[Ronde 1] Oni Onion - I am not crying! It's the onion cutting ninja!

By: Overlord Hall



I am not crying! It's the onion cutting ninja!

Nenek moyang pernah cerita. Di pantai nan jauh tumbuh bambu-bambu coklat yang saat ditiup akan menghantam satu sama lain, menghasilkan suara mirip kentongan. Saat dibelah, dagingnya kotak bagai tahu dan getah lezatnya serasa saus kacang kecap. Bambu yang mengenyangkan pemakannya untuk dua hari kedepan. Bambu tahu tek!

Saat matahari di atas kepala, berlarilah sekawanan pohon pisang dengan kaki-kaki akar mereka untuk menyaring nutrisi dari pasir. Pohon yang terdepan akan menyaring nutrisi terbanyak, membuat buahnya yang lembut seperti lontong semakin besar dan berisi lengkap dengan aroma kaldu yang bikin ketagihan. Siapa tercepat dialah yang terlezat. Pohon lontong balap!

Akibat monster-monster prehistorik yang menghuninya, banyak orang lupa kalau Isla Wunder adalah wisata yang hasil kuliner alamnya melimpah dan memiliki pantai yang indah.

Begitu area pantai sepi dari para peserta turnamen, baru nampaklah pesona alami pantai ini. Langit cerah tidak berawan. Matahari hangat menyinari, tapi angin sejuk selalu menemani. Ombaknya tinggi dan memicu adrenalin. Pasirnya halus, telapak seakan digelitik di tiap pijakan. Belum lagi ikan laut segar yang sehat dikonsumsi.

Di ujung pulau sana terdengar musik fanfare diikuti sinar spotlight keemasan bertuliskan super rare. Nampaknya sudah ada peserta yang membuka kotak gacha di garis finish. Tak lama kemudian disusul peserta berikutnya. Lalu berikutnya. Dan berikutnya lagi hingga akhirnya setengah isi kotak itu dibawa pulang oleh para peserta. Sementara dua ninja ini masih di garis start menyantap flora lokal, sambil menduduki pohon lontong balap yang mereka tumbangkan dan ikat kakinya.

"Uwaaah! Ini enak kak Oni! Kombo saus Bambu Tahu Tek dan buah lontong balap memang mantap!" Seru Riven si bocah ninja, tapi setelah itu ia kembali sibuk menyumbal mulutnya sendiri dengan suapan lontong bumbu kacang.

"..."

Oni Onion, ninja berkulit biru yang duduk di sebelah Riven juga mencoba sesendok kombo lontong dan getah saus kacang yang disukai kawannya itu. Kontras dari Riven, tidak ada setitik antusiasme muncul dalam ekspresi wajah Oni.  

"Riven mau punyaku? Rasanya lumayan tapi tidak sesuai ekspektasiku."

"MFFF! MAU!!"  Secepat kilat Riven menghabiskan sisa kombo lontong balap saus kacangnya, lalu lanjut melahap porsi yang ditawarkan Oni.

Oni memang hanya makan sedikit, tapi melihat Riven makan sampai kenyang menaruh senyum lebar di bibirnya.

"Hehehe. Siapa kira tempat terbaik mencari partner adalah saluran ventilasi hotel Hadytaha. Mengajak kamu maraton nonton Naruto setelah pertemuan awkward kita memang keputusan yang bagus."

"Offscreen bonding! Heck yeah!" Riven menyahut, lalu balik makan dengan lahap.

"Tapi serius Riven. Nekat banget kamu nguping rapat panitia. Siapa kira gacha box di garis finish hanya mengeluarkan barang legendaris di saat-saat terakhir."

Riven menelan lontong-lontong di mulutnya, lalu ia mulai menjelaskan, "Mereka punya tamu istimewa yang harus disuguhi hiburan. Konglomerat seperti mereka hiburannya bukan cerita klasikal orang kecil yang naik jadi orang besar, melainkan ironisme rakyat jelata yang bekerja keras tapi tidak mendapat hasil sepadan."

"Hm... Logikamu masuk akal," Oni mengiyakan.

"Kak Oni sendiri malam itu dari mana? Waktu pertama ketemu aku kaget ada yang tiba-tiba menarikku dari belakang."

Oni garuk-garuk hidung mancungnya. Ia tidak langsung menjawab, ada sesuatu yang disembunyikannya. Oni menimbang-nimbang apakah Riven bisa dipercayai informasinya. Akhirnya dalam pikirannya Oni menarik kesimpulan, "Tidak apalah. Kemungkinan kami keluar dari pulau ini tipis kalau Riven tidak tahu bahaya pulau ini."

"Sebelum bertemu denganmu, Riven," Oni mulai bercerita, "Saat itu aku sedang perjalanan pulang dari posko pengawasan Isla Wunder setelah mempelajari flora, fauna serta medan pulau ini."

"Posko pengawasan Isla Wunder? Aku belum pernah dengar tempat seperti itu."

"Letaknya 10 kilometer dari hotel Hadyatha. Meski namanya posko, wujudnya lebih mirip bunker dan dijaga super ketat. Rupanya sebelum dijadikan tempat penelitian hewan prehistorik pulau ini direncanakan menjadi tempat wisata."

"Oh! Soalnya ada tanaman aneh seperti Bambu Tahu Tek dan Pohon Lontong Balap! Tapi kenapa mereka malah membangun tempat penelitian ini?"

"Riven. Pernah dengar 7 Raja Apex Gwennvere?"

"Raja Apex?"

"Kerajaan Gwennevere mengklaim sebagian besar wilayahnya secara de jure daripada de facto, secara hukum disepakati wilayah tersebut adalah milik Gwennevere, tapi pada praktiknya wilayah Gwennevere dibagi menjadi tujuh bagian yang masing masing dikuasai monster-monster yang digelari Raja Apex. Pulau ini bersama wilayah laut satu juta kilometer di sekitarnya adalah milik Raksasa di antara para megalodon, Raja Apex Sorrow," Oni mengakhiri ceritanya dengan menunjuk sesuatu di lautan, "Kemungkinan besar dia yang menyebabkan kebrutalan di sana itu,"

Riven menengok ke laut mengikuti jari Oni menunjuk mayat-mayat mosasaurus yang terdampar. Sudah tidak bergerak, tapi tak ada petrodon yang mengutik bangkai ini sampai-sampai terintip bisul putih menumbuhinya.

"Mosasaurus ini terdampar, tapi ia tidak tersangkut di batu. Lantas apakah yang mencegahnya kembali ke laut? Mungkin monster yang membuatnya begitu ketakutan untuk kembali ke laut sana? Pada akhirnya dia memilih mati terdampar daripada dimakan apapun yang memburunya. Kalau benar Sorrow adalah pelakunya, fakta bahwa dia menjebak mosasaurus ini di darat hanya untuk melihatnya mati ketakutan sangatlah mengerikan!"

Jemari Riven membeku, batang bambu tahu teknya jatuh dari pegangan. Aroma busuk yang pekat membuat Riven memuntahkan setengah makanan yang sudah ditelannya.  

"Kau baik-baik saja Riven?"

"D-dari mana datangnya bangkai busuk itu?! Bukannya beberapa saat lalu tidak ada aroma ini?!"

"Lihat baik-baik Riven!" Oni menunjuk motorboat yang diparkir panitia di bagian barat pantai. Motor boat-motor boat itu terparkir di pasir, bukannya di air laut seperti sedia kala, "Mayat itu ada sejak tadi, tidak mungkin berhari-hari lalu. Tapi air laut menutupi bau dan sosoknya, saat permukaan air surut barulah bangkai ini nampak."

Selama beberapa saat Riven dan Oni terpaku melihat bangkai itu. Tiba-tiba tanah berguncang, air laut surut lebih jauh lagi di depan mata mereka. Bahkan bangkai mosasaurus itu kini tidak disentuh air laut sama sekali.

"K-kak Oni lihat! Airnya mendadak surut lagi!"

"Cepat lari ke motorboat itu, Riven! Ini jelas-jelas ulah sang Raja Apex!"

"Iya kak O-!" Riven terkejut, ia yakin Oni berada di sebelahnya, tapi saat ia berkedip ninja berkulit biru itu sudah jauh di depannya. Riven berkedip lagi dan Oni sudah naik ke salah satu motor boat.

Riven mengusap matanya untuk memastikan pandangannya tidak dikelabui. Saat Riven kembali membuka matanya mendadak matahari meredup. Bayangan biru transparan menyelimuti pantai. Tsunami datang dan tidak ada yang bisa menghentikannya.

Waktu seakan melambat, dinding ombak setinggi gedung pecakar langit menjulang di depan Riven. Di saat-saat berbahaya seperti ini kaki Riven malah tidak mau lari, bukan karena takut, tapi karena terpesona.  

Laut Isla Wunder begitu kaya keanekaragaman satwa laut. Saat ombak tsunami terangkat dari dasar laut, ribuan makhluk laut berwarna-warni akan ikut terseret, terperangkap di dalam ombak besar itu, kecil besar mereka tidak bisa melawan arus takdir. Korban tsunami ini seakan melihat lemari kaca yang mengoleksi semua makhluk laut dari penjuru dunia. Pemandangan indah yang menenangkan jiwa manusia dihadapan sang pencabut nyawa. Tidal Showcase!  

"I-indah sekali…," gumam Riven seakan terhipnotis, warna-warni ombak itu terpantul di mata Riven. Kenyataan baru kembali ke kepala Riven saat air asin membanjiri mulutnya.

Adrenalin Riven menendang, cepat-cepat tangannya mendayung berenang ke permukaan. Arus internal ombak itu membantu Riven mencapai puncak Tidal Showcase dalam hitungan detik. Riven bisa bernafas lagi. Tiba-tiba Tidal Showcase berputar arah kembali ke laut kembali ke tuannya yang sudah menunggu.

Badan monster itu masih di dalam air, tapi sirip punggung khasnya menyerukan identitasnya. Raksasa yang kemunculannya menyebabkan kekacauan dan kesedihan, Raksasa di antara para megalodon, Raja Apex Sorrow!

Mulut Sorrow menganga, seakan portal menuju dimensi gigi taring dibuka, jutaan gigi taring menyapa. Lidah, langit-langit mulut, tenggorokan Sorrow penuh dengan taring-taring raksasa, bahkan gigi taring raksasa itu punya taring-taring mereka sendiri. Lalu tiap gigi taring itu memiliki gigi taring yang punya gigi taring sendiri dan seterusnya hingga tak terlihat dimana perulangan itu berhenti.

"T-tolong aku, kak Oni!" Riven menjerit panik setelah melihat langsung melihat mimpi basah H. P. Lovecraft.

"Permisi. Raja Apex Sorrow, ya? Saya sudah di depan mulut anda nih," bagai tukang ojek online teladan, begitu dipanggil Oni muncul di TKP dengan motor boatnya di akar ombak tsunami itu. Bahkan sang Raja Apex sendiri kaget dengan kemunculannya.
"Ini pesanan permen bom anda, bayarnya pakai Jo-Pay ya? Jangan lupa dirating bintang lima," Oni melempar paket bom yang berkedip-kedip ke mulut Sorrow, lalu berputar 180 derajat dengan gas maksimal. Apapun yang dilempar Oni, benda itu meledak dahsyat dan mengejutkan Sorrow.

Sorrow langsung menyelam kembali ke kedalaman laut untuk menganalisa situasi. Sementara motor boat Oni memanjat dinding ombak dengan cepat dan berhenti tepat di sebelah Riven.

"Kept you waiting, huh?" canda Oni mengutip catchphrase seorang boss besar. Oni mengulurkan tangannya, membantu Riven naik ke motor boatnya.

"D-darimana kak Oni dapat bom?" Tanya Riven, masih menggigil basah.

"Saat pertama kali kita diteleportasikan, aku melihat seorang militan tua yang mencurigakan. Dia memasang peledak di semua kendaraan yang disediakan panitia. Entah timingnya kebetulan atau konsleting saat kontak dengan air, bom itu baru meledak saat kulempar ke mulut Sorrow."

"H-hebat! Kak Oni mengalahkan hiu penguasa yang ditakuti satu kerajaan!"

"Tidak, Riven. Itu tadi tidak lebih dari sekedar cubitan kecil baginya. Kalau arsip yang kubaca benar Sorrow memiliki regenerasi hebat. Luka parah seperti sirip yang tercabik atau mata yang tercongkel bisa dipulihkannya dibawah lima menit."

"Hiii! Tidak heran dia sangat ditakuti!"

"Setelah ini kita tunggu di sini saja hingga ombak ini surut. Arus yang dihasilkannya berlawanan dengan ombak tsunami ke arah pantai tadi. Ombak ini akan membawa kita setengah perjalanan ke garis finish."

Terasa guncangan dari bawah sana, menguatkan kecurigaan mereka berdua. Riven mengangguk. Mereka diam penuh suspense mengamati perairan di bawah mereka, mengantisipasi kemunculan Megalodon berikutnya. Sampai ombak itu hilang, masih saja tak ada pergerakan dalam air.

"Tidak ada pergerakan sama sekali kak Oni! Mungkin Sorrow memang terluka dan kabur dari kita!"

"Itu kemungkinan yang begitu tipis. Aku meragukannya," Oni masih memacu motor boatnya, tapi tidak terlalu cepat agar dia bisa mengubah arah dengan mudah.

Untuk kedua kalinya Oni merasakan guncangan misterius itu, tapi kali ini lebih besar. Oni yakin Sorrow merencanakan sesuatu dibawah sana. Matanya mengamati perairan dengan penuh fokus. Tidak ada gerakan atau bayangan. Tidak ada ikan kecil, mereka pasti sembunyi karena kehadiran Sorrow. Tidak ada yang salah dengan lautan ini.

"Hm… Kak Oni? Ada yang salah dengan lautan ini."

"APA?!" jerit Oni terbelalak. Mata Riven menangkap sesuatu yang ia lewatkan, "Ada yang salah dengan airnya?!"

"Iya. Entah mengapa lautnya nampak kosong, tapi bayangan kita jauh lebih jelas dari sebelumnya."

Oni berpikir sejenak. Tapi yang dikatakan Riven benar, bayangan mereka kini begitu jelas seperti melihat ke kaca. Penuh curiga Oni mencelupkan tangannya ke air. Oni segera menarik tangannya saat merasakan sesuatu yang lengket. Saat tangannya keluar dari air, tangan Oni diselimuti sesuatu yang lengket.

"L-lendir berwarna biru laut!?" Keringat dingin mengucur dari dahi Oni saat menyadari perangkap yang baru dimasukinya. Tuas gas langsung dia putar kecepatan penuh, "Gawat! Ini reverse spraying!"

"Reverse spraying?"

"Iya. Sebuah tingkah laku unik beberapa spesies cumi-cumi. Cumi-cumi pada umumnya menggunakan tinta mereka untuk kabur dari pemangsa. Tinta hitam yang berlendir akan menghalangi pandangan dan kalau dihirup bisa menyumbat insang predator," penjelasan Oni berhenti sekilas karena motorboatnya tidak lagi bergerak, "S-sial mesinnya berhenti di saat seperti ini?"

"Itu yang disebut spraying? Kalau reverse spraying?"

"Baru-baru ini ditemukan cumi-cumi dengan mutasi insang yang membuat mereka kebal terhadap sumbatan insang karena tinta mereka sendiri. Menggunakan mutasi ini mereka sengaja menyemprot mangsanya dengan tinta untuk kamuflase sekaligus melumpuhkan mereka. Penggunaan tinta yang pasif menjadi agresif inilah yang disebut reverse spraying!" Oni mencoba mematikan lalu menghidupkan mesinnya lagi, tapi tidak ada gunanya display screennya menyala tapi baling-balingnya tidak mau berputar.

"Sial! Masih tidak mau jalan! Kau pikir ini waktu yang cocok untuk berhenti, mesin bodoh?!" ketenangan Oni mulai pudar, nafasnya menghembuskan ketakutan. Pasrah Oni memukul-mukul kendali motorboat itu. Usahanya percuma.

"A-apa artinya Sorrow punya mutasi seperti itu? Warna tintanya hampir sama dengan laut, jadi kita tidak bisa melihat pergerakannya. T-tapi kalau sama lengketnya dengan cumi-cumi jangan-jangan tujuan asli Sorrow..."

"...Mengelabuhi kita dan menyandat baling-baling motor boat kita dengan tintanya. Kita tidak ada bedanya dengan Mosasaurus yang terdampar di pantai tadi. Nilai nutrisi kita begitu kecil bagi Sorrow kita tidak lebih dari rontokan roti. Dia sengaja menjebak kita di sini untuk mempermainkan kita!"

"T-terus kita harus ngapain?"

"Selain pasrah dan mati? Entah."

Kalimat terakhir Oni itu terasa begitu gersang, seakan kehidupannya hilang bersamaan rasa percaya dirinya.

"Kita tidak boleh menyerah! Naruto saja tidak menyerah di saat seperti ini," Pikir Riven mengingat film yang mereka tonton bersama di hotel Hadyatha. Di saat darurat ini, dengan membayangkan teknik mata dari film itu, kemampuan aktiflah pembaca emosi Riven. Matanya berubah sepenuhnya menjadi hitam, ia kesulitan melihat warna, sebagai gantinya warna emosi menjadi terang baginya.

"Dimana pusat emosi pasrahnya? Aku harus membuat kak Oni semangat lagi!" Kepasrahan Oni tervisualisasi di mata Riven, saluran chakranya yang tadinya penuh bersinar dengan kebahagian dan kepercayaan diri redup menjadi hitam dan gelap. Diam- diam ia keluarkan belati psikisnya, chakra Riven langsung meresap ke logam penyedot chakra itu.

Tangan Riven sambil memegang pisau psikisnya menembus masuk ke dalam punggung Oni.

"Bukan ini," gumam Riven membuka jaringan-jaringan psikis Oni, "Bukan ini juga."

"Ketemu!" pikir Riven saat menemukan sebuah gumpalan kabut hitam yang panas saat disentuh. Anehnya Riven merasakan keraguan daripada keputusasaan di dalamnya.

"Tapi biarlah, memutus ini akan mengembalikan semangat kak Oni!" Pikir Riven, maka dia putuskan awan keraguan itu dari jaringan psikis Oni.

"Kak Oni! Kita tidak boleh menyerah! Sorrow adalah monster yang memakan kesedihan mangsanya. Jika kita terus memberinya makan dia akan terus menjadi kuat! Ayo kita pikirkan jalan untuk keluar dari masalah ini!" Riven menyambungkan jaringan psikenya ke Oni, tersalurlah harapan yang di dalam hati Riven.

Tak lama kemudian Oni bangkit dari kursinya, tidak lagi bersedih ia bangkit dengan rencana di benaknya.

"Iya. Kau benar. Ada cara agar bisa selamat dari sini," awan keraguan hilang dari hati Oni, keegoisannya untuk menyelamatkan diri hilang. Oni ambil belati kedipnya dan meletakkannya di tangan Riven, "Tapi hanya untuk kamu. Aku benar-benar bodoh terpintas untuk menggunakan ini untuk kabur dari sini dan meninggalkanmu disini."

"Kenapa kak Oni memberikannya padaku?" tanya Riven bingung memahami rencana Oni.

"Riven. Dengarkan aku. Ini adalah belati kedip. Kemanapun kau lempar kau akan berteleportasi ke tempat belati ini menancap. Bahkan bisa kau gunakan ke permukaan air."

Tiba-tiba genggaman Oni semakin kuat. Seakan ia tak ingin belati itu lepas dari pegangan Riven dan jatuh ke laut.

"Belati ini pernah membunuh banyak petarung. Tapi kali ini, dia akan menyelamatkanmu. Pergilah, Riven. Menangkan ronde ini, aku akan menyusul setelah mengalahkan Raja Apex Sorrow."

"T-tapi kak Oni tidak bisa mengalahkan Sorrow. A-aku pernah memata-matai lembar pendaftaran kak Oni! Kaki kak Oni terluka, belati itu metode transportasi kakak satu-satunya. Kakak akan mati!"

"Riven. Boleh kutanya? Apa kamu serius menulis semua kemampuan dan kelemahanmu di kertas itu?"

"Eh?" Riven mengusap matanya. Di jaringan psike Oni, semangatnya kembali bercahaya. Riven bisa melihat secerah harapan.

"Seorang ninja tidak boleh memberitahukan kelemahannya dengan mudah, tahu. Memang aku sejenis makhluk aneh yang perlu minum tangis manusia tiap setengah jam? Kau tidak tahu sebagian besar kemampuanku. Percayalah padaku. Dattebayo!"

Riven memberi pelukan terakhir sambil menangis. "A-aku percaya kak Oni!"

Riven melempar belati kedip Oni ke air. Percobaan pertama ia langsung terjebur ke air. Lemparan kedua terjebur. Lemparan ketiga Riven bisa langsung melempar belati itu sebelum terjebur ke air. Lemparan berikutnya ia seakan sudah menguasai teknik belati kedip. Kontrolnya semakin membaik  pada tiap lemparan.

Saat Riven sudah menghilang, "Hahaha. Tentu aku menulis semuanya, dildo besar wanita android itu membuatku menjerit seperti anak kecil tahu."

"Dan sekarang ke masalah utamanya," Oni melihat ke ujung lautan. Raja Apex Sorrow menampakkan dirinya, tapi ia tampak marah.

"Kenapa? Sinema favoritmu tidak berakhir seperti yang kau inginkan? Kabar baru, bruh, tahu apa yang akan berakhir tidak seperti yang kau inginkan?" Oni menarik senjata rahasia dari kantong di pinggangnya, sepasang bawang dapur seukuran genggaman tangan, "...Sisa hidupmu!"

Kecerdasan Sorrow menerjemahkan bahasa benar-benar terukur dengan raungannya. Raksasa air itu langsung menerjang Oni dengan mulut terbuka. Lautan terbelah memberi jalan pada penguasanya.

Terjangan Sorrow terlalu cepat, Oni tidak dapat bereaksi, Sorrow melaju dan memperangkap Oni dalam mulutnya. Tapi dalam pendaratannya di hutan taring Sorrow, pun Oni masih beruntung tidak ada taring Sorrow yang menusuknya.

Meski kini mulut Sorrow tertutup dan nasib Oni tersegel, senyuman Oni tidak hilang dari wajahnya, "Heh. Pada akhirnya aku tidak bisa apa apa ya?"

"A-ada orang disana? Bisa tolong aku?"

Oni menoleh, ia lihat sebuah bola bowling terjebak diantara gigi Sorrow.

"Namaku Tom. Aku bisa menolongmu, tapi tolong sentuhkan aku ke daging monster ini agar aku bisa mencuri ingatannya. Lalu aku bisa menirukan sosok makhluk yang ingatannya aku curi!"

"Holyshit! Kemampuan itu overpower banget! Maksudku kita bisa sampai di garis finish hanya dalam satu paragraf!"

Tak buang waktu Oni menempelkan Tom ke gusi Sorrow. Bola kecil itu membesar dan Oni masuk ke mulutnya. Sorrow terpaksa memuntahkan Oni dan Tom, sekarang mereka pergi ke garis finish dengan cepat hore!

Di garis finish. Selain kotak gacha, sebuah belati tergeletak di dekat kotak harta itu. Ada kertas kecil tergulung di peganganya, "Selamat datang, kak Oni!"

Oni merasa hangat membaca kertas itu. Segera ia membuka kotak gacha. Dari kehitaman kotak gacha itu melesat sebuah panah emas, menusuk  Oni di tenggorokannya, "R-riven..."

"Panah Setando. Panah mistis yang akan memberi kekuatan misterius pada orang yang ditusuknya. Akan tetapi hanya jika orang itu bisa selamat setelah ditusuk panah ini," jelas kotak.

Samar Oni bisa mendengar suara medis menghampirinya.

"DARURAT! PESERTA TAK SADARKAN DIRI! JALANKAN METODE PEMULIHAN! KEMUNGKINAN SELAMAT 100%"




Komentar

  1. Asoy endingnya langsung dapat pengembangan kemampuan nih si Oni.

    Overall, saya suka dengqn style bertuturnya. Penggambaran setting yang menarik dan orisinal. Kocak aja itu pohon lontong balap dan kawan-kawan.

    Tapi yg sedikit menganggu malah terlalu banyaknya penjelasan Oni akan sesuatu. Berasa shonen manga sih yg apa-apa rasanya butuh penjelasan detail biar nutup celah plothole. Tapi di sini terasa agak bertele-tele.

    Skor dari saya 8/10, karena penggambarsn setting yg menarik dan berani banget ngacak2 canon panitia. :))

    _Troya_

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya