[Lore Pre-R2] Harta, Jalanan Malam

Hadyatha Group
Sukses dengan ronde pertamanya, pria itu masuk kembali ke kamar hotel ýang dipersiapkan untuknya. Aneh, dia bukanlah orang terakhir yang mencapai garis akhir tapi hadiah yang didapatkannya dari peti harta itu bukanlah perlengkapan ataupun senjata seperti yang didapatkan peserta lain.
Sebuah batu permata warna emas yang mungkin hanya setebal ibu jarinya ia tidak bisa menggunakannya dan tidak tahu untuk apa benda itu. Peserta tersebut menaruh permata itu di meja kamar hotel tepat di bawah televisi.
Hari yang berat untuknya jadi tidak salah jika.yang dilakukan selanjutnya adalah melemparkan dirinya ke ranjang hotel yang empuk dan kenyal sepeeti awan.
Beberapa detik setelah ia mencoba pergi ke alam mimpi bel tamu kamarnya berbunyi, ia tidak mengharapkan tamu apalagi di dimensi yang asing ini tidak ada yang ia kenal selain orang yang merekrutnya ikut dalam acara ini.
Ia menempelkan matanya ke lubang intip melihat siapa tamu yang ada di depan pintunya. Dua orang berjas dan berkacamata hitam, si gadis pembawa acara yang bernama Soraya dan juga satu lagi wanita yang ia tidak kenal.
“Permisi Tuan [redacted] dari semesta bumi #1712-8224-X4, kami di sini ingin melakukan penawaran atas hadiah yang anda dapatkan di putaran pertama.”
Melihat tamunya adalah bagian dari petugas acara ia merasa aman dan membuka kunci pintunya serta mempersilahkan para tamunya masuk.
Sembari berjalan ke samping kasur terdalam ia mengamankan kembali permata yang menjadi tujuan para tamunya.
“Maksud kalian ini?”
“Ah iya, tentu saja itu yang kumaksudkan, dan aku rela membayar benda itu dengan ini. 25 juta dari mata uang termahal bumi #1712-8224-X4, Poundsterling. Tentu saja kami tidak melarang jika tuan masih ingin mengikuti Battle of realms ini.” wanita yang berbaju putih yang sepertinya ketua dari mereka membuka penawaran.
Salah seorang pria berjas membuka koper dan meletakkannya di atas ranjang, tumpukkan uang berisi 100 pounds selembarnya memenuhi kopor. Tentu saja tidak mungkin satu kopor itu berisi 25 juta. Tetapi detik berikutnya tiga buah koper lainnya dijejerkan oleh para pria tersebut, sembari beberapa tumpukan diurai agar dipastikan isi di tengahnya bukanlah kertas biasa.
Dengan uang itu si peserta tentu saja dapat hidup tenang, tapi bukan itu alasan dia mengikuti battle of realms, namun seandainya ia kalah dalam acara ini uang itu bisa menjadi jaminan saat ia kembali ke dimensinya.
“Kalau kau mau menghitungnya silakan saja!”
“Ti—tidak perlu aku yakin aku tidak sanggup memastikan jumlah tepatnya uang sebanyak ini. Ini ambillah permata ini!”
Sang peserta memberikan permata itu kepada Miranda. Dengan segera dan mata berbinar peserta itu segera menutup dan merapikan koper-koper tersebut takut seandainya sang pembeli merubah keputusannya.
“Urusan kami di sini sudah selesai, terima kasih atas bisnisnya kami undur diri dulu tuan, selamat beristirahat!” Miranda berbalik dan memberikan aba-aba agar para ajudannya tidak menghalangi jalur keluarnya.
“Dadaah kak makasih hartanya!” seru soraya sembari meninggalkan ruangan.
Di luar kamar hotel Miranda memeriksa permata itu sembari melihatnya menembus sebuah lampu mengecek kilauan permata itu.
“Aku ingin…”
Seakan bereaksi kepada kata-kata Miranda kilauan permata itu berubah yang tadinya merefleksikan cahaya kini seakan memancarkan cahaya keemasan.
“Yah ini yang kita cari selama ini!”
Rombongan itu pun meninggalkan koridor hotel tersebut.

NGSR INDUSTRIES
Walau tidak bisa melihat ke dalam kamar, rekaman CCTV koridor bukanlah hal yang mustahil bagi Rasyid dan timnya untuk diretas.
Rasyid yang kini berada dalam istana digitalnya, alam pikirannya yang hanya ia dan server NGSR yang bisa mengaksesnya tengah menyaksikan rekaman saat-saat Miranda memastikan harta kedua jatuh ke dalam tangannya.
Yah, ia sendiri tahu bahwa bahkan sebelum battle of realms ini dimulai bahwa Miranda sudah memiliki satu harta, begitu juga Mellow yang mendapatkannya sebagai harta warisannya sendiri.
[Boss, memory stick baru dari Hadyatha Industries telah sampai ke meja saya. Sudah melewati pemeriksaan virus dan program berbahaya lainnya, boleh saya upload sekarang?]
Sebuah pesan teks masuk ke pikirannya melalui jalur server NGSR.
Rasyid mengandaikan dirinya tengah menulis balasan.
[Colok saja]
Seperti biasa Miranda menjelaskan lokasi pertarungan kedua. Sebuah perkotaan yang cukup padat bernama Almnese di Esmetas Negara Nomi. Tapi alih-alih sebuah invoice untuk sarana dan prasarana ia hanya minta skema dan juga cara kerja lampu kota di menara Bebal. Sebuah menara tertinggi di pusat kota.
Heh, apapun yang direncanakan miranda ia telah salah memilih lokasi.
Kota Almnese adalah kota metropolis yang berarti hampir seluruh dari infrastruktur kota tersebut berada dalam tanggung jawab NGSR.
Sembari terhubung ke server NGSR Rasyid membentangkan peta kota Almnesse, ia menimpa proyeksi kota itu dengan rancang biru menara Bebal di pusat kota dan juga skema lampu kota.
Ia mendapati menara Bebal merupakan pusat organisasi lampu kota dan di lantai teratasnya terdapat tiga panel berbeda yang mengatur warna lampu jalanan utara, jalanan barat dan jalanan timur. Warna lampu biasanya tentu saja adalah putih untuk menerangi jalan, namun di musim panas warna lampu dibuat kuning agar mampu menarik serangga malam agar menjadi tontonan publik, dan pada musim dingin warna lampu akan dibuat pink agar tidak tersamar dengan salju.
Lalu mengapa ia memerlukan skema lampu jalanan?
Rasyid mensimulasikan ratusan kombinasi tiga warna pada tiga bagian kota berbeda lalu ia berhenti pada salah satu kombinasi khusus, yang entah bagaimana terdapat sebuah bangunan kecil yang hanya tercipta di saat kombinasi lampu itu.
Gotcha!
Rasyid menyalin ketiga lembar skema tersebut dan mengubah informasi rahasia yang baru ia dapatkan ke lokasi lain.
Kali ini harta Esmetas Negara Nomi akan jadi milikku!
Ia menyalin ketiga skema yang telah diubah ke dalam memory stick Hadyatha.
[Divisi logistik kembalikan memory stick ini kepada Hadyatha Group!]
Ia sampaikan pesan teks itu kepada Divisi Logistik.
Dengan jaminan lokasi harta itu pada putaran kedua, akhirnya ia kembali menikmati masa bebasnya dengan menonton tayangan kesukaannya di internet: dokumenter “How it’s made”.
Kerajaan Gwenevere
Mellow memasuki kamar tidurnya. Setelah pesta pembukaan battle of realms yang diadakan di istananya..
Tidak ada satupun pengunjung acàra itu yang berhubungan dengan battle of realms itu sendiri. Setiap minggunya tepatnya di malam sabtu para bangsawan selalu mencari alasan mengadakan pesta jamuan dan battle of realms menjadi alasan minggu ini.
Ia kini duduk di depan meja riasnya mencoba membersihkan wajah dari sisa make-up kerajaan.
“Rajaku…” setelah berpamitan satu-satunya pengawal di dalam kamar tidur itu keluar meninggalkan ruangan. Artinya pengganti sang pengawal telah ada di ruangan, walau tidak terlihat sama sekali.
“Kau tidak kembali setelah tugas terakhirmu Tricia?”
“Saya mengawasi jalamnya pertandingan rajaku, melihat apakah ada bibit-bibit ancaman dari peserta kepada kerajaan.”
“Delapan dari ratusan peserta itu memiliki potensi kemampuan yang setara, bahkan melebihi kemampuanku.”
Mellow membuka kuncirannya, menggerai rambut pirangnya di depan cermin.
“Jumlah yang kau sebutkan itu sangat menarik… delapan, persis sama banyak dengan jumlah Harta di kerajaan ini. Aku mendapat permintaan izin tentang putaran kedua, apakah kau juga akan mengawasinya?”
Mellow menepikan diri di balik layar pelindung tempatnya berganti baju yang tadinya ia mengenakan gaun pesta kini ia keluar dengan set piyama tidur hijau.
“Tidak rajaku, aku sudah menempatkan Ksatria Utama lainnuntuk mengurus keamanan di putaran kedua. Berada di samping yang mulia adalah tempatku.”
“Terima kasih kau memilih menjadi pengawal malamku. Kalau kau ingin beristirahat tukarlah dengan ksatria lain.”
Mellow menempatkan dirinya di atas ranjang. Seluruh cahaya di ruangan baik lilin dan lentera segera memadam dengan sendirinya.
Mellow memasuki alam mimpinya sembari terus diawasi sepasang mata ksatria terpercayanya.

Bersambung ke:

Komentar