[RONDE 1] Aileen-WTF!

By: Villyca Valentine

     Jika mendengar lokasi bernama pantai, tentu identik dengan matahari dan kebahagiaan penuh canda tawa. Tidak, jika dirimu adalah seorang vampir, seperti Aileen yang sibuk bersembunyi di balik bayangan pohon bersama beberapa gadis lain. Wajah mereka tidak menunjukkan tanda-tanda bahagia seperti makhluk-makhluk yang aneh maupun normal di sepanjang mata mereka memandang. Mereka terlihat kesal, tidak nyaman juga menggerutu tak jarang umpatan terlontar dari bibir mereka.

     Sesosok pria tengah berpantomim, ia membuat gerakan seakan tengah mengintip dari balik tembok dan memandangi gadis-gadis berwajah pucat yang tengah berteduh. "Badut, jangan membuatku bertambah gerah!"Aileen menatap galak pada pria dengan riasan tebal dan memakai topi konyol. 

     "Aku sedang berusaha menghibur kalian. Kenapa wajah kalian terlihat begitu muram seakan ini adalah hari kiamat?" Jester memandangi langit biru dengan kedua tangan membuat bulatan layaknya binokular. "Aku tidak melihat adanya meteor."

     Aileen hanya melirik kesal. "Kau sendiri mengapa ikut berteduh di pohon ini? Apa karena tuanmu itu? Dasar Satanis Tak Sadar Diri!"

     Jester berjongkok persis di hadapan Aileen secara tiba-tiba, meletakkan kedua tangan di lutut dengan tatapan mata serius. "Kenapa kau berada di sini?" Perempuan itu sedikit kaget karena Jester tidak pernah bertanya hal dengan serius, dia tidak pernah seserius kali ini.

     "Kudengar kerajaan Gwenevere bisa memberikanku kuasa atas sesuatu jika memenangkan pertandingan balapan." Aileen tersenyum lebar hingga siapapun bisa melihat taringnya dengan jelas. 

"Siapa yang tahu jika mereka bisa memberikanku Demon Lord?" tanya Jester dengan antusias.

     Mendadak tatapan Jester dipenuhi binar. Ia menjadi amat bersemangat mendengar kata "Demon Lord". Aileen sedikit lega karena alasan bohongnya terdengar masuk akal untuk pria itu. "Bisa kah aku mengganti sponsor?"

     Aileen hanya menghela napas, Dian yang sejak beberapa saat lalu terdiam mulai tertawa kecil. "Kau tidak bisa melakukannya," sambung Dian. Jester membungkuk lesu dengan gestur berlebihan hingga membiarkan lengannya menjuntai ke bawah nyaris mencapai pasir pantai.

     Dari arah pusat kerumunan terdengar suara riang gadis yang akan membuka pertandingan. Ia menyuruh seluruh peserta untuk berkumpul, sementara Aileen seakan tidak peduli dengan para peserta yang mulai merapat. Ia sibuk membalurkan cairan mirip 'lotion' ke tubuhnya, Jester menatapi botol di tangan perempuan itu dengan seksama.

     "Apa kau bisa berjalan di bawah matahari berkat benda itu?" Ia menunjuk botol itu bagai anak kecil yang takjub pada benda ajaib. Aileen hanya mendeham lalu bangkit dan berjalan meninggalkan Jester yang mengekor di belakangnya. Ia tidak ingin tertinggal 'start' karena meladeni keisengan Jester.

     Aileen segera duduk di atas motornya, berjajar bersama para peserta lain di atas kendaraan atau tunggangan mereka. Tak sedikit makhluk aneh yang tidak terlihat seperti manusia, bahkan yang malah membuatnya heran adalah kehadiran manusia biasa. Ia tidak habis pikir bagaimana manusia-manusia itu akan selamat jika mengikuti Battle of Realms yang konon merupakan pertandingan maut.

     "Apa kalian semua sudah siap? Kalian diwajibkan untuk ke arah garis finish yang berada nun jauh di sana!" Tampilan layar lebar yang telah disediakan tengah mempertontonkan video singkat rute yang akan mereka lalui, beserta tampilan kotak harta yang akan mereka buka di garis 'finish'. "Sebagai penyelenggara pertandingan yang baik, tentu kami telah menyediakan rintangan-rintangan yang akan menambah keseruan dari perlombaan ini. Bersiaplah untuk terkejut atas betapa spektakulernya pertandingan ini! Tentu kalian tidak akan pernah menemukan pertandingan sehebat ini!" seru Soraya dengan nada amat bersemangat hingga ia terlihat amat kegirangan dan melompat kecil. 'Aset' miliknya terlihat tak kalah heboh dengan suaranya yang amat bersemangat.

     Aileen hanya menghela napas, ia beberapa kali meraungkan motornya karena gerah dengan fenomena 'goncangan yang memanjakan mata'. Namun ia mulai teralihkan dengan kekhawatiran akan rintangan yang disebutkan Soraya. Apakah orang itu mengklaim sepihak bahwa pertandingan ini amat luar biasa, atau memang akan ada hal-hal luar biasa yang akan terjadi? Aileen cukup yakin jika perlombaan ini bukan sekedar balapan biasa.

      "Kalian akan mendapatkan 'item' secara random dari kotak di garis 'finish', semakin kalian cepat membukanya maka hal terbaik yang akan kalian dapatkan. Jika kalian sampai di urutan akhir, tentu saja kalian hanya akan mendapatkan 'item' yang tidak begitu bagus." Perempuan itu melemparkan kerlingan mata ala idola yang membuat beberapa pria terpaku. "Kalian siap?" Layar yang sebelumnya menampilkan denah pulau berubah menjadi tampilan hitungan mundur. "Tiga … dua … satu … GO!" teriaknya menggelegar seiring dengan suara deru mesin yang mulai meraung.

     Salah satu peserta mulai melesat terbang dengan sayapnya, di jalur darat Aileen melewati beberapa peserta yang juga berada di garis terdepan. Sesaat setelah mendapat urutan terdepan di jalur darat, gadis itu menoleh dan mendapati Jester tengah mengayuh sepeda roda satunya. "HA? Jester, 'seriously'?" Mendapati jarak tempuh mereka belum mencapai 200 meter, perempuan itu memutar balik motornya dengan kecepatan tinggi. "Cepat naik, Badut Sialan! Apa yang kau lakukan dengan sepeda bututmu?"

     "Aku bisa mengatasinya. Aku amat lihai mengendarai sepeda ini."

     "Terkadang aku tidak mengerti, apakah kau ini tolol atau terlalu konyol. Cepat naik atau aku akan menembakmu mati jika aku berada di urutan belakang! Kau tidak akan berhasil dengan sepeda konyol itu!"

     Jester meninggalkan sepedanya tergeletak begitu saja di pasir dan segera duduk di belakang Aileen. Tingkahnya bertolak belakang dengan perkataan yang sebelumnya terdengar bersikukuh. Perempuan itu terus memacu motornya hingga nyaris menyusul rombongan darat terbelakang. Jejak balapan tampak menodai pasir pantai dengan berbagai bentuk tunggangan, Aileen berusaha melewati satu persatu rombongan terbelakang. Jauh di depan, tampak mobil kuno melaju. Alis Aileen mengkerut karena memikirkan bagaimana mobil itu akan bisa memasuki hutan. Trek selanjutnya adalah hutan, bahkan ia pesimis bisa melaluinya dengan mudah.

     Kejar-kejaran terjadi dengan sengit, bahkan ia sempat melihat peserta lain saling memukul atau berusaha menjatuhkan lawan dari tunggangan. Aileen menghela napas, tetapi batal mengumpat atas permainan kotor yang baru saja dilihatnya karena ada alasan lain untuk mengumpat. Jester menunjuk ke udara dengan seruan penuh kekaguman. 

     "Astaga, bukankah itu dinosaurus? Apa pulau ini berisi makhluk raksasa itu? Kita bukan diundang untuk dijadikan santapan, 'kan?" Aileen terlalu terkejut hingga ia lupa bahwa dirinya sudah bukan manusia. "Panitia sialan macam apa mereka?"

     Jester tertawa. "Aku ingin melihatnya dari dekat. Apakah mereka besar?" Pria itu terdengar amat bersemangat.

     "Hati-hati dengan apa yang kau inginkan, Badut! Jangan macam-macam atau aku akan mengumpankanmu pada mereka!" Aileen berusaha mengancamnya, alih-alih merasa khawatir pria itu malah ingin menaiki T-Rex andai kata bertemu dengan makhluk itu. Perempuan itu menyesal sudah berbaik hati memberi Jester tumpangan, dan pria itu selalu berhasil membuat Aileen menyesal berada di dekatnya.

*******

     Aileen terus memacu motor dan berusaha menghindar dari apapun konflik-konflik kotor yang dilakukan peserta lain. Ada hal yang membuat perasaannya benar-benar tidak nyaman, bahkan agak konyol jika mengingat profesinya sebagai pemburu vampir. Cerita dan film-film yang pernah ia tonton atau dengar menggambarkan dinosaurus bagai hewan dengan ketegori pemangsa super. Aileen cemas, lebih daripada pengalaman perdananya memburu vampir bersama Keith. Sedikit banyak film-film itu memberikan sumbangan rasa takut pada dirinya.

     Bayang-bayang gelap hutan mulai memberi kenyamanan tersendiri untuk Aileen, sekaligus kecemasan karena yakin dinosaurus akan memburu siapapun di lokasi ini. Perempuan itu berkonsentrasi penuh dengan laju motornya dan mensiagakan setiap inderanya.

     "Tempat ini sempit, pengap dan bau! Yang Mulia Piwi tidak cocok direndahkan sedemikian rupa!"

     "Ha?" Aileen terkejut. Ia nyaris saja menekan rem, tetapi mengurungkan niatnya. "Kenapa ada Anak Ayam Cerewet di motorku, eh? Apa kau yang membawanya, Badut?" Aileen berteriak kesal, sedikit lupa jika ia tak seharusnya bersuara kencang. Belasan menit berkendara penuh ketegangan dan ia tidak tahu sama sekali keberadaan Anak Ayam Penyusup yang sudah bersama sejak mereka start. Aileen merasa begitu terpukul sekaligus marah.

     Jester tertawa. "Yah, kupikir dia bisa dijadikan sebagai ransum." Jaster tertawa dan menepuk-nepuk kepala Piwi.

     "Jangan kurang ajar padaku, Badut! Singkirkan tanganmu dariku! Nona yang di sana, kau merasa beruntung karena mendapat izin untuk membawa Yang Mulia Piwi! Bersyukurlah!"

     Aileen Mendecak kesal, ia menoleh ke belakang dan mendapati sekelebat bayangan dinosaurus kecil membuntuti. "Cih! Berpegangan dan jangan berbuat hal aneh. Jester, jika kuberikan kode kau segera lakukan!"

     Jester tertawa. Aileen tidak begitu yakin pemuda itu paham, tapi ia berusaha fokus untuk tidak terjebak dalam kerumunan. Velociraptor berburu dalam kawanan, biasanya mereka menggiring mangsa untuk dijebak dan Aileen berusaha agar itu tidak terjadi. Melihat seekor Velociraptor dari sisi kanan, ia menambah kecepatan, menjaga jarak dan segera berpindah ke arah kanan. Belum selesai, karena dua ekor yang lain segera menyusul meski agak tertinggal.

     "Dinosaurus Bodoh! Kalian tidak sejenius Yang Mulia Piwi! Kembalilah saja kalian menjadi fosil!" 

     "Jester, SEKARANG!" Saat Aileen berteriak, Jester segera melemparkan Piwi ke belakang.

     Pemuda itu membentuk huruf "V" dengan dua jarinya seakan baru saja membuat kemenangan legendaris.

     "Apa dia mati?" tanya Aileen.

     "Tidak, ia hanya dikejar-kejar para Velociraptor saja." Jester berkata dengan nada riang seakan itu bukan apa-apa, bahkan menurutnya cukup lucu untuk ditonton.

     Aileen sedikit merinding saat mendengar raungan menggelegar, tak jauh dari tempatnya. Lima meter arah jam sebelas, seekor T-Rex menatap mereka seakan telah mengunci target. Saat hewan itu berlari mendekat merupakan momen bahagia untuk Jester, karena itu untuk pertama kalinya dia mendengar jeritan ala anak perempuan dari mulut Aileen.

     "Hei, bisa aku mendengarnya sekali lagi? Aku suka sekali mendengar hal langka seperti itu," kata Jester penuh dengan antusiasme dan kebahagiaan.

     "Diam kau Idiot! Itu T-Rex!  Aku tidak akan pernah sudi mau mencicip dikunyah oleh dinosaurus! Itu mengerikan!" Berbagai artikel, 'game', maupun film berhasil membangun sisi menakutkan yang cukup besar untuk makhluk-makhluk itu.

    "Tapi kau membiarkan lehermu nyaris putus dan dadamu dilubangi oleh Dewa Gadungan tempo hari?" 

     Sebulan yang lalu sebelum mendapat undangan balapan, Aileen menghadapi duel maut dengan salah seorang yang pernah terlibat di Battle of Realms sebelumnya. Ia mengalami berbagai macam cidera yang mematikan, tetapi beruntung karena dirinya memiliki regenerasi yang cepat. Aileen berhasil membunuh Thurqk meski kondisi tubuhnya saat itu sudah compang-camping.

     "Jangan berisik! Aku tidak ingin dikunyah, itu saja!" bentak Aileen kesal. 

     Aileen menstabilkan laju motornya di antara celah-celah pepohonan yang mulai banyak ditumbuhi akar. Sedikit lega karena ternyata laju T-Rex tidak sekencang yang ia pernah lihat di film. "Ah, aku harus lebih banyak belajar. Tak ada salahnya mempelajari apapun."

     "Bagaimana jika kuajarkan bagaimana memanggil tuanku?"

    "Tidak, terima kasih. Aku tidak membutuhkan kesialan ekstra!" balas Aileen ketus. Menjadi vampir sendiri sudah merupakan kesialan terbesar sepanjang sisa hidupnya yang bisa dikatakan abadi. Tentu saja ia tidak ingin berurusan dengan calon kesialan lain, seperti berurusan dengan iblis.

******

     Sepanjang sisa trek hutan, tak sedikit peserta lain yang terhambat oleh para Velociraptor atau bahkan T-Rex. Aileen tidak terlalu ambil pusing, ia hanya ingin segera menyelesaikan balapan dan melempar makian pada panitia.

     "Minggir kalian semua, Makhluk-makhluk Hina! Beri jalan pada Yang Mulia Piwi!" Suara itu menggelegar dari arah jam tujuh, ada sosok mirip robot Gundam. Bukan seri Gundam yang manapun, hanya tiruan. Tingginya tak lebih dari tiga meter.

     "Cih! Yang Mulia katamu?" Aileen tertawa. "Gundam KW itu dilarang, Anak Ayam! Perlu kulaporkan agar kau dituntut?" Aileen tertawa dan menambah laju motornya hingga keluar dari hutan setelah seratus meter.

     Ia mendapati pemandangan yang menakjubkan untuk kategori hal aneh. Ada ratusan anak tangga yang rapi berjajar, membentuk trek menanjak yang panjang. "Orang aneh mana yang membuat hal seperti ini? Bisa-bisanya dia meniru anak tangga Heaven's Gate!" Aileen berteriak kencang seraya mengegas motornya untuk mencicipi deretan anak tangga yang indah.

     "Mungkin saja ini keisengan Kepala Kaleng, ini pulau milik mereka, 'kan? Lagipula dia memang aneh."

     Di depan mereka membentang anak tangga sejauh beberapa kilometer, mirip dengan tempat pariwisata Heaven's Gate -- tentunya tanpa gunung di sekeliling mereka. Hanya ada langit dan garis finish yang seharusnya ada di ujung jalan meski belum terlihat. Aileen sempat melihat logo NGSR terukir di anak tangga pertama.

     Aileen melirik pada Jester. "Memangnya kau tidak aneh?"

     Jester hanya tertawa. "Hei, mungkin kita perlu melakukan ciuman atau hal-hal terlarang. Karena Ayam tadi sepertinya berniat menembakkan roket pada kita." Jester memutar-mutar telunjuknya yang sengaja ditekankan ke bahu Aileen.

     "HA? Ayam Sialan!" Aileen memacu motornya dengan lebih kencang, dan berusaha untuk melaju 'zig zag'. Aileen sama sekali tidak menyangka jika Bola Bulu itu akan selamat dari kawanan Velociraptor. Saat itu jarak Piwi terlalu dekat untuk dilahap.

     Roket meledak di dekat mereka, bukan menghantam anak tangga melainkan seekor Pteranodon. Piwi tidak melakukannya untuk menolong keduanya, ia berharap keduanya tertimpa tubuh Pteranodon atau minimal bisa menghambat peserta lain. Piwi tertawa lewat pengeras suara, yang langsung terhenti ketika T-Rex yang baru muncul dari balik pepohonan menabrakkan dirinya ke robot tiruan itu.

     Aileen berhasil menghindar, tepat sebelum sayap dinosaurus itu nyaris menimpa mereka. Ia berusaha melibasi kaki Pteranodon yang pingsan karena ledakan roket. Beberapa peserta mulai terlihat di ujung jalan, dekat dengan deretan anak tangga terakhir. Perempuan itu terus memacu motornya dan pikiran buruk menghinggapi kepalanya.

      'Sialan! Anak tangga ini terlalu terbuka, bukankah ini terlalu bagus untuk Pteranodon menjadikan kami cemilan?' Aileen mendadak kembali cemas karena posisi mereka yang tidak menguntungkan. Jalur hutan meski menyulitkan karena keberadaan pepohonan juga akar-akar besar tak terlalu memberi banyak keuntungan pada dinosaurus pengejarnya. Berbeda dengan situasi kali ini, mereka tanpa perlindungan dan harus mendaki anak tangga yang tidak menguntungkan.

     "Jester, awasi pergerakan Pteranodon! Aku mendapat firasat tidak enak."

     "Apa aku bisa menjadi pawang Pteranodon?" tanya Jester dengan nada antusias. "Seperti di film, aku hanya perlu merentangkan tangan dan menatap mata mereka."

     Aileen tertawa dengan sarkastik. "Tuan, kau sudah dewasa. Tolong jangan berbuat hal aneh yang membahayakanku! Satu hal yang sedang kupikirkan. Kenapa kita tidak berusaha membunuh dinosaurus pengejar kita? Aha! Karena BALAPAN SIALAN INI JAWABANNYA!" Perempuan itu mulai tertekan dengan rintangan balapan dan hasil kebodohannya memberikan tumpangan pada Jester. Pria itu hanya tertawa dan membuat Aileen semakin kesal.

*****

     Stamina Aileen mencapai batasnya, anak tangga yang mereka tempuh sudah hampir 2 kilometer. Mereka berhenti untuk mengistirahatkan diri dan motor yang telah panas. Setiap seratus meter selalu ada area yang lumayan luas untuk dijadikan tempat beristirahat. Jika mereka cukup berani untuk menghadapi Pteranodon.


     "Hei!" Aileen berteriak memperingatkan Jester yang nyaris disambar oleh Pteranodon. Perempuan itu berusaha menembaknya dengan Colt saat terbang melintas persis di atas kepalanya. Rentangan sayapnya yang lebar membuat Aileen tak akan meleset. Ia berhasil membuat dua lubang di sayap kiri Pteranodon yang akan membuatnya sedikit kesulitan terbang.

     "Wah, kau meleset. Hewan itu tidak mati," kata Jester.

     Aileen mendekati Jester, pria itu menelengkan kepala seakan tengah menanyakan kondisi Aileen. "Jangan berisik!" Perempuan itu menarik lengan kiri Jester.

     Jester sadar bahwa matahari berpengaruh teramat buruk untuk Aileen. "Ah, ya. Silakan saja, Sayang. Asal setelah ini kau memberiku ciuman sepanas saat awal kita bertemu." Jester tertawa dan menahan rasa perih saat Aileen menyayat lengannya dengan sebilah pisau. 

     Aileen memiliki percampuran rasa antara bersalah sekaligus aneh. Mengambil darah dari makhluk bukan manusia bukanlah perbuatan salah. Namun ada rasa bersalah yang mengganjal setiap kali ia meneguk, padahal ia tidak melanggar perjanjiannya dengan Keith. Tak ada peraturan yang ia langgar. Aileen tak banyak mengambil darah dan segera melepaskan lengan Jester.

     Jester meneleng, bingung dan hanya tertawa. "Kenapa wajahmu terlihat tidak puas? Apa rasanya tidak enak?" Pria itu menurunkan gulungan lengan bajunya.

     "Tak ada. Sudah cukup." Aileen menyeka sisa darah di bibir dengan ibu jari, lalu mengusapkannya ke celana. Jester sedikit tersinggung, karena ia diperlakukan sedikit berbeda dari Keith.

     "Ah, darah Keith masih lebih enak, bukan? Bahagianya menjadi seorang manusia." Ada rasa cemburu yang kuat dari kata-katanya.

     Aileen mengerutkan alis. "Jangan berisik! Cepat naik!" Perempuan itu meraungkan motornya dengan kesal sambil memandangi dua ekor Pteranodon yang berputar di atas mereka. Sesaat setelah Jester naik Aileen kembali melaju menaiki deretan anak tangga yang lebih mirip menuju neraka alih-alih surga. 

     "Kuharap hotel mereka benar-benar nyaman," gerutu Aileen lirih. Ia menstablikan laju motornya yang terus mendaki deretan anak tangga. "Jester, ambil Colt di paha kananku! Tembak salah satu makhluk itu jika berani mendekati kita!"

     Pria itu melirik Colt di dalam sarung pistol yang terikat di paha kanan Aileen. "Kau ingin aku mengelus pahamu? Kenapa mengikatnya di sana?" tanyanya dengan nada riang.

     "Badut, ini bukan saatnya bercanda!"

     "Ya … ya … ya …," ucap Jester dengan nada malas. Ia menarik Colt 1911, ia mengawasi kedua ekor Pteranodon yang masih ragu menyerang mereka. 

     "Jester, aku mengandalkanmu. Tolong jangan kecewakan aku." Aileen tidak memiliki pilihan lain, tetapi ia harus mempercaya pria yang tak dapat diandalkan sama sekali itu.

     Jester tertawa. "KAU TERDENGAR SERIUS SEKALI!" katanya dengan berteriak yang disusul suara tembakan sebanyak dua kali diiringi tawa kemenangan yang mirip maniak. Tembakannya berhasil mengenai pangkal sayap sisi kiri dan menyebabkan Pteranodon tak malang itu kesulitan untuk mempertahankan ketinggian.


     Aileen mengerutkan alis karena reaksi Jester yang berlebihan. "Kau ini menembak dinosaurus atau memutilasi manusia?"

******

     Aileen bisa melaju mulus hingga nyaris mendekati puncak, karena Pteranodon lain memilih mangsa yang lebih empuk daripada mereka. Paling tidak ia menghitung sudah ada belasan peserta yang mendahului mereka. Perempuan itu berusaha memaksimalkan laju motornya hingga mencapai anak tangga terakhir. Aileen menghela napas lega sementara Jester bersorak gembira lalu meniup terompetnya. Ada sekitar lima puluh meter jalanan lurus menuju garis finish, di mana portal untuk kembali ke hotel telah terlihat begitu indah untuk Aileen yang kelelahan.

     "Jester, aku titipkan Colt-ku hingga kita kembali."

     "Baiklah," sahut Jester yang terlihat sangat senang sekaligus polos.

     Aileen mendorong Jester hingga terlempar dari motor, tetapi refleks Jester yang baik membuatnya tak terluka sedikit pun. Pendaratan yang terlalu baik hingga membuat siapapun tak menyangka jika ia didorong secara tiba-tiba dari motor yang melaju kencang.

     Perempuan itu tersenyum lebar, hingga terlihat amat menyebalkan karena penampakan taring dan tanduknya. "Jangan percaya pada Iblis Kecil, Tuan! Kau hanya boleh menumpang sampai di sana!" Aileen tertawa dan melanjutkan balapan hingga berhasil melalui garis finish. 

     Aileen segera turun dari motornya saat sesosok robot penjaga Peti Harta Karun menyuruhnya untuk segera membuka kotak yang dijaganya. Ia menyentuhkan ibu jarinya, membiarkan panel scan sidik jari bergambar lubang kunci untuk membaca. Saat terbuka ada sepasang 'blade knuckle' warna hitam. Ia segera mengambil senjata yang ia dapatkan dan segera menutup peti harta karun.

     Ia bisa melihat Jester berlari mulai mendekat. Aileen segera menaiki motor setelah memasukkan senjata barunya ke dalam tas pinggang. Perempuan itu meraungkan motornya beberapa kali. "AKU MENUNGGUMU DI HOTEL! JAGA BAIK-BAIK COLT-KU ATAU KULUBANGI KEPALAMU DENGAN PASANGANNYA!" teriak Aileen yang segera memutar motornya dan melaju kencang memasuki portal yang berada tak jauh dari garis 'finish'. Perasaannya menjadi amat ringan dan rasa kesalnya pada Jester terbayar lunas karena berhasil menyelesaikan balapan. Terlebih ia mendapat 'blade knuckle' dengan model dan warna yang sama dengan milik Keith. 


END


Komentar

  1. Entri yang menarik. Interaksi antar Aileen dan Jester natural dan nyaman diperhatikan. Kerja sama mereka pun baik, meski Aileen beberapa kali kesal dengan badut tersebut. Untuk karakter ketiganya, Piwi, saya rasa peran antagonisnya cukup. Piwi beberapa kali memberikan tim Aileen bahaya, meski fokus konfliknya lebih ada di forces of nature. Piwi kurang spotlight saja mungkin, jadi saya kurang merasa dia cukup penting. Tak seperti entri lainnya, Aileen tak segera tahu kalau ada dinosaurus. Arahan ke tahunya Aileen membuat tension yang pas. Overall, saya sangat terhibur. Aileen dan Jester duo yang kocak. Saya beri nilai 8/10.

    BalasHapus
  2. Ceritanya menarik secara keseluruhan, tapi aku nemu beberapa hal ngganjal pikiran.

    1. Bukankah trek terakhir itu tanjakan tebing? Dan bukannya anak tangga?
    Karena kamu nulisnya anak tangga, aku jadi mikirin sepeda motor yang melaju di anak tangga sejauh lima kilo dengan posisi naik tanpa terjatuh sekali pun. Itu agak aneh.

    2. Mungkin bisa dikurangi menulis masa lalu OC-nya. Soalnya aku jadi bingung pas kamu nyebut perjanjian Aileen dan Keith. Perjanjian mereka apa sih? Jadi kepo soalnya.

    But after all it's a good story.
    Dakara 7/10 ore ga ageru. (Karena itu, aku kasih 7/10)

    By Zenistia_Nisrina

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Diliat dari komentar Jester tentang Keith, Aileen sama Jester itu memang sudah saling kenal kah?

    Ada beberapa adegan yang kurang/ga ada penjelasannya, kaya hubungan Aileen sama Jester, sama siapa itu Keith. Well, bisa ditebak sih, dan susah juga nambahin sejarah kalau mengingat batas kata.

    Selain itu ceritanya tetep asik buat diikutin karena gaya nulisnya santai~ Isla Wunder serasa lebih luas dibanding yang lain.

    Nilai: 8
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus

Posting Komentar