gadis iblis dengan tanduk patah sebelah.

 

Litus Kamara, si pemuda baik hati dengan kostum biru-biru.

 

Ifan, pria penyendiri nan aneh yang masih dinaungi keberuntungan.

 

Gubbins Lollygag, bocah ajaib yang akrab dengan nama-nama aneh.

 

Lalu terakhir, Abu sang Teroris.

 

[65]

 

Tak ada yang bisa menjelaskan kejadian aneh itu.

 

Seluruh fasilitas VR yang dipakai para peserta mengalami kerusakan tiba-tiba. Percikan listrik menyebar saat komponen headset yang mereka kenakan meledak. Hasilnya, semua peserta mengalami koma. Tak bisa disadarkan dengan cara apapun.

 

Kecuali delapan peserta.

 

Entah mengapa, aksesoris VR yang mereka gunakan baik-baik saja. Tak ada kerusakan apa-apa. Mereka melepas headset VR setelah permainan selesai dan hanya bisa terheran mendapati apa yang terjadi.

 

"A-ada apa ini!?"

 

Menyadari keanehan di sekeliling mereka, beberapa peserta langsung membuang headset VR di tangan mereka.

 

"Hei, panitia! Jelaskan ini semua!"

"Ya, kalian mau membunuh kami, hah!?"

 

Tak ada yang bisa menjawab. Seluruh petugas yang ada benar-benar tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Mereka hanya bisa menghubungi boss mereka, entah itu Ibnu Rasyid, Soraya Hadyatha, ataupun Raja Mellow, sambil berusaha menenangkan kedelapan peserta yang masih bertahan.

 

Belum sempat kepanikan itu reda, tahu-tahu guncangan kencang terjadi. Permukaan lantai dan tembok bergetar. Di kejauhan, terdengar suara dentum ledakan yang teramat kuat.

 

Salah satu petugas berkata spontan, "Oh tidak! Ledakan itu asalnya dari fasilitas khusus NGSR!"

 

[R5 – selesai]


Komentar

  1. Ternyata yang bikin sistem chaos Abu ternyata. Hih.

    Seperti biasa ringkas secara tulisann tapi element cerita tetap padat. Ga bertele-tele. Intensnya dapet. Malah kayaknya Abu setelah dirasuk bru bisa menampakkan sisi "lemah"nya. Serem ternyata.

    8/10 dri Tora.

    BalasHapus
  2. yg saya notis pertama di sini adalah... penyampaiannya ramah pembaca awam. penjelasan rondenya singkat tapi kena. entri ini bisa dibaca terpisah (minus beberapa paparan masa lalu di awal), and that's good. tp ronde ini kerasa buru2, kayak orang menceritakan sesuatu tapi langsung ke inti. tau2 mereka mati. jd ketika selesai, timbul pikiran, "rasanya kayak mendengar siaran bola."

    ah ya, ada ifan di sini. saya senang. cuman dia cewek, lho. hehe. skor 7/10

    BalasHapus
  3. 10/10 buat Abu
    pembangunan konfliknya menyatu, seakan ronde satu sampai lima itu satu cerita dan ini kerasa kayak penultimate

    satu satunya komplain saya mungkin kurangnya sorotan ke OC lain. walau ga d perbanyak sudah oke, saya selalu kepikiran....lah kok gini doang? lagi dong

    BalasHapus

Posting Komentar