[Ronde 2] Super - Donat Andoumie

By: Yuu
"Aku cuma punya satu pesan, jangan biarkan kamu termakan oleh ketamakan. Jangan tergoda dengan iming-iming 'menang bisa dapat apapun'. Manusia itu makhluk serakah. Bahkan 'tuhan' pun berani ditentang. Berhati-hatilah, Dance!"

***

Super menatap lekat-lekat batu kuning keemasan yang ada di tangannya. Ukuran batu itu sebesar genggamannya. Ia mencoba mengingat-ingat, rasa-rasanya penampakan batu itu tidak asing. Bukan, itu bukan batu Super Soul yang ia cari. Meskipun belum pernah melihat langsung batu Super Soul, tapi ia yakin bukan batu ini yang dimaksud.

Sebuah nama tiba-tiba terlintas di pikiran Super. Ia bergegas bangkit dari tempat tidur empuk milik Hadyatha Grup kemudian keluar kamar menuju sebuah tempat yang mungkin bisa melenyapkan kebingungannya.

...

"Jadi, Tuan Pahlawan ingin aku mencari tahu tentang batu ini?"

Super mengangguk, "Tentu saja! Kamu ini kan sebuah smartphone. Kamu pasti memiliki informasi tentang batu ini. Bukankah begitu?"

iSoul tertawa, terdengar sedikit dipaksakan. "Apa untungnya bagiku? Kau kan bisa tanya ke panitia atau siapa lah. Kenapa harus aku?"

"Oh, ayolah. Anggap saja sebagai balasan dari lomba sebelumnya?"

iSoul tidak bisa berkata-kata. Ia terbayang dengan kejadian sebelumnya. Memang benar, sebenarnya ia beruntung masih ada di tempat ini sekarang. Padahal sebelumnya ia telah berbuat jahat pada Super dan Piwi, rekan setim dalam balapan ronde pertama. Tapi kemunculan seorang manusia nyentrik yang menamakan dirinya Mr. Wunder telah mengubah segalanya. iSoul tidak bisa berkutik karena tarian aneh pria paruh baya itu. Entah sihir apa yang pria itu gunakan pada tariannya. Namun, meskipun iSoul telah berbuat kejam, Super dan Piwi tetap memaafkan iSoul.

"Hump! Bukannya aku merasa bersalah atau semacamnya, ya! Lagi pula aku tidak pernah merasa menjadi rekan setim denganmu juga Piwi. Itu rencanaku sejak awal. Tapi si penari aneh itu mengacaukan semuanya!"

Super tersenyum, "Ya, ya. Jadi, kamu bersedia menolongku, kan?"

iSoul terdiam sejenak, "Dengan satu syarat ....."

***
Seperti yang iSoul katakan, batu yang Super dapatkan adalah Armored Stone. Salah satu batu legendaris yang menjadi bahan baku pembuatan Perisai Tanpa Batas. Super segera membawa batu itu ke panitia dan meminta untuk dibuatkan perisai. Teknologi tempat ini benar-benar luar biasa sekali! Pikir Super. Bagaimana tidak, batu yang hanya sebesar genggamannya itu sudah cukup untuk membuat helm, perisai dada, tangan dan kaki. Komplit. Super benar-benar senang. Dia semakin percaya diri menjadi seorang pahlawan. Perlengkapan barunya ini pasti akan sangat membantu untuk kedepannya.

...

Angin malam bertiup perlahan. Super menatap pemandangan Kota Almnesse dari ketinggian. Kota yang tidak pernah tertidur. Itu kata mereka. Lampu-lampu kota terlihat indah dan menawan. Keramaian terpancar jelas, baik di sisi barat maupun timur.

Super beserta sepeda kesayangannya mendarat mulus di taman barat kota. Super bergegas mengendarai sepedanya menuju pedestrian, di mana pusat kuliner berada. Dari kejauhan Menara Bebal terlihat berdiri megah. Di sanalah tujuan Super.

Super menoleh ke kiri dan ke kanan. Ramai sekali, pikirnya. Bagaimana caranya melewati tempat ini tanpa hambatan, ya?

"Mamaaaaa ...! Hueeee ...!

Super menoleh ke sumber suara. Dihampirinya seorang anak berkepang dua yang kelihatannya terpisah dari ibunya.

"Dek, kamu ingat mama kamu pergi ke arah mana?"

Anak itu memandangi Super sejenak lalu menggeleng. Ia segera menggenggam tangan Super.

"Apa Kakak pahlawan bertopeng yang sering Mama cerita?" ujar anak itu dengan mata berbinar-binar.

Super tersenyum, "Ya! Kakak adalah pahlawan bertopeng dan Kakak datang untuk menolongmu. Ayo kita cari mama-mu sama-sama!"

Super memarkir sepedanya di samping kios takoyaki terdekat. Ia bahkan sempat membeli beberapa takoyaki untuknya dan anak kecil yang sedang bersamanya. Bahkan sembari berkeliling mencari keberadaan ibu anak itu, Super menyempatkan diri menyicipi berbagai kuliner yang ada dan entah karena beruntung atau apa, ia mendapatkan banyak gratisan untuk dibawa pulang.

...Super lupa dengan tujuan utamanya.

"MOMO!"

Anak kecil yang sedang Super gendong menoleh ke sumber suara. "MAMA!"

Seorang ibu mida yang cantik, pikir Super.

Wanita itu berkali-kali mengucapkan terimakasih pada Super sembari membungkuk dalam-dalam.

"Sekali lagi terimakasih banyak, Super-san! Apa ada yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan Super-san?"

"Oh, tidak perlu Tante! Saya senang akhirnya Momo bertemu dengan mamanya kembali. Kebetulan tadi saya gak sengaja lihat Momo menangis waktu saya lagi ... ASTAGA!"

Super mendadak terlihat panik membuat mama Momo terlihat kebingungan.

"Ada apa, Super-san?"

"Saya lupa kalau saya lagi ikut balapan, Tante! Duh, Mbak Aileen pasti udah sampai duluan nih di Menara Bebal. Mana di sini ramai banget lagi."

"Super-san mau ke Menara Bebal?"

"Iya, nih Tante. Tapi saya kesulitan sama kerumunan ini. Susah lewat jadinya."

Ibu itu tersenyum. "Mari ikuti saya."

Super terlihat kebingungan tapi diturutinya ajakan ibu Momo. Mereka tiba di sebuah kios dengan papan nama 'Donat Andoumie'. Ibu Momo meminta Momo segera menggambar sesuatu di sebuah papan. Sementara Momo asyik menggambar, ibu Momo terlihat menyiapkan bahan-bahan jualannya, mencampurkan beberapa bahan dan menjadikannya adonan bulat yang tidak asing bagi Super. Itu adalah donat. Tapi, apa hubungannya donat dengan cara melewati kawasan ini dengan cepat?

Saat ibu Momo selesai menyiapkan adonan donat dan mulai menggorengnya, aroma yang sangat sedap mendadak merebak di udara membuat pengunjung yang kebetulan berada di sekitar kios itu menjadi penasaran ingin mencoba.

"Momo, bagaimana? Apa sudah selesai?"

Momo mengacungkan jempol seraya menjawab mantap, "Sudah beres!"

Ibu Momo tersenyum lebar. "Sekarang saatnya!"

Donat yang baru saja diangkat itu disuguhkan di hadapan Super. "Super-san, cobalah!"

Super meneguk ludah. Donat itu terlihat berkilau keemasan. Pengunjung yang penasaran semakin berdatangan mendekat. Super tanpa buang waktu langsung mencicipi donat itu. Dalam sekali gigitan disertai suara 'kraus' kemudian ...

"A-APA INIIIIIIIIIIII?!"

Super merasa seolah dilempar ke sebuah negeri yang penuh dengan donat emas. Rasa gurih yang maksimal, kelezatan yang seolah berada di tingkat surgawi. Super tidak bisa berkata-kata lagi.

"Baru kali ini aku merasakan sensasi yang luar biasa seperti ini! Ini ... ini makanan dari surga!"

Mendengar komentar Super yang begitu heboh setelah mencicipi donat itu, para pengunjung yang sejak tadi penasaran langsung datang menyerbu.

"Aku pesan yang persis seperti itu!"

"Aku dulu! Aku dulu! Pesan 20 yang persis seperti itu!"

"Saya pesan 50!"

Ibu Momo tersenyum penuh kemenangan, ibu Momo segera menggantung papan pengumuman yang tadi digambar oleh Momo. "Wah, ramainya~ tapi maaf, ya yang tadi itu Cuma sampel menu baru kami, 'Donat Andoumie edisi Super'. Ah, tapi tenang saja, karena ini dalam tahap perkenalan menu baru, kalian bisa makan sepuasnya secara gratis! Tapi tidak di tempat ini. Gratisnya cuma untuk yang makan langsung di Restoran Andou tepat di seberang jalan sana. Bagaimana~?"

Para pengunjung langsung heboh. Tanpa buang waktu mereka langsung mengabari orang-orang terdekat, membagikannya di jejaring sosial, mengumumkannya lewat media apa saja yang mereka tahu. Dalam sekejap Donat Andoumie edisi Super langsung viral. Dan tentu saja berhasil menjadi solusi untuk Super.

Jalanan yang tadinya penuh sesak oleh orang-orang kini benar-benar lengang. Beberapa kios makanan ikut tutup karena penasaran ingin mencoba donat viral itu juga.Tanpa buang waktu Super segera mengendarai Super Bike menuju Menara Bebal.

***

Super cemas jangan-jangan lawannya sudah lebih dulu sampai di puncak Menara Bebal. Tapi lampu kota masih terlihat sama seperti sebelumnya, belum berubah ke warna emas. 

Super bergegas memasuki menara. Ia memutuskan menggunakan lift agar bisa sampai di puncak lebih cepat. Tapi sayangnya lift yang digunakan hanya bisa menlewati 8 lantai mall pertama. Baru saja Super ingin keluar dari lift, sebuah hantaman keras bersarang di perutnya membuatnya terhempas ke dinding.

"Apa? Cuma sekali tinju langsung tumbang? Payah sekali." Ujar Aileen. "Kalau begitu aku duluan ya~"

Aileen berlari meninggalkan Super yang masih belum bergerak. Ia memasuki lift khusus staff dan menghilang sepenuhnya dari pandangan Super.

Sesaat setelah Aileen pergi, Super pun bangkit perlahan. Ditepuk-tepuknya punggung beserta bokongnya dari debu. Ia meringis.

"Tenaga Mbak Aileen hebat juga, untung aku memakai perisai baru ini. Jadi efeknya benar-benar hampir tidak terasa."

Super berlari menuju ke sebuah ruangan yang mengatur kinerja lift staff. Ia mengutak atik sedikit tombol-tombol di sana kemudian segera menyusul Aileen menggunakan lift staff yang lainnya.

Aileen menghitung mundur jumlah lantai yang ada. Ia mengerang kesal begitu panel di atas pintu lift menunjukan angka 86 lalu disusul tulisan maintenance. Aileen membuka paksa pintu lift. Ini pasti ulah lawannya, pikirnya.

Super tidak menyia-nyiakan kesempatan. Selagi Aileen sibuk berurusan dengan lift yang macet (sebenarnya lift yang dinaiki Super juga macet, hanya saja lift tersebut segera normal kembali), Super bergegas menaiki tangga darurat menuju puncak Menara Bebal.

***

"Berhenti di sana, Bocah!"

Aileen menerjang Super tepat sesaat sebelum Super menekan panel kedua. Aileen menghajar Super habis-habisan namun Super hanya berusaha menangkisnya.

Aileen akhirnya tersadar, "Kenapa sejak tadi kau hanya menangkis, Bocah? Kenapa tidak melawan balik?"

Super tersenyum, "Seorang pahlawan sejati tidak akan memukul seorang wanita."

Aileen mendengus, "Naif sekali."

Aileen bangkit lalu bergegas menuju panel pertama dan mengubah warna sebagian lampu kota menjadi emas.

"Membosankan sekali. Aku benar-benar tidak menyukai model laki-laki yang naif sepertimu. Ayolah! Setidaknya berikanlah perlawanan sedikit biar seru."

"Bagaimana kalau kita lakukan 'rock, paper, scissors'? Supaya adil dan cepat selesai, juga tidak membuang-buang tenaga."

Aileen mengernyitkan alis. Cara yang antimainstream, tapi boleh juga.

"Aturannya gampang, tiap kali menang berhak menekan salah satu panel dan mengubah warnanya sesuai yang diinginkan. Simpel, kan?"

Ya, ya, ayo kita selesaikan ini dengan cepat!"

...

...

...

Aileen kesal. Benar-benar kesal. Ia kalah telak dalam permainan seperti ini? Oleh seorang bocah naif pula! Aileen marah, benar-benar marah. Ia mengalihkan pandangan ke pemandangan lampu kota di bawah sana yang sudah berubah menjadi warna pink. Terlalu feminim, pikirnya.

"Mbak Aileen lapar gak? Sebelum pulang kita makan dulu di sebuah tempat yuk. Ada sebuah restoran yang gak sengaja kudapat tadi. Kebetulan lagi ada promo menu barunya jadi bisa makan gratis. Ke sana, yuk?"

Aileen kesal. Amat teramat kesal. Tapi pada akhirnya ia menerima ajakan Super.

***

Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya