[Round 2] Troya Meredith - Girls on Top

By: Glen Tripollo


Race 4. Missing Person

Seorang pria berkacamata bulat hitam berjalan cepat melewati pintu kaca yang terbuka secara otomatis sambil menunjukkan tanda pengenalnya kepada resepsionis yang belum sempat berkata apa pun selain bangkit dari duduknya.

"Selamat datang, Agen," sapa sang Resepsionis kemudian sambil tersenyum.

"Trims, Bertha," sahut pria itu santai sambil berjalan menuju elevator yang berada di ujung lorong sisi kanan lobi.

Pintu elevator pun terbuka secara otomatis. Pria itu melangkah mantap ke dalamnya sebelum pintu kembali tertutup. Ia mendekatkan wajahnya ke sebuah monitor digital yang langsung melakukan pemindaian.

"Selamat datang di Nolan Corp, Agen. Profesor Fambrough menanti Anda di lantai 45."

Hanya sedetik sejak kalimat sambutan itu terdengar, pintu elevator kembali terbuka. Pria itu menggaruk rambut dan mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan perjalanan 45 lantai yang kelewat cepat, bahkan tanpa merasakan pergerakan naik sedikit pun.

Saat keluar, seorang wanita cantik berkerudung hitam menyambutnya dengan senyuman. Wanita itu memakai stelan blazer hitam yang melapisi kemeja putih berenda dan rok rample panjang semata kaki. Sebuah tablet berada di tangan kanannya. Ia adalah sekretaris asisten Profesor Fambrough. Bros berbentuk logo Nolan Corp tersemat di bagian bawah kerudung yang menutupi nyaris seluruh bagian dadanya.

Wanita itu memberi isyarat agar sang pria mengikutinya ke sebuah pintu hitam legam bergaya futuristik minimalis bergagang silver bertuliskan huruf besar-besar berbunyi NOLAN C. FAMBROUGH,  PRESIDENT DIRECTOR dan menggesernya.

"Prof, orang yang Anda tunggu sudah datang," lapor wanita itu kepada Nolan yang sedang serius menatap layar komputer di atas meja kerjanya. 

"Trims, Fatima, persilahkan dia masuk!"

Fatima mengangguk dan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam ruangan sebelum menutupnya kembali.

"Akhirnya, agen Wilder," sapa Nolan seraya bangkit dari posisinya dan menjabat tangan Wilder. "Bagaimana perjalanannya?"

"Cukup berbasa-basi. Wilder saja sudah cukup, Nolan," sahut Wilder seraya menyambut tangan Nolan.

"Seperti biasa, selalu to the point,," kata Nolan tertawa nyaris terbahak. Ia menepuk tangannya, sesaat kemudian citra hologram empat dimensi muncul di segala penjuru ruangan, seolah-olah Wilder dan Nolan tertelan di dalamnya. Citra hologram itu membentuk garis-garis tebal tipis yang saling berhubungan sedemikian rupa hingga terlihat seperti peta raksasa yang berlapis-lapis.  Milyaran titik-titik kecil berwarna hijau tersebar di segala area. Mirip hamparan bintang-bintang di langit malam yang tak berbatas. "Butuh waktu lima tahun untuk menyempurnakannya. Ini masih berupa prototipe yang belum kupatenkan."

Tak perlu menunggu penjelasan lebih detail bagi Wilder untuk memahami cara kerjanya. Sekali lihat saja, Wilder sadar bahwa citra hologram di sekitarnya adalah pemetaan real-time dari seluruh dimensi yang ada di semesta.

"Luar biasa. Kutebak bahwa titik-titik hijau ini adalah entitas kehidupan?" tanya Wilder yang dibalas dengan anggukan bangga Nolan.

"Tidak semua, hanya humanoid."

Wilder sudah mengenal Nolan cukup lama, dan ia tahu betul bahwa orang di hadapannya itu telah diklaim memiliki kecerdasan otak tertinggi di planet bumi. Termasuk juga rahasia bahwa otak cerdas tersebut didapatkannya dengan cara yang hampir mirip dengan teknologi kaki kiri iridium Wilder. Ketika mereka secara bergantian terlibat di dalam sebuah ajang pertarungan di dimensi lain.

"Lalu, ada apa dengan titik-titik hijau yang berkerumun dalam jumlah besar ini?" tanya Wilder.

"Nah, itu adalah fokus kita hari ini," jawab Nolan semangat seraya membetulkan posisi kacamatanya. Ia mengayunkan kedua tangannya di udara untuk memperbesar tampilan di area tersebut dan memotongnya. Potongan peta hologram tersebut melayang beberapa senti di atas telapak tangannya. "Area ini adalah bagian dari sebuah dimensi bernama Esmetas. Garis putus-putus ini menandakan perbatasan area kekuasaan masing-masing wilayah. Aku belum mengkonfirmasi semuanya, tapi aku yakin salah satunya adalah sebuah perusahaan bernama Hadyatha Group. Suatu acara besar mungkin sedang diadakan di sana."

"Lalu, apa masalahnya?" Wilder mengangkat alisnya.

"Sudah lima belas hari aku mengamati kerumunan aneh ini. Sebelumnya, mereka sempat menghilang dari area ini dan muncul di sini dalam waktu singkat," Nolan mengayunkan tangannya dari kejauhan untuk menggeser dan memutar tampilan peta dimensinya.

"Pulau aneh berbentuk not balok?"

"Yap, namanya Isla Wunder, di dimensi Waya-Waya," kata Nolan semangat. "Jaraknya dengan Esmetas membuatku yakin bahwa mereka berpindah menggunakan portal dimensi yang tak berbeda jauh dengan portal yang kuciptakan. Lalu, kurang lebih selama enam belas jam waktu di dimensi kita, keramaian ini kembali ke Esmetas, Hotel Hadyatha tepatnya."

Tatapan Wilder berubah serius, tangan kanannya mengusap-usap dagunya yang berjanggut tipis.

"Satu lagi, citra hologram ini juga bisa merekam jejak perpindahan tiap-tiap entitas, termasuk juga profil dan asal dunianya.  Jadi, aku melakukan beberapa penelusuran. Aku yakin kau bisa menebaknya, Wilder."

"Mereka semua berasal dari dimensi yang berbeda."

"Tepat! Acara besar di Esmetas, namun dihadiri oleh entitas dari dimensi yang berbeda-beda, tentunya mengingatkan kita pada sesuatu."

"Battle of Realms. Apa mungkin ajang berbahaya itu diadakan lagi?"

Nolan mengangkat bahu. "Mungkin saja. Penyelenggaranya berbeda, namun tak menutup kemungkinan ini ada kaitannya dengan ajang yang  kita lalui waktu itu."

"Oke, ini baru praduga. Ada hal lain yang sudah kaulakukan untuk menggali informasi?"

"Hanya sedikit fakta dari penelusuran sebelumnya. Kerumunan entitas semacam ini sering muncul di berbagai area lain, namun kebanyakan hanya dihadiri oleh entitas yang memang menghuni dimensi tersebut. Lalu, dengan begitu banyaknya entitas berbagai dimensi di Esmetas, tanpa ada sedikit pun berita yang sampai kepada kita, kemungkinan besar kegiatan ini tergolong ilegal. Ditambah sebagian besar entitas yang ada di sana, mendapatkan status 'orang hilang' di tempat asal mereka."

"Penarikan peserta secara diam-diam. Aromanya memang seperti Battle of Realms," gumam Wilder. "Apa ada kemungkinan Anonymous berada di sana?"

"Sejauh otak jeniusku ini bekerja, aku tak ingat memiliki kemampuan untuk mengetahui keberadaan semua orang begitu saja. Lagipula sudah sepuluh tahun sejak insiden Los Angeles, entah dia masih hidup atau tidak."

Wilder membetulkan posisi kacamata bulatnya. "Baiklah, aku akan mengirimkan beberapa agen rahasia untuk menyelidikinya langsung ke Esmetas."

"Ah, mengenai hal tersebut. Aku menyarankan kau sendiri yang pergi ke sana, Wilder," kata Nolan cepat.

"Kenapa? Ini kan hanya penyelidikan sederhana."

"Karena ini," jawab Nolan sambil memperbesar salah satu titik entitas dan menyentuhnya. Sebuah kotak muncul, berisikan foto dan profil singkat entitas tersebut. Wilder membacanya dalam hati.

TROYA MEREDITH
Female, 18 y.o
Mechanical Engineer
Long Beach, California 2025

Wilder melepas kacamata hitamnya untuk memastikan dirinya tak salah baca.

"Asal kau tahu, Troya Meredith baru saja masuk ke dalam daftar orang hilang di Long Beach," tambah Nolan.

"Kapan waktu paling cepat untukku pergi ke Esmetas?"

"Secepat yang kaumau. Sekarang pun bisa," jawab Nolan.

"Baiklah, beri aku waktu satu jam untuk bersiap," kata Wilder sambil berjalan cepat meninggalkan ruang kerja Nolan. Ia mengambil smartphone, menekan satu digit angka dan mendekatkannya ke telinga. "T-1N, aku butuh bantuanmu. Sesuatu terjadi, aku ingin kau bersiap dalam satu jam, kita akan melakukan perjalanan lintas dimensi."



Race 5. Triangular Pyramid-shaped Skyscrapers

"Semoga beruntung, Troya Meredith," ucap seorang pemandu sesaat setelah Troya turun dari helikopter dan kembali mengangkasa meninggalkannya sendirian di tengah-tengah taman kota Almnesse yang agak gelap dan sepi. Jam besar di tengah taman menunjukkan pukul sembilan malam.

Troya menghela napas seraya membetulkan wearpack yang ia kenakan. Ia membuka resleting tas pinggangnya untuk memastikan tak ada satu pun benda yang tertinggal. Ia menemukan beberapa perkakas seperti tang dan kunci inggris kecil beserta sebuah bola logam silver sebesar bola golf yang ia dapatkan dari peti hadiah di babak pertama. Hingga saat itu, Troya masih belum mengetahui kegunaannya, ia hanya merasa lebih aman bila tetap membawanya.

Tantangan kali ini adalah menjadi yang tercepat sampai di puncak Menara Bebal,--gedung pencakar langit berbentuk limas segitiga setinggi 88 lantai--dan mengganti warna lampu sorotnya melalui panel kontrol. Tak ada masalah dengan mengotak-atik panel kontrol, yang jadi masalah adalah Nadel, Naada Kirana sebenarnya, seorang wanita yang sedikit lebih tua dari Troya namun memiliki kesamaan hobi dengannya. Dia wakil dari Kerajaan Gwenevere. Perangainya yang buruk, membuat Troya merasa harus mewaspadainya, sekalipun Nadel terlihat lemah jika harus bersaing secara fisik dengannya.

Troya berjalan menembus pohon besar di salah satu sisi taman, dan terkejut dengan keramaian yang menyambutnya. Orang-orang berlalu lalang dan berkonvoi sambil berdesakkan di trotoar. Sementara di jalan utama, begitu banyak orang yang berkerumun, mengantre di depan stand jajanan malam yang tersebar di sepanjang jalan hingga beberapa meter dari Menara Bebal. Tingkat kepadatan yang tak masuk akal, melebihi ramainya kereta penumpang di saat-saat sibuk.

Kendaraan sangat tak mungkin dipakai untuk melewati jalan utama. Troya memutar otak, mencari cara untuk dapat melewatinya. Namum, belum sempat dirinya beranjak dari sana, seorang pria bertubuh besar menabrak dan membuat dirinya jatuh terjerembab ke jalan aspal. Troya bangkit sembari menepuk-nepuk bagian belakang wearpack-nya dan terdiam selama beberapa detik menatap pria yang sama sekali tak menoleh ke arahnya, terus berjalan dan berbicara seolah tak terjadi apa-apa.

"Hei, gendut!" panggil Troya kasar. Pria itu menoleh ke arah Troya dengan tatapan galak.

"Kau memanggilku apa?" sahutnya dengan nada menantang.

"Kau baru saja menabrakku dan tak mengucapkan sepatah kata pun? Membantu saja tidak!" bentak Troya.

"Salahmu sendiri kan berdiri di sini tanpa melihat-lihat sekitar," sahut pria itu sambil memamerkan tawanya yang menyebalkan. Disambut dengan tawa melecehkan dari beberapa orang temannya.

"Dia marah sekali, mungkin kau tadi menabrak dadanya," kata salah seorang temannya.

Gelak tawa semakin riuh terdengar. Beberapa orang pedestrian yang lewat sempat melirik ke arah Troya dan ikut tertawa.

"Menyebalkan. Semua pria itu memang menyebalkan," gumam Troya. Tanpa banyak berpikir, ia melangkah cepat ke arah pria bertubuh besar itu dan menghantam wajahnya. Gelak tawa berhenti seketika. Sementara si pria bertubuh besar tampak meringis sambil memegangi hidungnya yang patah dan berdarah.

"Ku-kurang ajar! Jangan diam saja,  cepat hajar dia!"

Salah seorang teman pria itu maju dan menerjang Troya dengan pukulannya. Troya berhasil menghindar dengan mulus, membuatnya meninju udara kosong. Di saat yang sama Troya kembali maju sambil sedikit membungkukkan tubuhnya dan menyarangkan pukulan telak ke perut, membuat pria itu tersungkur.

"Berani sama wanita? Hah!" bentak Troya sambil mengangkat kedua tangannya yang terkepal beberapa senti di depan wajahnya, waspada dengan serangan lanjutan yang akan datang.

Pria kedua berlari cepat dan menyerang Troya dengan pukulan lurus, namun Troya segera mundur, menabrak salah seorang pedestrian yang sedang berdesakkan dan merunduk cepat, membuat pukulan pria itu salah sasaran.

Pria tak bersalah yang terkena pukulan berbalik sembari memegangi punggungnya yang sakit. "Dasar berandalan! Apa masalahmu?"

"Kau mau apa, Pak Tua?" tantang pria yang memukulnya, membuat perhatian para pedestrian tertuju ke arahnya. Troya yang menyadari hal ini segera berdiri dan mencari celah di antara kerumunanan seraya ikut berteriak.

"Tolong, mereka berusaha menyakitiku tadi."

Keributan pun terpecah, para pedestrian yang semula berdesak-desakan kini berhamburan mengejar pria bertubuh besar dan teman-temannya, menciptakan begitu banyak celah.

Tanpa membuang kesempatan, Troya berlari melewati setiap celah tanpa kesulita seraya berteriak tolong dan menunjuk ke arah yang tentu. Tak butuh waktu lama hingga dirinya berhasil meninggalkan pusat keramaian dan sampai di depan salah satu pintu masuk Menara Bebal yang megah.

Napas Troya tersengal. Ia menyeka keringat yang mulai merembes dari dahi. Sementara mata birunya kembali mengamati keadaan di sekitarnya. Beberapa orang sekuriti berseragam lengkap nampak berjaga di sana. Ia juga melihat beberapa orang yang berjalan melewati mereka, menjalani pemeriksaan barang bawaan sebelum dipersilahkan masuk.

Troya menurunkan sedikit resleting wearpack-nya hingga menampakkan sedikit tanktop putih di baliknya dan berjalan menghampiri sekuriti.

"Tunggu, Nona!" Salah seorang sekuriti memberikan kode agar Troya menunjukkan tas pinggangnya. "Apa keperluanmu?"

"Eh, aku harus melakukan pengecekan jaringan listrik gedung ini," kata Troya, sementara matanya melirik ke arah dalam gedung.

Sang sekuriti membuka tas pinggang Troya dan mengaduk-aduk isinya.

"Kami sudah punya staf khusus untuk melakukan pengecekan, Nona. Kauyakin tak salah tujuan?" tanya sekuriti lainnya.

"Aduh." Sekuriti yang sedang mengecek tas pinggang Troya menarik tangannya yang mendadak terasa seperti tersengat. "Mungkin listrik statis."

Troya segera mengambil tas pinggangnya, meninju perut sekuriti yang menghalangi pintu masuk dan melompatinya saat dia merunduk menahan sakit.

"Nona! Sialan!" Sekuriti tersebut segera mengambil HT yang tersemat di pinggangnya. "Kode 713, sekali lagi kode 713, seorang wanita muda mengenakan wearpack ungu."

Troya berlari secepat mungkin menuju lift yang sedang terbuka bersama dengan para pengunjung Menara Bebal lainnya. "Tolong lantai delapan."

Sepuluh detik berlalu, dan Troya sampai di lantai 8 yang sangat luas. Jumlah orang yang berlalu lalang lebih sedikit daripada lantai dasar mall. Troya berjalan ke salah satu sudut hall dan melepaskan bagian atas wearpack, tak lupa ia mengenakan kembali tas pinggang dan mengencangkan ikat rambutnya.

Masih belum ada tanda-tanda keberadaan Nadel di sana, entah apakah ia sudah sampai lebih dulu dari Troya atau justru tertinggal jauh. Apa pun, Troya memutuskan untuk tetap fokus dengan misinya. Mulai dari sini menuju lantai 86 hanya dapat dilewati menggunakan lift staf, karena lift untuk umum tidak memiliki akses hingga ruang kontrol. Agak beresiko terlebih sudah pasti banyak sekuriti yang mulai menyisir tiap lantai mencarinya.

Troya berjalan cepat ke arah lift staf dan terkejut dengan penglihatannya. Nadel berdiri di sana dan berbicara dengan salah seorang staf.

"Aahh, Troya! Akhirnya kau datang," sapa Nadel tiba-tiba, membuat Troya terkejut. "Sini cepat!"

Keheranan dan canggung, Troya pun menghampirinya tanpa banyak berpikir. Staf yang berdiri di hadapan Nadel menatap Troya dan Nadel secara bergantian.

"Bagaimana? Bolehkah aku dan temanku ini naik ke atas sebentar saja?" tanya Nadel dengan nada menggoda.

"Ta-tapi, Nona," kata staf tersebut ragu, "Ini menyalahi aturan. Aku staf piket malam ini, kalau terjadi sesuatu mereka akan memecatku."

"Memangnya kami bisa melakukan apa?" goda Nadel lagi yang bagi Troya terlihat sangat menggelikan.

"Ta-tapi, Nona, aku--" Staf tersebut langsung jatuh pingsan dengan satu pukulan Troya. Nadel membelalak.

"HEI, AKU BISA MEYAKINKANNYA!"

"Terlalu lama," sahut Troya kalem seraya menekan tombol lift dan mengambil kartu pengenal staf dari saku celana staf piket yang pingsan. "Sekuriti akan segera ke sini."



Race 6. True Color

Pintu lift terbuka secara otomatis sesampainya di lantai 86, lantai khusus staf. Sesuai dugaan Troya, tak ada staf lainnya yang sedang bekerja selain staf piket di bawah tadi. Berbagai perlengkapan mekanik dan listrik tersebar teratur di seluruh bagian hall. Setiap sisi hall dibatasi oleh dinding kaca tebal, sehingga siapapun dapat melihat seluruh lansekap kota Almnesse yang ramai dari ketinggian.

"Tak sesulit kelihatannya," kata Troya lega sembari melangkah keluar dari lift.

"Tunggu, Troya! Kau yakin tak mau mempertimbangkannya? Jika kau bekerja sama denganku, aku akan memenangkan kompetisi ini dan membagi keuntungan yang kudapatkan denganmu."

"Masih soal itu lagi? Ngomong-ngomong bahasa Inggrismu tidak begitu bagus," ujar Troya tanpa menghentikan langkahnya. Kini ia menaiki tangga besi yang berada di tengah-tengah hall

"Aku disponsori oleh Kerajaan Gwenevere. Mereka menjanjikanku kekuasaan. Aku bisa menggunakannya untuk memberikan apa pun yang kaubutuhkan."

"Maaf, aku tak tertarik," kata Troya menghilang dari pandangan Nadel. Ia telah sampai di lantai 87, tinggal beberapa langkah lagi menelusuri tangga hingga sampai ke lantai 88, tempat panel kontrol lampu sorot berada.

"Memang tak bisa diyakinkan ya? Yah, memang negosiasi semacam itu tak ada gunanya sih," gumam Nadel dalam hati. "Cara persuasif tak bisa dilakukan terhadap gadis kurang ajar itu."

Nadel memejamkan matanya beberapa detik dan mengatur napasnya. Sementara Troya sudah berhasil sampai di lantai 88.

Terdapat tiga panel kontrol yang tersebar di setiap sisi hall. Troya mengeluarkan kunci inggris dari dalam tas pinggangnya sebelum berjalan santai menuju panel kontrol yang ada di sisi utara. Troya membuka katupnya dengan kunci inggris, mematikan saklar untuk mematikan lampu, dan menyalakan saklar lainnya hingga lampu sorot berubah warna menjadi pink.

"Kenapa harus pink?" gumam Troya dalam hati. "Yosh, dua lagi."

Tiba-tiba terdengar derap langkah yang begitu ramai dari arah tangga disusul dengan suara Nadel, "Di atas, gadis yang kalian cari ada di lantai 88."

"Sial," gumam Troya dan berbalik arah, mendapati empat orang sekuriti berseragam lengkap berdiri di sana. Dua orang mengacungkan baton besi, dua orang lainnya bertangan kosong.

"Sebaiknya berhenti di sana, gadis muda. Kami tak akan bersikap kasar kepadamu," bujuk salah seorang sekuriti bertangan kosong.

Troya melangkah mundur perlahan. Namun, saat berikutnya Nadel menerjang Troya dengan kecepatan penuh, menarik paksa tas pinggangnya hingga terlepas dan berlari menjauh ke sisi barat tanpa Troya sempat menahan dirinya.

"Nadel, kembalikan tasku!" kata Troya berusaha melembutkan suaranya. Sementara keempat sekuriti semakin mendekat dan mengepung Troya.

Nadel membuka tas pinggang Troya dan mengambil salah satu kunci inggris dari dalamnya. Ia melihat bola silver dan mengambilnya karena penasaran. Nadel berlari ke panel kontrol di sebelah barat dan berhasil menyalakan lampu berwarna emas.

"Hei, perempuan itu juga melakukan sesuatu terhadap panel kontrol tahu!" bentak Troya. Namun, mereka tak mengindahkannya dan tetap berusaha menekan Troya.

"Sialan, tak ada pilihan!"

Troya melemparkan kunci inggris ke salah satu sekuriti yang memegang baton. Saat perhatian yang lainnya teralihkan, Troya segera berlari menerjang sekuriti paling depan, menangkap tangannya dan memuntirnya dengan kuat.

Nadel yang melihat aksi Troya bergegas menuju panel timur. "Jangan coba-coba, Nadel! Kembalikan tas pinggangku!"

Salah seorang sekuriti dengan baton hendak menyerang Troya, namun dengan lihai Troya menghindarinya, mendorong sekuriti yang tengah ia puntir ke depan membuat serangan baton mengenai bahu sekuriti tersebut. Troya merebut baton besi dan memukul sekuriti bertangan kosong di belakangnya. Troya berbalik arah hendak melempar baton ke arah sekuriti yang tersisa, namun sekuriti tersebut sudah mengacungkan tangannya ke depan, pasrah. Troya menyarangkan tinjunya ke wajah sang sekuriti dan membuatnya tersungkur.

Nadel tercengang dengan kemampuan Troya mengalahkan empat orang sekuriti tersebut. Kedua tangannya gemetar hebat. "Hehehe, Troya … sabar ... kita bisa membuat perjanjian lagi … aduh!"

Nadel melempar tas pinggang Troya. Ia memegangi tangannya yang terasa seperti tersengat listrik dengan tatapan bingung. 

Troya mengambil tas pinggangnya dan berjalan pelan mendekati Nadel.

"Maaf, Nadel, aku harus melakukan ini," kata Troya sebelum menghantam pipi Nadel dengan keras. "Aku tak pernah suka dengan wanita sepertimu."

Bola logam yang semula berada di dalam genggaman Nadel menggelinding pelan di lantai. Troya memungutnya dan berjalan menuju panel kontrol di sisi timur dan barat.

Tiga lampu sorot telah berubah warna menjadi pink terang. Sekejap, malam hari di kota Almnesse yang ramai berubah menjadi begitu manis. Troya menatap sekilas seluruh lansekap kota sambil bernapas lega. Helikopter milik Hadyatha Group sudah terlihat di kejauhan.

Troya menjatuhkan tubuhnya hingga terduduk di lantai. Memandangi para sekuriti dan juga Nadel yang jatuh pingsan. Sementara, rasa perih mulai menjalari tangan Troya yang memar. Sudah lama ia tidak menggunakan tangannya untuk menghantam orang lain, dan malam ini, ia melakukannya beberapa kali.

Ia memejamkan matanya. Samar-samar terdengar suara Soraya menggunakan pengeras suara beberapa puluh meter di atas Menara Bebal.

"Itu Troya Meredith. Dia berhasil, sungguh luar biasa! Mari berikan tepuk tangan yang meriah untuknya!"

"Setidaknya, malam ini aku bisa beristirahat dengan nyaman tanpa memikirkan kekalahan," gumam Troya dalam hati sambil tersenyum. Sekejap bayangan seorang pria berkelebat cepat di dalam pikiran Troya.


***


"Hei, Troya, jangan bersedih. Ibumu telah melakukan yang terbaik demi melindungimu. Sekarang giliranku. Ikutlah denganku!"


Bersambung....

Komentar

  1. plot utamanya makin tebal, tapi ini bikin plot rondenya sendiri makin tipus. pertarungan d akhir kurang seru , tapi karakterisasi kedua peserta lumayan bagus. yang saya ga paham, masa sih lawan punya advantage kenal sama orang dalam tapi Troya tidak. padahal harusnya dua duanya off worlders.

    yang saya Bingung lagi apa staff gedung ga dkasih tahu kalau ada dua peserta akan datang dan jadikn tempat itu ajang lomba. kalau tahu harusnya staff bsa nolak dua duanya atau nerima dua duanya. cma kenal salah satu malah bikin plot hole.

    kecewa lagi karena battle cma d akhir.

    6/10

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa poin sebenernya di sini yang--maaf banget--kalau bacanya ga sambil diresapi bakal miss.

      1. Nadel nggak ada akses kenal orang dalem. Adegan pembicaraan dia dengan staf itu bukan karena dia kenal. Dia kan punya kemampuan merayu dan persuasif. Saat itu, dia sedang merayu staf supaya diizinin ke atas. Beda dengan Troya yang ga punya kemampuan goda menggoda. Bagaimana Nadel masuk Menara Babel? Situ tau kan kalo pintu masuk ada barat dan timur? Nadel masuk dari pintu yang lain, cara masuknya off screen, tp tp situ mestinya paham dia bisa masuk pakai kemampuan persuasif dia.

      2. Di canon Troya, kota Almnesse ini kota yg bener2 ada, bukan buatan. Jadi berlaku sistem macam N2 di mana kedua peserta disuruh tanding di tempat yg memang ada tanpa pihak luar mengetahuinya. Lagian kalo staf gedung udah tau tempatnya jadi setting pertandingan, terus di mana tantangannya nanti? Imbas pertarungan BOR kalo bukan Troya vs Nadel di sana, gedungnya bisa aja ancur-ancuran loh. Apa mungkin pihak gedung bakal setuju tempatnya dipake jadi setting? Tentu tidak. Jadinya diam-diam deh.

      3. Untuk battle no comment. Karena klo situ baca charsheet Nadel, dia bener2 menghindari pertarungan fisik. Makanya saya bikin perjalanan yg agak damai sampe ke puncak, dan ngebiarin Troya yang dapat battle scene di akhir.

      Saya sengaja ngebangun konflik Troya ini pelan2 karena keterbatasan kata. Karena saya mau masukin sedikit canon di awal, saya sengaja mengorbankan durasi screentime Troya. Ditambah saya merasa nilai di 5 ronde pertama ini ga begitu penting karena yang lolos ke babak turnamen sudah pasti mereka yang gak WO.

      Ditunggu aja entri selanjutnya ya kalau haus sama battle scene. R3 bakal full battle.

      Akhir kata, trims karena udah sempetin baca kasih nilai :D

      _Troya_

      Hapus
  2. Keliatannya canon Troya udah direncanain buat jangka panjangnya. Sayang banget kalau berakhir jadi foreshadow aja tanpa pay off. Apalagi endingnya cliffhanger ambigu :"

    Battlenya lumayan to the point. Cuman yang masih bingung bola logam itu. Kirain bakal jadi plot device, tapi sampai akhir ternyata ga begitu relevan di entri ini sendiri. Foreshadow lain?

    Soal teknis dan lain-lain udah OK~

    Nilai: 8
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya