[Ronde 2] Michael Sumi - An Unexpected Battle in Bebal

By: Dwi Hendra
Michael Sumi membuka matanya. Sinar matahari di Isle Wunder menerobos di sela-sela jendela hotel. Ia hanya ingat ketika jatuh pingsan setelah membuka kotak dan mendapatkan tabung N2O unlimited hanya terisi dua pertiga.
"Selamat pagi, Tuan Michael Sumi. Sepertinya anda sudah siuman."
"Dimana aku? Dan siuman? Apa aku jatuh pingsan?"
"Saat ini anda sedang berada di kamar hotel. Anda sudah siuman. Dan benar anda jatuh pingsan beberapa saat setelah menuntaskan balapan yang pertama."
Kepala Michael Sumi terasa berat sekali.
"Berapa lama aku pingsan?"                                                                 
"Menurut catatan yang saya terima, anda pingsan selama 7 hari."
"Apa? 7 hari?" Michael Sumi tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Benar, Tuan Sumi. Anda pingsan selama 7 hari."
"Dan sekarang kau harus cepat bergegas. Karena balapan selanjutnya tinggal 3 hari lagi."
"3 hari? Kau bercanda kan?"
"Sayang sekali aku bukan tipikal yang suka bercanda. Balapan kedua dilaksanakan 10 hari setelah berakhirnya balapan pertama."
"Lalu bagaimana dengan kendaraanku?"
"Panitia memiliki dana tak terbatas untuk balapan ini. Kau tinggal meminta kendaraan apa yang kau inginkan."
"Sebenarnya aku ingin mengganti kendaraan lain. Tapi karena balapan ini tidak masuk akal, aku ingin kendaraan yang sama dengan yang terakhir  dirusak oleh dinosaurus terbang itu."
"Apa hanya itu yang kau inginkan?"
"Iya. Hanya itu."
"Baiklah. Akan segera kupersiapkan."
"Kau bilang balapan kedua akan dilaksanakan. Kalau boleh tahu, dimana lokasinya?"
"Kau akan tahu sendiri nanti. Sekarang persiapkan saja mobil dan hadiah yang akan kau terima."
"Hei tunggu!"
"Apa ada yang lain, Michael Sumi?"
"Apa tujuanmu mengundangku mengikuti perlombaan tidak masuk akal ini?"
"Tujuan? Tidak ada tujuan khusus. Aku hanya mencari pembalap terbaik di seluruh semesta untuk menjadi terbaik dari yang terbaik." Ibnu Rasyid berjalan meninggalkan Sumi. "Serta untuk mengabulkan impian dari sang pemenang."
Michael Sumi hanya terdiam. "Tunggu dulu!" katanya.
Ibnu Rasyid menghentikan langkahnya.
"Mengabulkan impian? Apa maksudmu?"
"Bukankah kau juga punya impian yang ingin diwujudkan?" Ibnu Rasyid balik bertanya. "Aku sedikit banyak sudah mengetahui masa lalumu. Bukankah kau ingin ilmu untuk mengembangkan sendiri mobil balap yang akan menjadi mobil tercepat di semestamu?"
"Itu benar. Tapi.... " Sumi tidak bisa melanjutkan perkataannya. "Tapi darimana kau tahu?"
"Itu hal yang tidak akan kau mengerti." Ibnu Rasyid menjawab dengan enteng. "Jika kau masih ragu padaku, tidak masalah. Yang kuminta hanya kau berjuang untuk memenangkan lomba ini."
"Tuan Rasyid, apa tidak apa-apa membiarkan Michael Sumi hidup?"
"Tidak apa-apa. Dia masih belum mengerti apapun." "Kita laksanakan rencananya 3 hari lagi."
"Baiklah, Tuan Rasyid."
Tiga hari kemudian, hari balapan kedua akan dimulai. Seluruh layar di hotel  menampilkan video lanskap suatu kota. Dengan menara berbentuk limas segita menjadi titik fokusnya. Disusul dengan lampu-lampu jalan yang berubah tiap musim.
"Uhum. Mic test. Mic test." Soraya dibalik suara "Baiklah, apa kalian siap untuk ronde kedua?"
Semua peserta terpana melihat semua layar yang menunjukkan video suatu kota.
"Baiklah. Kita akan mulai ronde kedua dari perlombaan ini! Ronde kedua ini akan diselenggarakan di kota Almnesse, kota yang tidak pernah tidur! Dengan tata kota yang begitu terencana dan lampu-lampu jalan yang bisa berubah tergantung situasi. Dan tugas kalian adalah mengganti warna seluruh lampu jalan yang ada di kota." Soraya sangat antusias memberikan informasi ronde kedua.
"Semua lampu jalan yang ada di Kota Almnesse dijalankan dengan tiga panel yang terletak di menara Bebal yang terletak di lantai 88, lantai tertinggi di menara." Ibnu Rasyid menambahkan. "Dan semua infrastruktur di kota Almnesse berada di bawah NGSR Industries. Jadi kalian fokus saja dengan tugas yang diberikan."
"Terima kasih atas informasinya, Tuan Rasyid." Soraya mengarahkan senyum ke Ibnu Rasyid. "Syarat memenangkan ronde kedua ini adalah. Kalian akan diturunkan di sisi terbarat dan tertimur kota dengan bantuan helikopter. Setelah itu, kalian harus bergegas pergi ke menara Bebal yang terletak di pusat kota. Naik hingga lantai 88 dan menyalakan tiga panel yang akan mengganti seluruh warna lampu kota. Kalian menyalakan warna pink sementara lawan kalian warna emas."
"Sial! Aku tidak suka ini!" umpat Sumi
***
Ia merasa gugup saat mobil yang ia kendarai diangkut oleh helikopter bersama dengan ia di dalamnya. Helikopter mulai menuju bagian timur Menara Bebal dimana lalu lintas di wilayah itu sedang padat. Helikopter pun menurunkan mobil Nissan Skyline GTR. Sialnya, mobil milik Sumi menimpa mobil yang melaju cepat di bawahnya  dan seketika ia menginjak pedal gas untuk menghindari tabrakan dengan mobil lain.
"Sial! Sial!"
Disaat Michael Sumi berusaha keluar dari ramainya jalanan kota Almnesse. Mobil polisi yang berpatroli di jalan itu melihat mobil Sumi dan mengejarnya. Sumi mengganti gigi mobilnya dengan cepat dan menggunakan tabung N2O untuk lolos dari kejaran polisi. Saat sampai di dekat menara Bebal, Sumi menyembunyikan mobilnya di tempat parkir. Polisi kehilangan jejak Sumi dan mencari ke tempat lain. Merasa dirinya aman, Sumi mengendarai mobilnya ke menara Bebal. "Akhirnya bisa selamat juga. Padahal sesekali ingin kubuat beberapa mobil polisi itu rusak parah."
Sumi keluar dari mobilnya dan berlari memasuki gedung. Gedung berbentuk limas segitiga mengingatkannya pada piramida yang ada di suatu daerah di semestanya. Ia agak heran dengan peraturan kota ini. Semua bangunan tingginya tidak boleh melebihi merana Bebal ini. Mungkin pemimpin kota ini berpendapat agar menara ini menjadi ikonik sehingga tidak boleh tertutup dengan bangunan lain. Dan juga apa yang ada di pikiran pendiri dan pemimpin kota ini memberi nama bangunan ini dengan sebutan menara Bebal. Segera ia tepis pikiran yang menurutnya tidak relevan dengan logikanya. Tak lupa ia membawa kunci inggris besar yang terselip di belakang badannya karena ia tahu, ia tidak akan sendirian menuntaskan perlombaan yang menurutnya tidak waras ini. Ia berlari menuju lift terdekat dan menunggu terbuka. Ia langsung memasuki lift begitu pintu lift terbuka dan langsung menekan tombol lantai delapan, lantai teratas yang bisa dijangkau oleh lift itu.
Sumi tidak merasakan ada siapapun selain dirinya, ia tetap waspada keluar dari lift dan berjalan menuju lift staff yang jaraknya agak jauh dari tempatnya berdiri.
"Aku tidak benar-benar tidak suka ini." umpat Sumi.
Setelah sampai di depan lift staff, Sumi menekan tombol lift ke atas. Begitu pintu lift staff terbuka, tiba-tiba sesosok wanita misterius tanpa basa-basi berlari menghampiri Sumi.
"Siapa kau?" tanya Michael Sumi terkaget.
Wanita itu tidak menjawab dan langsung menyerang Sumi dengan senjata semacam belati. Sumi secara reflek terus menangkis serangan belati milik wanita misterius itu dengan kunci inggris besar yang ia bawa. Saat Sumi menyerang balik dan mengenai tubuh wanita itu, seketika tubuh wanita itu lenyap tanpa jejak.
"Lumayan hebat juga."
Sesosok wanita misterius itu menampakkan diri. Wanita bergaun hitam panjang dengan topeng putih yang menutupi sebagian besar mukanya.
"Siapa kamu?" tanya Sumi bersikap siaga.
"Maafkan aku yang belum memperkenalkan diri. Namaku Morgen Charterflug." Charta menjawab dengan santai.
"Jadi kamu lawanku kali ini?" tanya Sumi memastikan.
Charta tidak menjawab.
"Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti wanita." tambahnya.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak mengalah saja?" tanya Charta dengan tersenyum. "Jadi kita tidak harus berhadapan seperti ini."
"Tapi kalau seperti itu, bukannya perlombaan itu tidak seru?" tanya Sumi sambil memainkan kunci inggris besarnya.
Charta berlari maju ke depan dan secepat kilat mengambil kunci inggris besar milik Sumi. "Berat juga ternyata." katanya.
Sumi kaget dengan apa yang terjadi. Yang ada dihadapannya ini bukan manusia biasa. Namun ia tidak ingin memperlihatkan wajahnya di depan lawannya.
"Tangkap ini!" Charta melempar kunci inggris milik Sumi dan secara reflek Sumi menangkap kunci inggris itu. Sesaat kemudian terdengar pintu lift dibuka dan kemudian pintu lift kembali tertutup.
"Sial! Wanita memang sangat menyusahkan." Sumi menggeleng-gelengkan kepalanya.
Lift itu terus naik dan naik. Sumi hanya bisa menunggu lift staff berikutnya terbuka.
***
Saat Sumi berhasil sampai ke lantai 88, Charta si wanita misterius sudah mengubah 2 panel lampu jalan dan membuat beberapa lampu jalan menjadi warna emas. Sumi berlari untuk menghentikan wanita itu. Namun Charta mengeluarkan phantom dan menyerang Sumi dengan belatinya. Sumi pun menangkis dan membuat celah untuk menyerang phantom milik Charta.
"Jangan harap aku akan terkena trik murahanmu untuk kedua kalinya."
Sumi berhasil memukul phantom milik Charta dengan telak. Phantom itu menghilang dan kerusakan yang terjadi terkena di tubuh Charta. Charta pun terhempas sedikit ke belakang.
"Aku kira kau tidak ingin menyakiti wanita."
Sumi memutar kunci inggris di tangannya. "Sepertinya kali ini aku harus memberi pengecualian." katanya.
Charta mengangkat kedua tangannya ke depan dan muncul phantom yang sama seperti dirinya. Alih-alih Sumi melakukan kuda-kuda untuk menyerang, ia berlari ke panel yang belum dinyalakan dan menyalakan beberapa lampu menjadi warna pink.
"Sebenarnya aku tidak suka warna ini. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah ketentuan dari lomba ini." Sumi terkekeh karena sudah merasa mengelabui Charta.
Air muka Charta terlihat tidak senang dengan apa yang dilakukan Sumi. Keduanya saling bertukar serangan dan mengatur panel-panel lampu dengan warna masing-masing. Lampu jalanan kota Almnesse kini berubah warna secara acak. Warga kota pun dibuat bingung karenanya. Alih-alih polisi ingin pergi ke menara Bebal untuk menginvestasi apa yang terjadi, langkah mereka dicegah oleh sang pemilik NGSR, Ibnu Rasyid. Ia mengatakan bahwa sedang ada kesalahan teknis di dalam menara Bebal dan segera mengerahkan teknisinya untuk memperbaiki kesalahan teknis tersebut. Ibnu Rasyid mengerahkan teknisinya dan membuat seolah menara Bebal akan diperbaiki, namun ia memiliki tujuan untuk mencari lokasi gedung yang tercipta dari kombinasi tiga warna lampu jalan kota. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya gedung yang dimaksud ditemukan. Ibnu Rasyid dan anak buahnya menuju ke tempat itu.
"Tak kusangka lokasi harta Esmetas Negara Nomi berada di gedung kecil ini." gumam Rasyid.
Ia masuk ke dalam gedung itu dan mencari ke setiap jengkalnya. Akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari. Sementara itu, antara Sumi dan Charta terlihat terengah-engah. Kedua panel sudah mengaktifkan warna mereka. Tinggal satu panel yang kembali membuat beberapa lampu di kota menjadi putih.
"Untuk ukuran seorang wanita, kau sungguh hebat." puji Sumi.
"Kau juga lumayan, Michael Sumi." balas Charta.
"Jadi kau sudah tahu namaku?" Sumi berusaha tenang.
"Tentu saja. Dan sepertinya kali ini aku yang akan menang, Michael Sumi."
Charta mengeluarkan phantomnya, namun kali ini phantom miliknya masuk ke dalam bayangan Sumi. Membuat Sumi tidak bisa bergerak. Charta memberi perintah phantomnya untuk mengarahkan Sumi ke jendela kaca. Sekuat tenaga Sumi berusaha lepas dari phantom Charta namun sia-sia. Salah satu kesempatan yang ada adalah ia hanya bisa menggerakan tangan kirinya walau hanya sedikit. Sumi berusaha mengincar lampu yang menyinari ruangan terletak di atas Charta. Sekuat tenaga Sumi melempar kunci inggrisnya ke lampu itu. Lampu itu pecah dan membuat cahaya di dalam ruangan menghilang. Sumi terlepas dari jurus Charta dan berlari ke kedua panel dan akhirnya semua warna lampu di kota Almnesse berubah menjadi pink.
"Sepertinya Michael Sumi yang menang." kata Rasyid sembari memegang sebuah harta dan memandang kota Almnesse di kejauhan..


Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya