[Ronde 3] Charlotte Izetta - Virus yang tertanam dan virus yang aktif

By: Kagetsuki Arai
[Perhatian - Pembaca sangat direkomendasikan membaca Ronde Satu dan Ronde Dua terlebih dahulu.]

Jazdia berhasil sembuh dari cobaannya di ronde dua. Kini ia berdiri di sebuah pesawat angkasa sambil memandang gurun yang membentang di jendela.
Gadis itu menjadi lawannya lagi. 
Jazdia menghela nafas dan berusaha menenangkan dirinya. Chalice memberi tahu Jazdia bagaimana ia selamat setelah kehilangan kepalanya dan kemudian ia menonton video pertarungan mereka. Gadis itu bisa membuat monster saat ia melukai seseorang, begitu kesimpulan sang agen rahasia.
"Nona, kau tak apa?" sebuah suara menyadarkannya.
"Ada monster di kubu lawan dan aku memikirkan bagaimana cara mengalahkannya?" jawab Jazdia.
Jazdia akhirnya menatap orang yang menatapnya, seorang gadis dengan empat pedang tersenyum padanya.
"Oh, mungkin kau mau berbagi? siapa tahu dia bisa menjadi lawan yang menyenangkan," jawab gadis itu, "Namaku Azusa."
Namun belum sempat Jazdia menunjukkan persetujuannya, Rasyid muncul dengan seragam admiral, menarik perhatian peserta.
"Ronde akan dimulai! semua yang di sini akan dibagi menjadi dua tim : Satu Tim menyerang dan Satu Tim bertahan. " Rasyid memberi instruksi, "Aku harap kita bisa memenangkan ronde ini."
Setelah pembagian tim yang ketat, hanggar kemudian terbuka dan tim penyerang kemudian menaiki kendaraannya masing-masing. Jazdia menatap rekan barunya, Azusa, yang kini juga ada di tim menyerang, duduk di mobilnya. Apakah Jazdia sudah memiliki keberanian untuk membalas dendam pada Chalice? Jazdia sendiri tidak yakin, namun dengan rekan baru, keberaniannya sedikit bertambah.
*
"Jangan sampai dilukai oleh Chalice," Jazdia memperingatkan.
"Oh, dia bisa mencoba," jawab Azusa sambil menyeringai.
kedua wanita muda itu mengendarai mobil di atas gurun menuju panggung di depan sana dan mobil Jazdia tidak sendirian. Tak jauh di depan mereka, sekelompok pengendara motor berjaket hijau dipimpin oleh Tora Kyuuin meringsek maju mengeliminasi penghalang mereka. Jazdia masih tak percaya, namun Azusa mengeluarkan ponselnya, memesan tukang ojek itu secara online dan kemudian mendapatkan escort sampai mereka meraih panggung.
Apakah ia akan berpapasan dengan Chalice? Jazdia berharap tidak, namun kalaupun mereka bertemu dan berhadapan nanti, Jazdia memiliki rencana. Tiba-tiba gerombolan tukang ojek di hadapan mereka satu persatu gugur terkena tombak yang melayang.
"Jazdia, hentikan mobil!" perintah Azusa dan Jazdia menurut. 
Seorang laki-laki berdiri di hadapan mereka, mengirim tombak ke arah para tukang ojek tak bersalah itu, dan duduk di pundaknya, seorang gadis cilik yang sangat familiar. Sejenak dummy link milik Jazdia gemetar, namun Jazdia sendiri berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
"Oh, Spearman, aku ingin melawannya lagi," kata Azusa antusias, "namun tampaknya dia bukan dirinya lagi. Apakah Spearman terkena virus yang kau bilang?"
"OH! Pemanah! kau datang ingin menantangku lagi?" suara Chalice terdengar dari megaphone yang ia bawa. 
Sementara itu, para tukang ojek kini sudah tereliminasi termasuk pemimpin mereka, dan kini Spearman mengirimkan dummy link (sebuah boneka kecil setinggi 75cm yang mirip dengan pemiliknya) miliknya menerjang ke arah mobil Jazdia. Namun Jazdia memerintahkan dummy linknya sendiri untuk meluncurkan anak panah mereka.
"Azusa, kau bisa menangani mereka?" tanya Jazdia
Namun sang pengguna pedang tak menjawab dan saat ia menoleh, wajah Azusa kini berubah menjadi separuh monster, monster yang sangat familiar di mata Jazdia, monster yang menghantui mimpi buruknya selama beberapa hari sejak ronde dua selesai. 
"Sialan!" Jazdia memaki 
Jazdia melompat keluar dari mobilnya sementara Azusa menyabetkan pedangnya ke arah Jazdia, beruntung dua dummy link berhasil melompat melindunginya. Pengorbanan mereka tak akan dilupakan. Jazdia berlari mundur, namun sebuah tombak diluncurkan ke arahnya dan tiba-tiba meledak membuat Jazdia terpental cukup jauh.
Apa yang terjadi? sejak kapan Azusa terinfeksi dan menjadi monster? Melihat ke arah Spearman, laki-laki bertopeng itu juga kini terlihat bertubuh separuh monster. Namun tiba-tiba sebuah mobil bewarna ungu metalik berhenti di hadapannya. 
"Cepat naik!" wanita di dalam mobil itu berkata dan tanpa banyak pilihan, Jazdia segera masuk ke dalam mobil itu.
Sebuah tombak kembali dilemparkan, namun sang pemilik kendaraan menekan pedal gas di mobilnya dan dengan cepat kabur dari tempat itu.
"Ah, sayang sekali mobil sebagus itu harus hancur," wanita itu berkomentar, "Namaku Troya dan sebagai sesama penggemar mobil keren, aku datang untuk menolongmu." 
"Te...terima kasih," jawab Jazdia, "Sepertinya dengan ini aku tak akan bisa balas dendam."
"Oh, kau punya dendam pada salah satu dari mereka?" Troya bertanya dengan nada tertarik, "Ah, mereka sepertinya mengejar."
Menoleh ke belakang, Jazdia melihat srigala raksasa kini mengejarnya. Srigala itu dikelelingi sekelompok tukang ojek yang kini juga menjadi monster.
Tiba-tiba mobil bergetar dan dummy link milik Chalice jatuh di depan kaca mobil.
"Troy4, bisa kau tekan tombol merah di belakang itu?" Troya memerintahkan dummy link dan boneka-boneka miniatur Troya yang sedari tadi bertumpuk di kursi belakang mobil bergerak dan menekan tombol yang dimaksud.
Tak disangka, bagian belakang mobil tiba-tiba berubah, tiga tabung kini menghiasi bagian belakang mobil.
"Pegangan!"
Dan tiba-tiba api keluar dari tiga tabung itu dan mobil melesat lebih cepat. dummy link milik chalice jatuh dari mobil dan Troya menyeringai bangga pada hasil kerjanya.
*
Di tempat mobil Troya berhenti, suara lagu Soraya masih sayup-sayup terdengar. Padahal mereka lumayan jauh dari panggung maupun antileri anti udara.
"Kondisi kemenangan kita cuma menyentuh si Idola itu, kan ya?" tanya Troya pada Jazdia.
Jazdia mengangguk.
"Kenapa?" Troya menatap gadis di sebelahnya itu dengan khawatir. 
"Di ronde sebelumnya aku berhadapan dengan monster itu," jawab Jazdia, "Dan ia memiliki kemampuan yang mengerikan, mengambil alih tubuhku. Aku pikir setelah aku sembuh dari luka-lukaku aku akan bisa membalas dendam. Tapi tadi aku gemetar saat melihatnya lagi."
"Ah, jadi karena itu kau kehilangan mobilmu," jawab Troya sambil menyeringai kecil, "Kalau aku bisa mendapatkan bangkainya mungkin aku bisa memodifikasi mobil ini." 
"Aku bukan hanya kehilangan mobilku, Troya!" Jazdia berkata ketus, namun Troya malah mencubit pipi Jazdia dan memberikan senyuman kecil.
"Balas dendam? Lupakan itu!" kata Troya, "Kita hanya perlu menang. Pergi ke panggung itu dan menculik Soraya. Kalau gadis monster itu muncul lagi, kita akan lawan. Namun selain itu, kau harus fokus pada tugas kita, pada kemenangan."
"Ah..."
Jazdia mengangguk paham. Eskpresinya seakan baru menyadari bahwa ia bisa saja menghindari Chalice sepenuhnya, ia tak perlu susah susah melawannya. Kalau peserta lain bisa membunuhnya, lebih bagus. Tapi lebih bagus kalau Jazdia tidak diambil lagi tubuhnya. Ia tak ingin mengalami pengalaman itu lagi dan mengejar Chalice adalah mengambil resiko itu terjadi lagi.
"Baiklah!" Jazdia bertekad, "Ayo kita menangkan pertandingan ini."
"Sip, itu baru namanya tekad," Troya tersenyum kecil, "namun sebelum itu ayo kita ke bangkai mobilmu dan pinjamkan aku dummy link-mu, kita akan membuat upgrade besar-besaran."
*
"Lho? Tora masih hidup to?" Troya yertawa kecil melihat laki-laki berambut hitam yang duduk di motornya bersama satu dummy link  di kepalanya.
Sepuluh menit berlalu dan upgrade besar-besaran Troya sudah selesai. Saat mereka hendak menuju antileri anti udara, kedua wanita muda itu bertemu dengan sang tukang ojek sakti. 
"Dih kejamnya kalian menganggap aku sudah mati," Tora tertawa kecil, "Peraturan lomba, ingat? Kita tak bisa melukai sesama peserta terlalu berat, namun hanya membunuh dummy link kita. Aku kehilangan hampir semua dummy linkku di serangan gadis imut keparat tadi, jadi sekarang Rasyid mengirimku sebagai pengantar pesan." 
"Bukannya dia bisa memakai speaker di pesawat raksasanya untuk itu?" tanya Jazdia.
"Mana ada orang mau memberikan informasi ke kawan dan juga lawan?" Tora bertanya balik.
Jazdia yang masih curiga kemudian bertanya, "Kau terluka tidak tadi?" 
"Hm...? tidak tuh," Tora menjawab, "Ini dia pesannya : Karena pasukan penyerang sudah gugur semua, pasukan bertahan sekarang ikut turun jadi saat ini Rasyid sendirian di pesawatnya."
"Ah, aku bisa paham kenapa ia tak ingin lawan tahu informasi ini," celetuk Troya, "Kami mau menyabotase senjata besar di sana itu, mau ikut?"
"Boleh, tapi motorku sepertinya tidak kuat lagi kalau disuruh berjalan," jawab Tora, "Jadi bisa aku menumpang?" 
"Siiip," Troya memberikan jempol, "masuklah, kita berangkat!" 
Mobil ungu modifikasi itupun kini berjalan menuju menara yang tak jauh dari panggung Soraya.
*
"kenapa sih aku harus di sini, MEMBOSANKAN!"
Sang Psychic Ninja, Riven, ngedumel. Tentu saja tak ada yang mendengarnya. Ia dan dua orang lain dipilih untuk menjaga antileri anti udara ini dan sesekali menembakkannya saat pesawat milik Rasyid lewat. Namun tembakannya gagal melulu dari tadi, jadi saat ini bosan.
Belum lagi kebanyakan peserta sudah K.O terkena jebakan ninja miliknya.
OOOH! Ada yang berhasil selamat dari jebakan ninjanya! Riven dengan antusias mengambil teropong ninjanya dan melihat ke arah mobil yang semakin mendekat. Sebuah paku ninja? dilewati begitu saja, ban mobil itu tak meletus padahal paku ninja sangat kuat. Sebuah jurang ninja? mobil itu melayang sedikit dan melompati jurang ninja dengan cekatan.
Sungguh mobil yang menarik. Apakah Riven bisa mengambilnya? Kalau bisa, mungkin ia akan menamakan mobil itu "Ninjabile!". Tapi mungkin Riven harus mengganti warna catnya dulu. Mungkin dengan Ungu Ninja seperti ikat pinggangnya? Namun sementara Riven memikirkan hal-hal tidak penting itu, mobil itu tiba-tiba melompat dan kemudian mendaki menara tempat Antileri Anti Udara berada. 
"EH! Sialan!" Riven menarik bom ninja dari sakunya dan melemparkannya ke arah mobil ajaib itu, namun saat asap sudah menghilang, mobil itu masih selamat!! Oh, rupanya yang dilempar Riven bukan bom berdaya hancur tinggi melainkan hanya bom asap.
"Kau tak akan bisa mendekat ke sini!" Riven yang mulai panik mengirim seluruh dummy linknya yang kemudian menggunakan jurus bayangan ninja. Dari sepuluh dummy link ninja, kini Riven memiliki seratus dummy link ninja yang menutupi kaca mobil misterius itu.
Namun mobil itu tampak tak terganggu. Tapi Riven tak gentar, ia mengeluarkan sebuah balon air ninja yang didalamnya terdapat oli ninja. Dengan oli ninja ini, mobil itu pasti dengan mudah terpeleset dan jatuh ke tanah. Namun belum sempat Riven melemparkan balon air ninja miliknya, tiba-tiba mobil itu terbakar, membakar semua dummy link milik Riven dan kemudian mendarat di dekat antileri anti udara yang Riven pertahankan.
"Jurus..."
Apapun yang akan dikatakan Riven sudah harus terpotong saat sebuah anak panah mengenai kaki Riven dan sebuah tendangan mendarat di mukanya. Riven hendak bangkit, namun seorang perempuan dengan rambut pirang dengan gauntlet besi meraih kerah bajunya dan kemudian melemparkannya ke langit. 
「やな感じ!」 kata Riven dalam bahasa Jepang, sebuah kata yang sering diucapkan sebuah tim yang hobi dilemparkan ke langit. 
Akhirnya Riven terlempar jauh dan menjadi bintang.
Chalice yang duduk di bahu Spearman memejamkan matanya. Aneh, ia kira back up miliknya sudah hilang? Chalice kemudian membuka matanya dan kemudian melihat bahwa di hadapannya ada antileri anti udara. Memiliki back up membuatnya bisa melihat apa yang back up-nya lihat, namun ia harus berhati-hati agar back up-nya tidak sadar dan ia tidak bisa mengendalikan tubuh itu kecuali ia menjadikan back upnya ganster seperti kondisi Spearman dan Azusa saat ini.
Tiga orang termasuk sang back up merencakan sesuatu. Bagaimana ini? Ia kemudian menatap pilar teleportasi di hadapannya. Mungkin ia bisa memodifikasi ini? Memang sih tujuannya adalah memegang Rasyid, namun sebagai villain ia tak bisa membiarkan tiga orang lolos begitu saja. 
Wipe out! kalahkan semua yang masih hidup! begitulah moto seorang villain.
Chalice kemudian menyentuh polar teleportasi di hadapannya dan dengan kemampuan teknopath mulai memodifikasi pilar teleportasi itu.
*
"SOS ! SOS !" pesawat tiba-tiba mengeluarkan suara dari speakernya, "KALIAN BERTIGA YANG TERSISA! PESAWAT AKAN AKU DARATKAN DARURAT! RUANG KENDALI DIHANCURKAN OLEH MONSTER ANEH! KALAU KALIAN INGIN MENANG, LINDUNGI AKU ATAU CEPAT SENTUH SORAYA!"
"Sialan! tidak ada waktu, eh?" Troya memaki, "TORA! kau tak apa di sana?" 
"Aku baik-baik saja, kok!" jawab Tora, "Namun tempat ini tidak nyaman."
"Tentu saja!" jawab Jazdia, "Ini kan senjata, bukan angkutan umum."
Rencana mereka sederhana. Troya memodifikasi peluru dan senjata antileri anti udara untuk menembakkan mereka bertiga ke panggung. Banyak sekali hal yang harus diubah agar senjata itu tidak menghancurkan tubuh mereka bertiga saat sampai di tujuan.
Begitu Troya menyelesaikan konfigurasi terakhir, ia bergabung dengan teman-temannya. Senjata antileri anti udara diarahkan ke panggung dan ketiganya duduk di atas sebuah peluru raksasa dengan sabuk pengaman, walaupun sebenarnya sabuk pengaman itu lebih cocok disebut tali yang diikat ke peluru raksasa dan berharap tak lepas saat peluru di tembakkan. 
"SIAP!" Troya memberi aba-aba, "TEMBAK!" dan peluru ditembakkan
*
Soraya tersenyum kecil, suara SOS rasyid terdengar seperti surga di telinganya, di tambah lagi teriakan "Encore!" dari penontonnya. Jadi Soraya bernyanyi lagi!
Namun tiba-tiba sebuah peluru mendarat di panggung. Soraya menghindarinya dengan elegan. Ia adalah idol, jadi menghindari peluru raksasa dan masih terlihat elegan adalah hal yang mudah, plus melindungi agar roknya tidak terangkat lebih tinggi. 
Tiga orang jatuh dari peluru itu. OOOH! peserta dari timnya Rasyid. Seorang laki-laki dan dua orang perempuan.
Troya Meredith, Tora Kyuuin dan Jazdia Crystalpark. 
Masih menyanyi, Soraya menantang ketiganya agar mendekat. Namun belum sempat mereka bergerak, pesawat Rasyid jatuh tak jauh dari panggung dan mengakibatkan gempa. Intro musik dimainkan dan Soraya melepas miknya sejenak, "Rasyid belum disentuh dan musik belum berhenti lho," katanya sambil tersenyum.
Penontonnya tentu saja tampak kebingungan, namun ketiga peserta di hadapannya bergerak mendekat sebelum tiba-tiba salah satu dari mereka, Jazdia menahan kedua peserta setimnya dan kemudian membanting keduanya ke belakang. 
"Jazdia?" Troya bertanya kebingungan.
Jazdia menatap tubuhnya, familiar dengan perasaan yang ia alami saat ini. Tubuhnya dipaksa mengecil, bajunya yang tadinya serba hijau cerah menjadi hitam cerah.
"Hentikan!" teriak Jazdia, namun suara tawa Chalice kembali terdengar. 
"Kamu pikir bisa menghentikanku?" bisik suara itu. 
Troya bergerak cepat, gauntlet raksasa yang ia ciptakan dari sisa mobil Jazdia dipukulkan ke wajah Jazdia, namun tangan Jazdia yang sudah mengecil menahan pukulan itu dan tubuh Troya dilemparkan ke arah Tora.
"Ah...!" suara Jazdia yang sudah berubah menjadi suara Chalice berkata, "Ngomong-ngomong dummy linkku masih aktif di pesawat itu." 
*
Rasyid bangkit, pesawatnya hancur lebur dan penyerangnya mengerang kesakitan, tertimpa reruntuhan pesawat dan terbakar api di sekitarnya. Namun mereka masih hidup. Kecuali satu, seorang gadis yang kepalanya tertimpa kipas raksasa. Tubuhnya dikelelingi oleh dummy link ciptaan Rasyid dan Rasyid ingat benar siapa gadis ini, ia memasang perhatian khusus pada peserta yang berbasis teknologi.
"Aku kira aku bisa meminimalisasikan jumlah korban," Rasyid berkata lirih, "Apa aku bisa membangkitkannya lagi? mengingat gadis ini berbasis teknologi..."
Namun Rasyid menghentikan pola pikirnya saat tiba-tiba tiga dummy link milik chalice yang ia kira mati bergerak kembali dan dengan lucunya menyentuh tubuh Rasyid.
Rasyid tersenyum kecil.
"Oh, belum mati ternyata," ia tertawa kecil.
"Kau harus memeriksa kembali orang-orang yang mendapat virus Ganster, tuan," sebuah suara terdengar dari belakang Rasyid dan sosok Spearman bangkit.
"Oh, kenapa begitu?" tanya Rasyid.
"Chalice bilang ia bisa memasang back up pada seseorang," jawab Spearman, "Ia membuat back up baru di akhir ronde kedua dan ia sendiri terkejut ia masih bisa menggunakan back up itu. Virus itu bahkan masih aktif di tubuhku dan Azusa, padahal kami bertemu di ronde satu."
"Oh, akan aku periksa lagi tubuh kalian kalau begitu," jawab Rasyid, "Dan kau selamat dari virus itu karena?"
Spearman tersenyum tipis, "Kalau kata gadis itu, aku sudah menjadi Major Ganster tampaknya."
Spearman kemudian bangkit, berjalan terpincang menuju Rasyid dan menyentuh pundaknya.
"Aku berharap kau bisa menghilangkan virus ini," kata sang pengguna tombak.

Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya