[Ronde 3] Abu - Dia yang Menghentikan Konser

R3 – DIA YANG MENGHENTIKAN KONSER


oleh : Heru Setiawan

[22]

Abu si teroris hanya berdiam kaku tanpa ekspresi. Dia berada di ruang kosong, sendirian, duduk dengan dua tangan terborgol di belakang kursi. Semua senjatanya dilucuti, menyisakan celana pendek saja seperti yang dikenakannya sekarang. Bahkan kacamata gelapnya pun tak ada.

Suasana begitu hening.

Sampai satu saat tiba-tiba Abu seperti menghantamkan mukanya sendiri ke meja di depannya. Lalu hal tersebut berulang sampai tiga kali hingga dia mulai berdarah.

Ekspresi Abu berubah. Dia malah tersenyum kecil lalu berkata sendiri di ruang yang kosong itu...

"Kau masih hidup rupanya?"

Tidak ada balasan apa-apa. Justru seperti tadi, muka Abu kembali menghantam meja dengan sendirinya. Satu kali, dua kali. Namun pada kali yang ketiga, kepala Abu tampak terhenti sebelum terjadi benturan.

Sosok lain muncul begitu saja di ruangan itu, tahu-tahu dia sudah berada tepat di belakang Abu. Dia adalah ksatria wanita berzirah besi yang tangan kanannya tengah mencengkeram belakang kepala Abu kuat-kuat.

Ksatria wanita itu berusaha menghantamkan kembali muka si teroris ke meja namun kali ini dia mendapatkan perlawanan. Seperti orang bodoh, mereka berdua mengadu tenaga tidak mau kalah. Adegan dorong-mendorong kepala ini berlangsung hingga satu menit, sampai akhirnya kepala Abu tampak mulai mendesak balik.

Merasa akan kalah, si ksatria wanita langsung menebaskan cakram di tangan lainnya. Daun telinga kiri Abu terpotong. Muka si teroris pun kembali menghantam meja. Ksatria itu mencengkeram kepala Abu semakin kuat, menahan agar wajah si teroris tetap menempel di meja.

Melihat potongan telinganya menggelinding, Abu tertawa keras. Suara tawanya menggema di ruang kecil itu.

[23]

Ruang kerja Raja Mellow tampak lebih ramai dari biasanya. Di samping sang raja telah hadir Miranda Hadyatha si bilioner multi-dimensional dan Ibnu Rasyid si robot. Mereka bertiga adalah figur yang bertanggung jawab atas kelangsungan turnamen Battle of Realms Infinity. Mereka tampak serius melihat monitor pengawas.

"Oke, aku tahu apa yang kalian pikirkan," ujar Miranda. "Pria itu memang rekrutan Hadyatha. Aku tahu dia gila. Tapi aku tidak menyangka bakal SEGILA ITU! Apa yang dilakukan peserta di luar tanggung jawab sponsor, b-betul?"

"Hei, orang itu sudah mengebom ruang kerjaku!" hardik Ibnu Rasyid. "Dia juga menyabotase semua kendaraan yang kusediakan untuk peserta di ronde pertama!"

"Persetan dengan itu!" bentak Raja Mellow. "Kalian tahu apa yang sudah keparat itu lakukan di istanaku? Berapa prajuritku yang mati? Rakyat Ibukota? Juga para senator!?" Sang raja terdiam sesaat sebelum lanjut berbicara dengan suara bergetar, "Dan yang diperbuatnya pada Almnesse...."

Kini ketiganya membisu.

Almnesse, kota yang tidak pernah tidur, telah dipaksa untuk tidur selama-lamanya. Mereka tak menduga kalau Menara Bebal bisa melakukan semua itu.

Saat Negara Nomi terintegrasi sebagai esmestas Gwenevere, penguasa negara itu tidak memberitahu sama sekali tentang adanya senjata pemusnah massal. Celakanya, justru seorang peserta turnamen yang mendapatkan informasi vital itu. Teroris pula. Tanpa ragu dia mengaktifkan sistem persenjataan Menara Bebal.

Sembilan puluh persen penduduk Ibukota Almnesse mati seketika akibat keracunan gas hijau yang dilepaskan Menara Bebal. Sisanya berhasil dievakuasi namun sudah dalam kondisi kritis dengan harapan hidup sangat kecil. Hanya mereka yang berada di puncak Menara Bebal yang selamat dari jangkauan gas beracun tersebut. Sayangnya, semua bangunan lain di Almnesse tak ada yang setinggi Menara Bebal.

Lamunan Raja Mellow terbuyarkan oleh pengeras suara dari monitor.

"Baginda Raja! Hamba siap menghabisi bajingan ini kapanpun Paduka perintahkah!"

Mendengar itu, Raja Mellow malah murka. Dia berseru melalui mikrofon di meja kerjanya.

"Bodoh! Jangan berbuat seenakmu! Lakukan interogasi sesuai perintahku tadi!"

"T-tapi ...Yang Mulia? Bajingan ini sudah—"

"Jangan bunuh dia SEBELUM kau mengorek semua informasi darinya! Apa ada perintahku yang tidak kau mengerti, Tricia!?"

"......siap, hamba paham."

Setelah perbincangan itu, Miranda dan Ibnu Rasyid pun kembali fokus menatap monitor.

[24]

"Rencanaku semula adalah membakar seluruh kota—"

Jawaban Abu itu berakhir dengan tendangan besi ke muka. Darah mengucur dari hidung pria itu namun ekspresinya tak berubah. Dia melanjutkan.

"...kau tahu sisanya."

Tricia menggeram kesal, berusaha menahan diri sebisa mungkin untuk tidak menebas leher si teroris saat itu juga.

"Untuk apa melakukan semua itu, bajingan!? Apa yang kau incar? Uang tebusan? Nyawa orang tertentu? Ketenaran!?"

Abu tertawa kecil sebelum membalas.

"Aku menunggu satu jam di puncak menara," ujarnya, "...tapi tak ada ikan besar yang turun dari langit untuk menyelamatkan kota."

Kening Tricia berkerut. Ksatria wanita ini memang pernah mendengar tentang agama mayoritas Negara Nomi dan Paus Bersayap yang mereka sembah. Jadi teroris di hadapannya ini menghancurkan satu kota hanya untuk mengecek keaslian suatu agama? Kebodohan macam apa itu?

"Lalu seranganmu di Ibukota Gwenevere," lanjut Tricia, "adalah untuk mencuri berkas para peserta turnamen, bukan? Di mana berkas-berkas itu sekarang!?"

"Sudah tidak kubutuhkan lagi."

"Apa!?"

"Berkas dengan akurasi data paling buruk yang pernah kuhapal," sindir Abu. "Surveyor kalian makan gaji buta."

Kekesalan Tricia semakin memuncak.

"LALU SEBENARNYA APA TUJUANMU IKUT TURNAMEN INI!?"

"Tercantum di berkas profilku. Kau tidak baca?"

Kali ini si ksatria wanita benar-benar butuh pelampiasan emosi. Dia menghajar Abu dengan segala macam pukulan selama dua menit tanpa henti. Ditutup dengan tendangan yang membuat Abu terjungkal beserta kursinya.

Tricia lalu menyentuh alat komunikasi di telinganya seraya meminta izin, "Paduka Yang Mulia, apakah hamba sudah boleh menghabisi monster ini sekarang?"

Tangan Tricia sudah siap dengan cakram untuk memenggal leher tawanannya. Namun sebelum datang ucapan persetujuan dari Raja Mellow, Abu sudah kembali mengoceh...

"Aku ingin menonton TV."

[25]

Saat Raja Mellow dan dua rekan bisnisnya sedang fokus mengamati jalannya interogasi di depan monitor, salah satu pengawal Kerajaan Gwenevere masuk ke ruangan dengan muka pucat.

Tentu saja Raja Mellow membentak kesal.

"Sudah kubilang jangan ganggu kami saat ini!"

"M-maafkan hamba...! Tapi se-semua saluran berita menyiarkannya!"

"Menyiarkan apa!?"

Penasaran dengan hal tersebut, Raja Mellow menyalakan monitor lain untuk melihat apa yang terjadi. Dan betapa terkejut dirinya menyaksikan itu.

"Apa-apaan ini!?"

Peristiwa penyerangan Istana Gwenevere, ledakan di hanggar NGSR, sampai hancurnya Almnesse oleh gas beracun, semua ditayangkan di televisi, baik itu oleh saluran berita satu ataupun yang lainnya. Pada keterangan berita selalu tertera hal sejenis: video dari pengirim misterius.

"BODOH! Siapa yang mengizinkan itu untuk tayang!?" maki Raja Mellow.

"Kurasa peristiwa besar seperti matinya seluruh penduduk suatu kota memang sulit untuk ditutupi," Miranda menghela napas, "tapi tak kusangka akan secepat ini terbongkar."

"Aku bisa memutus semua sinyal mereka dalam satu menit," Ibnu Rasyid menawarkan diri sambil bersiap untuk bergerak.

"Kurasa sudah percuma," sahut Miranda.

"Daripada tak ada yang dilakukan sama sekali."

Ibnu Rasyid kemudian menyingkir ke pojok ruangan. Sesaat kemudian, sistem kesadaran artifisialnya berpindah ke lain tempat untuk sementara. Tak sampai semenit, Ibnu Rasyid sudah selesai.

Hasilnya, semua televisi di esmestas Gwenevere hanya menampilkan layar statis seperti kumpulan semut.

Saat Raja Mellow masih menggeram kesal, Tricia sudah kembali menghubungi.

"Yang Mulia? Apakah terjadi sesuatu di sana?? Hamba cemas karena Paduka tak merespon sejak tadi—"

"Tricia..."

"Ya?"

"Habisi saja keparat itu sekarang juga!"

[26]

Pada waktu yang sama, kepanikan melanda penduduk di sejumlah tempat dari berbagai pelosok esmestas Gwenevere. Mereka mempertanyakan kebenaran dari video yang ditayangkan saluran-saluran berita itu. Ketika tiba-tiba siaran terputus, mereka malah tambah panik.

Tak terkecuali bagi para peserta turnamen yang saat ini sedang beristirahat di Hotel Hadyatha. Mereka yang sempat bertemu Abu di babak pertama, seperti Balthor dan Spearman, atau yang pernah bertanding dengan teroris itu di babak kedua, seperti Troya Meredith, langsung mengutuki Abu atas kejadian itu. Peserta-peserta lain menjadi was-was akan keamanan babak berikutnya. Ada juga peserta yang masih bisa tenang sewaktu menyaksikan berita itu namun tidak banyak jumlahnya.

Polisi dan tentara yang kebetulan berada di ruang publik berusaha menenangkan para penduduk yang berlarian panik. Pengawalan di sekitar instansi pemerintah pada tiap-tiap kota di penjuru esmestas pun diperketat.

Mereka yang tak berdaya hanya bisa berharap pasrah.

"Semoga itu hanya video hoaks."

[27]

Setelah mendapatkan konfirmasi dari Raja Mellow, tak ada lagi alasan bagi Tricia untuk menahan diri.

"Matilah kau, Abu!"

Namun yang mati malah cahaya lampu yang ada di ruang interogasi itu, juga seluruh lampu di Istana Gwenevere!

Dalam kegelapan, Abu bergerak cepat. Tepat sebelum lampu padam, dia sudah ingat persis semua posisi di ruang kecil itu, baik itu kursi, meja, tempat Tricia berdiri, serta di mana ksatria wanita itu menaruh cakramnya.

Hanya terdengar beberapa bunyi seperti kayu yang remuk, denting besi yang terpotong, benturan metal, ataupun jeritan panik Tricia.

[28]

Raja Mellow segera menyuruh pengawalnya untuk mengecek ruang instalasi listrik istana. Ibnu Rasyid terpaksa menemani pengawal itu karena mata si robot bisa menyala dalam kegelapan seperti senter. Peralatan robotik di tubuhnya juga bisa digunakan untuk mengelas dan menyambung jaringan listrik bila diperlukan.

"Sudah kubilang kalau kastel dengan obor dan lilin itu lebih bagus," sindir Miranda.

"Diam kau!"

Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya lampu kembali menyala. Monitor pun kembali menampilkan tayangan di dalam ruangan interogasi.

Miranda kembali berkomentar, "Kau tahu? Aku mulai berpikir kalau dia memang berniat untuk tertangkap..."

Raja Mellow menggebrak meja kerjanya. Tak ada lagi ucapan keluar dari mulutnya.

Yang tampak di monitor adalah Tricia yang terkapar tak bergerak dengan cakram menancap dalam di lehernya. Di lantai, terlihat potongan borgol tak berguna beserta kursi yang hancur menjadi beberapa kepingan. Meja pun sudah terguling.

Tentu saja sosok Abu sudah tidak ada di sana.

[29]

Di hutan yang berjarak sekian kilometer dari Istana Gwenevere, Abu melepas seragam prajurit yang dikenakannya sebagai kamuflase saat melarikan diri. Dia duduk sembari membuka laptop yang sudah dia sembunyikan sebelumnya di balik batu pada lokasi tersebut.

Tak lama kemudian, seekor serangga datang mendekat ... tepatnya, sebuat alat spionase canggih berbentuk serangga. Biasa digunakan oleh intelejen militer ataupun polisi rahasia. Ukurannya begitu kecil. Bahkan Raja Mellow pun tak sadar kalau komputer utama di ruang kerjanya diakses oleh serangga itu. Ketika Ibnu Rasyid dijauhkan dari ruang itu, tak ada lagi halangan berarti.

Abu pun mencabut memori serangga itu lalu mengekstrak datanya ke laptop.

Sayangnya, tak banyak data yang berguna untuknya. Sebagian besar data rahasia yang ada di memori hanyalah informasi terkait 8 harta esmestas, berapa yang sudah dimiliki, siapa saja pemiliknya, tentang lokasi harta yang belum diraih, juga tentang kegunaan harta tersebut yang masih simpang-siur.

Namun setidaknya, ada dua informasi menarik yang bisa didapatkan Abu. Pertama, nama Felix Garfield muncul lagi. Lalu yang kedua, pada babak keempat, dia bisa bertemu iblis!

Siapa yang lebih cocok untuk diajak bicara tentang membunuh tuhan daripada sang iblis itu sendiri? Tentu saja masih ada kemungkinan kalau iblis di babak keempat itu pun iblis palsu. Tapi Abu tetap akan mencoba semuanya.

Kendati demikian, masih ada babak ketiga yang harus dia jalani. Mau tak mau Abu harus mematuhi aturan main Battle of Realms Infinity. Itu pun kalau namanya belum dicoret dari daftar peserta oleh penyelenggara turnamen.

[29]

Hari-hari berlalu.

Kenyataan tentang gas beracun Almnesse tidak bisa dielakkan setelah banyak reporter yang mendatangi sendiri lokasi kejadian. Bagaimanapun, Kerajaan Gwenevere masih bisa sedikit memelintir fakta dengan mengatakan kalau kejadian itu adalah kecelakaan yang mengerikan, bukan aksi terorisme.

Raja Mellow sendiri yang berbicara di konferensi pers. Dia menceritakan perihal Menara Bebal yang sudah terlalu tua sehingga kebocoran gas beracun bisa terjadi. Dia juga menyebutkan tentang pemerintah Negara Nomi yang merahasiakan sistem itu sehingga Kerajaan Gwenevere tidak sempat melakukan tindakan.

Lalu yang terpenting, Raja Mellow mengatakan bahwa ajang turnamen Battle of Realms Infinity yang menjadi hiburan bagi seantero esmestas Gwenevere akan tetap berjalan.

Acara konferensi pers berakhir.

Raja Mellow bersandar lemas di kursi, di dalam mobil pribadinya yang berlapis baja. Terpikirkan olehnya, mengapa Abu tidak melakukan klaim terhadap perbuatannya? Dia punya banyak waktu untuk mengirim ulang video terornya. Video yang tayang di saluran berita memang terpotong di tengah jalan karena tindakan Ibnu Rasyid. Semua salinan video pun dihapus oleh robot lihai itu. Kecuali satu, yang disisakan Ibnu Rasyid untuk ditonton Raja Mellow. Merinding sang raja begitu melihat isi video itu sampai akhir.

"Kalau si brengsek itu tidak dihentikan, seluruh penduduk esmestas Gwenevere bisa dibunuhnya hanya demi memanggil tuhan!"

[30]

Ronde ketiga sebentar lagi dimulai.

Seluruh peserta akan bertanding dalam satu arena padang pasir yang luas. Mereka terbagi dalam dua faksi, yaitu gurun dan angkasa.

Reruntuhan kota benteng yang berdiri di sekitar oasis akan menjadi basis faksi gurun. Entah kenapa, Soraya Hadyatha bertindak sebagai "bendera" yang harus dijaga oleh faksi gurun. Adik dari Miranda itu akan melangsungkan konser idol nonstop hingga pertempuran berakhir. Basis faksi angkasa adalah ... di angkasa. Sebuah pesawat induk berukuran gigantik tampak melayang-layang di udara. Yang menjadi "bendera" adalah Ibnu Rasyid, pilot pesawat itu.

Faksi gurun akan kalah jika konser berhenti. Faksi angkasa akan kalah jika pesawat induk mereka berhasil dijatuhkan atau dipaksa turun.

Di suatu tebing di kejauhan, aman dari pertempuran yang akan terjadi, Raja Mellow dan Miranda Hadyatha telah membangun tribun VVIP untuk menonton pertempuran. Sang raja hampir memuntahkan kembali anggur merah yang diminumnya begitu membaca daftar peserta babak ini yang diberikan pengawalnya. Miranda pun mengelus dada.

Nama Abu tertera di daftar peserta dalam faksi angkasa.

[31]

Troya Meredith adalah peserta yang pertama kali protes saat mengetahui kalau dirinya setim dengan Abu.


"Yang benar saja! Aku harus setim dengan orang gila ini? Dia sudah membunuh SEMUA PENDUDUK Almnesse, demi Tuhan!"

Abu hampir tertawa mendengar bagian akhir dari ucapan Troya barusan. Demi Tuhan? Tak sepenuhnya salah juga, pikir si teroris. Ketika Abu balas menatap Troya, gadis itu refleks mundur selangkah. Masih tertanam kengerian di alam bawah sadar gadis itu.

Yang heboh adalah para peserta lain di dalam pesawat induk itu. Seketika mereka merasa tidak aman dengan adanya Abu di sana. Teroris itu menjawab sekenanya.

"Kalian tidak menonton TV? Itu murni kecelakaan."

Ada satu peserta yang segera maju menerjang Abu dengan penuh kegeraman. Dia adalah Balthor si mohawk-brewok merah yang sempat bertemu Abu pada babak pertama.

"Banyak bacot kau, tua jahanam!"

Rajah magis di tubuh Balthor bersinar, menandakan tenaganya bertambah berkali lipat. Namun serangan tinju si mohawk berakhir prematur ketika kepalan tangannya justru hancur ditembak Abu menggunakan shotgun. Tak tanggung-tanggung, Abu sekalian menembak tangan Balthor satunya lagi.

Balthor berteriak sejadi-jadinya, dia berguling-guling kesakitan.

Hal itu memincu kemarahan peserta-peserta lainnya di sana. Sekalipun sebenarnya mereka satu tim, Abu sudah dianggap sebagai musuh bersama.

Melihat situasi yang tidak kondusif, Ibnu Rasyid si pilot segera menengahi.

"Hentikan! Bukan di sini medan pertempuran kalian!"

Robot itu kemudian menjelaskan kalau Abu akan diberikan penalti. Pertama, dia hanya akan mendapatkan 1 boneka klon dari yang seharusnya 10 buah. Mengingat boneka klon itu merupakan simbol nyawa dalam babak ini, tentu pengurangan jumlah sedrastis itu adalah hukuman yang serius. Sebagai tambahan, Abu juga hanya bisa mulai bertempur 2 jam lebih lambat daripada peserta lainnya.

Tak ada reaksi apapun dari Abu ketika mendengar semua itu. Dia tidak terlalu peduli.

Para peserta lain pun berangsur-angsur tenang. Poin penilaian pada babak kali ini adalah seaktif apa mereka dalam bertempur. Mereka berpikir, semua ini bisa mereka selesaikan sebelum Abu sempat berbuat apa-apa.

Robot-robot medis pun menandu Balthor ke ruang perawatan.

[32]

Raja Mellow tampak tidak terlalu semangat menyaksikan jalannya pertempuran. Dia masih mengutuki sistem yang membuat Abu masih sah terdaftar sebagai peserta turnamen. Tak ada yang bisa dilakukan sang Raja. Jika dia ceroboh dalam bertindak, bisa jadi harta esmestas yang bersemayam di gurun ini tidak akan muncul.

Di sisi lain, Miranda terlihat lebih antusias sebagai penonton. Dia berseru gembira saat satu demi satu peserta dari faksi angkasa berguguran. Karena Soraya yang menjadi bendera faksi gurun, tentu Miranda sebagai kakak yang baik akan memberikan dukungan.

Demi menghibur Raja Mellow yang mood-nya sedang buruk, Miranda mengajak raja itu mengobrol.

"Yang Mulia bisa melihatnya? Kurasa ada peserta dari faksi gurun yang memang TAHU sejarah Perang Gurun Hitamz."

"Tentu saja aku lihat," balas sang raja. "Aku sampai bosan menontonnya karena mereka menerapkan strategi yang SAMA PERSIS seperti perang aslinya."

"Ah benar juga, ya? Pertandingan jadi terlalu monoton. Tapi tanpa strategi seperti itu, penghuni Oasis Kota Gurun Musafir zaman dahulu kala tak akan menang melawan invansi alien yang punya teknologi jauh lebih canggih..."

[33]

Para sejarawan menamai strategi perang itu sebagai Gerilya Pasir. Bukan nama yang keren tapi cukup representatif.

Gurun Hitamz sangat luas dan hampir semuanya adalah gundukan pasir. Bagaimana memancing alien turun ke daratan? Buat mereka menjadi tidak waspada. Alien-alien itu akan melihat padang pasir yang kosong melompong. Tak berpenghuni. Ketika mereka mendaratkan pasukan dan melintasi bukit-bukit berpasir, tiba-tiba pasir itu akan memakan mereka.

Ya, prajurit Musafir pada zaman itu hanya memiliki pedang, tombak, dan panah untuk menghadapi alien dengan senapan antariksa yang supercanggih. Namun para Musafir memiliki keuntungan wilayah. Mereka mengenal gurun ini lebih baik dari siapapun. Maka tentu saja hanya ada satu pilihan strategi yang masuk akal.

Gerilya.

Seperti saat ini, peserta dari faksi angkasa kebingungan saat mereka tidak melihat keberadaan lawan satu orang pun. Ketika mereka lengah, tahu-tahu peserta faksi gurun muncul dari balik pasir dan menghabisi boneka-boneka klon peserta faksi angkasa dalam sekejap.

Peserta yang seluruh boneka klonnya hancur hanya bisa pasrah saat mereka dianggap gugur dan diteleport paksa keluar dari medan pertempuran.

[34]

Di dalam pesawat induk, tersisa Ibnu Rasyid dan Abu saja. Robot-robot pembantu lainnya sudah diteleport pulang. Demikian juga dengan Balthor yang terpaksa dipulangkan karena cederanya yang parah. Pria mohawk malang itu sudah dianggap gugur bahkan sebelum pertempuran dimulai.

"Jadi, sejauh apa kau tahu!?"

Tanpa ada orang lain di sana, Ibnu Rasyid bisa menunjukkan watak aslinya di depan Abu. Robot itu sudah mencuatkan segala macam senjata mengerikan dari tubuhnya yang semuanya mengarah ke Abu.

Pengurangan jumlah boneka klon Abu dari 10 menjadi 1 adalah kesepakatan bersama antara Ibnu Rasyid, Raja Mellow, dan Miranda Hadyatha sebagai penyelenggara. Alasannya tentu saja karena tindakan biadab Abu yang dilakukan di babak sebelumnya.

Akan tetapi, penundaan start Abu tidak pernah ada dalam kesepakatan tersebut. Itu hanyalah karangan Ibnu Rasyid belaka.

"Apa kau tuli, teroris!? JAWAB!"

Abu tidak menggubris. Dia berbalik ke belakang dan menembak 3 boneka klon berwarna hitam. Seorang peserta faksi gurun yang baru saja berhasil menyusup masuk sudah didepak keluar pertandingan.

Satu penyusup lagi muncul, hanya untuk mendapatkan tusukan pisau tepat di ketiak. Dia berguling dan meraung kesakitan dengan pisau masih menancap di ketiaknya. Abu tinggal menendang satu boneka klon milik penyusup itu sampai hancur.

"Sudah dua jam," ujar Abu, melirik ke arah Ibnu Rasyid.

"Tunggu dulu! Kau belum menja—"

"Lupakan harta babak ini," potong Abu. "Kau sudah kalah, Bendera!"

Sosok Abu pun menghilang begitu dia menjejakkan kaki di mesin teleportasi. Ibnu Rasyid menggeram kesal. Dia sendiri tahu peluangnya mendapatkan harta Gurun Hitamz sangatlah kecil begitu dirinya tiba-tiba ditugaskan menjadi bendera oleh Miranda.

[35]

Nama peserta itu adalah Felix Garfield.

Tak ada yang istimewa dari penampilannya maupun kemampuannya. Tapi entah mengapa, dia bisa menjadi magnet bagi harta esmestas bahkan tanpa disadarinya.

Ketika dirinya tengah sibuk bertarung melawan peserta lain, hanya berjarak 10 meter darinya tercipta sebuah permata misterius secara begitu saja. Sesaat kemudian, permata itu lenyap disapu bayangan. Akan tetapi, Abu sudah menanti.

Bayangan itu berhenti. Abu menyapa.

"Lehermu menyambung lagi?"

Bayangan itu tak menjawab. Abu kembali bertanya.

"Kau Tricia nomor berapa?"

Kali ini bayangan itu tampak bergetar marah. Namun dia memprioritaskan tugasnya untuk mengamankan harta Gurun Hitamz daripada meladeni Abu. 'Tricia' pun menghilang secepat angin.

Abu membiarkan si bayangan pergi. Jika para penguasa itu mau repot-repot mengumpulkan harta esmestas satu demi satu, untuk apa dia mengganggu mereka? Justru itu memudahkan dirinya. Jika suatu saat Abu memang butuh kedelapan harta esmestas tersebut, dia tahu harus menemui siapa.

[36]

Yang menjadi penjaga di benteng pertahanan faksi gurun adalah Nadaa Kirana, atau lebih sering dipanggil sebagai Nadel. Dia cukup cantik sehingga bisa bersanding dengan Soraya sang idol di panggung konser. Mereka malah berduet menyanyikan berbagai lagu hit multidimensi, diiringi oleh 10 boneka idol klon yang masih bersih berkilau.

Nadel yang memberitahu soal sejarah Perang Gurun Hitamz dan strategi Gerilya Pasir kepada rekan-rekan satu timnya. Dia tak perlu repot-repot bertempur, rekan-rekannya yang akan memenangkan babak ini untuknya.

Sayangnya, kegembiraan Nadel terhenti ketika tiba-tiba wilayah Oasis Kota Benteng Musafir yang menjadi basis faksinya diserbu banyak peserta faksi angkasa. Padahal seharusnya tempat ini adalah wilayah teraman. Berarti strateginya sudah gagal?

Sejumlah petarung faksi gurun yang berjaga di sana mati-matian mencoba bertahan dari gempuran tiba-tiba itu. Hanya tersisa beberapa petarung elit saja seperti Spearman si superhero bertombak, Aileen si vampir pemburu, dan Ameyuki si dewa—

Namun Ameyuki sudah terkapar mengenaskan dengan satu tangan dan satu kaki terpotong. Kepalanya diinjak oleh sosok pria tua berambut cepak.

"Dewa? Sudah kuduga datanya tidak valid."

Saat tubuh Ameyuki masih ditahan di pasir, boneka klon pria tua itu menghabisi seluruh boneka klon Ameyuki yang tersisa.

Spearman terbelalak. Dia kenal sosok yang menghajar Ameyuki.

"Dia adalah Abu si Teroris! Hati-hati, dia berbahaya!!"

"Hah? Memangnya dia apa?" sahut Aileen tak percaya. "Werewolf? Demigod??"

Spearman menelan ludah sebelum menjawab, "Dengan berat hati kukatakan ... dia adalah manusia biasa."

"APAA!?"

[37]

Miranda menendang kursi tempat duduknya karena kesal. Tiba-tiba faksi gurun yang didukungnya terdesak.

Giliran Raja Mellow yang tertawa ironis, "Hahaha, aku tidak mau mengatakan ini. Tapi kenyataannya, cukup satu orang teroris untuk mengacaukan segalanya! Dasar sialan!"

Memang aneh. Ketika Abu menghabisi beberapa peserta faksi gurun yang bersembunyi di balik pasir, tiba-tiba semangat juang peserta faksi angkasa meningkat drastis.

Mungkin sulit bagi petarung biasa untuk mengetahui ada musuh yang berlindung di balik pasir. Tapi bagi Abu yang besar di jazirah padang pasir, mudah saja baginya membongkar kamuflase lawan. Terlebih, lawan-lawannya pun sebenarnya tidak punya banyak pengalaman bersembunyi di bawah pasir. Strategi Gerilya Pasir yang dilakukan faksi gurun hanyalah tiruan rendah dari apa yang dilakukan pasukan Musafir di masa silam.

Raja Mellow kembali tertawa.

Melihat itu Miranda semakin kesal. Dia tahu bahwa tawa gembira Raja Mellow itu bukan karena jalannya pertandingan ini, melainkan karena sang Raja sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Permata Gurun Hitamz telah jatuh ke tangan King Mellow.

Miranda memaki dalam hati.

Andai aku punya karyawan NINJA!

[38]

Tubuh Aileen terus berlubang dihujani peluru. Kemampuan regenerasinya selalu menyembuhkan luka-luka itu dalam sekejap. Akan tetapi entah mengapa kemana pun dia bergerak, Abu selalu bisa menembaknya lebih dulu.

Spearman berseru, "Aileen! Apa kamu tidak sadar kalau dari tadi pergerakanmu disetir oleh Abu!?

Superhero itu kemudian menerjang dengan tombaknya dalam versi paling berbobot, Rocket Lancer. Tentu saja, berbobot berarti lambat. Abu bisa menjauh sebelum tombak itu menghancurkan permukaan batu. Abu balas menembak tiga kali namun sang superhero menepis semua peluru itu dengan ujung tombaknya yang besar.

Spearman tersenyum. Sejak awal dia memang hanya ingin memberikan waktu bagi Aileen. Pengalaman tempur sang superhero mengajarkannya untuk selalu berpikir taktis.

Saat itu Aileen menggeram kesal. Bisa-bisanya dia tidak sadar kalau dirinya sedang dipermainkan oleh orang tua. Manusia biasa pula.

"Aileen, saat bertempur dengan Abu... kita harus menduga kalau dia sudah tahu segala kelemahan kita," tutur Spearman.

"Yang benar saja! Jangan bercanda, superhero norak!" hardik Aileen. "Dan jangan mengajariku cara bertarung!"

Aileen maju tanpa mengindahkan wejangan dari Spearman. Lelaki itu tampak kesal tapi tak ada yang bisa diperbuatnya selain memberikan bantuan untuk rekannya yang bandel itu. Spearman pun mengubah tombaknya ke versi Javelin, alias tombak lempar. Dia menunggu kesempatan saat Abu lengah.

Abu berganti pistol dan terus menembaki Aileen tapi gadis rambut merah itu tidak peduli. Matahari sudah terbenam, kini kekuatan vampir di tubuhnya bangkit sepenuhnya. Peluru manusia tidak berarti baginya. Aileen tidak sadar kalau satu per satu boneka klon yang dibawanya telah hancur, menyisakan dua saja.

"Aileen, bonekamu tinggal dua!" seru Spearman.

"Berisik!!" balas Aileen tidak peduli.

Aileen tidak ingin diganggu. Sebab saat ini, dia sudah berjarak begitu dekat dengan Abu. Pertarungan jarak dekat adalah keahlian gadis itu. Atau setidaknya begitulah yang dipercayainya.

Akan tetapi, tenaga 3 kali lipat manusia pun tak akan berguna jika tidak kena. Tinju Aileen meleset. Abu lantas memanfaatkan aliran energi dari pergerakan Aileen untuk membanting gadis itu keras-keras ke permukaan batu.

Gadis vampir itu mengerang kesakitan.

Melihat Abu dalam posisi membelakangi dirinya, Spearman langsung melemparkan Javelinnya. Sayangnya, justru itulah yang ditunggu sang lawan. Abu menangkap lemparan tombak Spearman dengan mudah. Selanjutnya, tombak itu ditancapkannya ke perut Aileen.

"Tombak berlapis perak," ledek Abu.

Kali ini Aileen baru percaya akan perkataan rekannya. Pasrah, dia menghancurkan sendiri dua boneka klonnya.

Saat itu Spearman baru menyadari kalau boneka klon Abu sejak tadi bergerilya menghabisi boneka klonnya satu demi satu.

"Aku tidak suka ini," ujar Spearman. "Dikalahkan tanpa pertarungan langsung..."

[40]

Saat Abu sampai di panggung konser, Nadel sudah menyerah ketika dikepung belasan petarung faksi angkasa. Suara Nadel habis dipakai bernyanyi seharian, kemampuan persuasi miliknya jadi tak berguna. Saat Nadel menyerah, kesepuluh boneka klonnya hancur secara otomatis.

Soraya terdiam.

Tidak ada pasukannya yang tersisa.

Dia menyiapkan mental, akan mengatakan "aku kalah" secara sportif dan besar hati layaknya idol sejati. Namun begitu Soraya melihat wajah Abu untuk kedua kalinya, gadis itu langsung pingsan.

Konser pun berakhir.

[R3 – selesai]


Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya