[Ronde 1] PADMA - TENTANG SI POLOS

By: Baka Aniki

2 – Tentang Padma

Padma dan Osam Ottohachi –petugas perekrutnya, keluar dari GDTT (Gerbang Dimensi Tak Terbatas) tanpa hambatan berarti. Tidak susah Padma meyakinkan untuk ikut serta, Osam hanya perlu menyebutkan soal makanan gratis, perempuan itu pun langsung menerimanya tanpa pikir panjang.

Tak berlama-lama di GDTT, Osam langsung mengantarkan Padma menuju hotel untuk istirahat sebelum mengikuti acara balapan. Walau awalnya Padma sedikit ragu ketika diajak menaiki kendaraan tanpa roda yang tentu saja tidak ada di dunianya, tapi setelah terbiasa Padma malah keasikan sendiri.

Ini pengalaman baru buat perempuan berusia dua puluh lima tahun tu, dia pernah melihat buku gambar yang berisi kota-kota megah di seantero Qujero, tapi tak ada yang seperti Kota H. Ratusan gedung-gedung pencakar langit, jalan-jalan hitam yang mulus, logam-logam mengkilap tak berkarat, dan tentu saja absennya sampah di sepanjang perjalanan. Tapi sayangnya hanya lima menit saja Padma merasa takjub dengan pemandangan Kota H, karena kalimat selanjutnya yang dilontarkan perempuan tersebut adalah, "Makanannya mana?"

Maka sesampainya di Hotel Hadyata, hal pertama yang diserbu Padma adalah tempat makannya. Empat jam selanjutnya dihabiskan Padma untuk menyantap semua makanan yang terus-menerus disediakan di meja. Giliran Osam yang dibuat takjub melihat nafsu makan Padma yang seperti lubang hitam itu, 'seberapa dalam sebenarnya perut cewek ini?' pikir Osam.

Selesai makan, Padma pun diantarkan ke kamar hotel yang telah disediakan. Sesuai prosedur perekrutan, Osam menjelaskan kembali secara detil soal segala fasilitas yang di dapat peserta selama balapan, termasuk soal dirinya yang menjadi supir sekaligus asisten Pad selama berada di Esmestas.

Sebelum berpisah, tak lupa Osam menyarankan Padma untuk mandi. Karena perlu diketahui, selama perjalanan dari GDTT sampai saat di restoran hotel, Osam terus-terusan menutup hidung. Beberapa peserta yang kebetulan ikut makan dekat meja Padma pun harus pindah jauh-jauh karena tidak tahan baunya.

Begitulah saran yang diberikan Osam kepada Padma, tapi kenyataannya ternyata berbeda.

•••

"Kenapa masih gak mau mandi juga?" tanya Osam, beberapa hari kemudian. "Jangan bilang airnya dingin lagi, karena aku udah jelasin soal tombol buat ngeluarin air panas."

"Uh... Hmm... Airnya terlalu bening... Aku gak biasa liat air sebersih itu."

Jawaban Padma tentu saja tak masuk akal bagi Osam, pasti ada alasan lain kenapa Padma tidak pernah mau mandi. Tapi untuk sementara, masalah itu harus dikesampingkan dulu, karena hari ini adalah hari H balapan.

"Oh ya, kamu sudah lihat penjelasan soal babak pertama?"

Mengabaikan pertanyaan Osam, Padma malah celingak-celingkuk mencari sesuatu, "Kita mau makan-makan lagi?"

"Tadi pagi kan udah, jam tujuh, terus jam delapannya, terus jam sembilan... Ah, begini saja, nanti di Isla Wunder, ada makanan lagi kok."

Mendengar itu Padma mengangguk-angguk kegirangan. Mengikuti arahan Osam, Padma pun pergi menuju Kumbang yang akan mengantarkan para peserta menuju pulau tempat balapan ronde pertama berlangsung. Dengan menggunakan KUrsi eMpuk terBANG yang diproduksi oleh NGSR, hanya butuh waktu lima belas menit saja dari terminal Kota H menuju Isla Wunder. Padahal dengan menggunakan pesawat, butuh waktu setidaknya satu jam untuk pergi ke pulau terpencil tersebut. Di lain pihak, Padma selalu menikmati perjalanan yang singkat.

•••


3 – Tentang Troya dan The Dart Eater

Isla Wunder.

Para peserta mulai berdatangan dari Kota H, mereka dikumpulkan di satu bagian pantai yang letaknya cukup jauh dari pusat pulau. Sambil menunggu isyarat tanda dimulainya balapan berbunyi, para peserta pun mulai mempersiapkan segala sesuatunya, dari mulai cek dan ricek kendaran –baik milik pribadi ataupun pinjaman dari panitia, melakukan pemanasan, dan tentu saja bersosialisasi.

Di antara para peserta, satu orang menarik perhatian Padma. Bukan karena tampang atau kekuatannya, tapi karena pakaian yang dipakai sang peserta mirip dengan pakaian wearpack yang dipakai Padma. Nama peserta itu adalah Troya. Entah kebetulan atau apa, tapi gadis berusia delapan belas tahun itu juga memakai wearpack, sama seperti Pad. Bedanya hanya di warnanya yang ungu.

"Hai, apa itu?" tanya Pad sambil menunjuk mobil retro yang sedang diperiksa Troya.

Sama seperti peserta lain, reaksi pertama yang dilakukan Troya adalah menutup hidung. Tak mau dianggap tak sopan, Troya pun menjawab sependek mungkin, "Ini mobil."

Padma pun mengangguk-angguk seakan mengerti apa itu mobil.

"Sama seperti yang ada di sana?" Tunjuk Padma ke arah mobil-mobil yang dimiliki peserta lain. Bukan hanya Troya, beberapa peserta lain menggunakan mobil sebagai kendaraan balapnya. Beberapa terlihat futuristik, sebagian lain penuh modifikasi berat.

Tak mau disamakan dengan kendaraan lain, Troya sedikit merenggut. Seakan terpicu, gadis dengan gaya rambut sanggul itu pun mulai berbicara.

"Mobilku ini special, Dodge Dart Swingger 340 tahun 1969, mesin delapan silinder, dan –"

Troya kemudian menjelaskan secara panjang lebar hal-hal tentang mobilnya yang sama sekali tak bisa dimengerti penulis. Saat kedua perempuan itu sedang asyik membahas soal mobil –walau sebenarnya satu pihak hanya mendengarkan saja, sesosok bayangan hitam mendekat. Sosok bayangan hitam tersebut kemudian menyelimuti mobil Troya seperti malam menyelimuti bumi.

Ketika Troya akhirnya menyadari, semuanya sudah terlambat. Dart Swinger kesayangannya telah berubah warna menjadi hitam dop (matte black). Bersamaan dengan itu, suara tembakan tanda dimulainya balapan pun terdengar. Peserta lain yang sudah lebih siap langsung memacu kendaraannya masing-masing. Termasuk si makhluk yang telah merasuki –lebih tepatnya, membajak Dart Swinger pun mulai memaju kendaraan retro yang telah dimodifikasi tersebut.

"Ah, aku lengah!!"

Tak memperdulikan Padma yang mematung, Troya berusaha berlari mengejar. Tapi apalah kecepatan lari seorang gadis dibanding kekuatan seribu kekuatan tenaga kuda sang mobil. Troya yang tak habis akal kemudian berlari ke arah parkir ATV yang memang disediakan khusus bagi peserta yang tak memiliki kendaraan. Dia langsung menyalakan mesin dan memacu kendaraan segala medan tersebut dengan kencang.

•••

Dart Eater (si bayangan tanpa nama) terus melaju dengan cepat di atas pasir putih memanjang Isla Wunder. Karena informasi yang diberikan malam sebelumnya mengenai lokasi balapan, maka Troya mengganti sementara ban mobilnya dengan ban mobil khusus offroad. Tapi sayangnya hal itu menguntungkan sang Dart Eater sangat berkendara di lintasan pasir. Di antara para peserta, Dart Eater termasuk sepuluh besar tercepat.

Tapi lintasan pasir bukan satu-satunya halangan bagi para pembalap, karena teriakan-teriakan kengerian mulai terdengar di mana-mana.

Adalah Pteranodon yang menjadi biang kegaduhan tersebut. Kadal bersayap itu menyerang –lebih tepat memburu peserta-peserta yang secara sial memilih menggunakan jetpack sebagai kendaraan mereka. Sungguh satu keputusan yang salah bagi mereka. Belasan peserta pemakai jetpack satu-persatu diterkam burung-burung purba untuk dibawa ke sarang mereka, sementara yang cukup beruntung dan bisa menghindar, memilih turun ke darat atau menjatuhkan diri. Tapi hal itu pun tak membuat mereka aman.

Pemakai jetpack yang mendarat di lintasan pantai tentu saja menghalangi para pengendara yang melaju kencang. Beberapa peserta yang tak sempat menghindar langsung menabrak mereka, sementara yang bisa menghindar malah menabrak kendaraan lain, dan terjadilah tabrakan beruntun di sepanjang lintasan.

Troya yang melaju dengan ATV pinjaman, berusaha keras mengendalikan kendaraannya untuk menghindar sekaligus mengejar si pencuri mobil. Namun di saat dia sedang berkonsentrasi penuh, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.  

"Itu burung jenis apa?"

Saking kagetnya, hampir saja kendaraan ATV yang dikendarai Troya tergelincir... di pasir. Ternyata Padma ikut membonceng di jok belakang ATV.

"Sejak kapan kau ikut?"

"Ng, dari awal mulai balapan."

"Sialan, pantesan ATV ini kerasa berat... Turun sana!!"

"Eh AWAAS!!"

Karena kehilangan konsentrasi sesaat, Troya tak melihat adanya ATV lain yang juga melaju di samping kiri. Alhasil tabrakan pun tak terelakkan, dan keduanya tersungkur ke pasir.

Walaupun pasir, tapi tetap saja yang namanya terjatuh setelah terlebih dulu tabrakan pastinya sakit. Tapi rasa sakit yang dirasakan tentu tak cukup untuk menghentikan mereka. Troya langsung bangkit dan mencoba membalikkan ATV-nya yang terguling, ada sedikit penolakan saat Padma mencoba membantunya.

"Gak usah! Ini semua salahmu tau!!"

Padma tak membalas bentakan Troya, dan tetap berusaha membantu sehingga ATV itupun kembali berdiri.

"Kamu gak usah ikut, cari sendiri kendaraanmu!"

Troya pun menghidupkan kembali ATV-nya. Namun belum sempat Troya memutar pedal gasnya, Padma mendorong tubuhnya sehingga terjatuh kembali ke pasir.

"APA YANG—" Troya menghentikan teriakannya ketika tahu apa alasan Padma mendorongnya barusan.

Sesosok makluk besar terbang melintasi dirinya, seekor Pteranodon sepertinya mengincar dirinya yang tengah bersiap melaju kembali dengan ATV-nya. Karena tidak ada lagi peserta yang menggunakan jetpack, membuat burung-burung purba itu mengalihkan incarannya ke peserta yang berada di darat. Kalau saja Padma tidak mendorongnya, dia pasti sudah dibawa pergi entah kemana.

Troya pun sadar akan kesalahannya dan mencoba meminta maaf, tapi anehnya sosok sang penyelamatnya seketika menghilang. Setelah melihat ke sekeliling, sahut-sahut terdengar suara dari kejauhan.

"Kamu pergi duluan, kejar... -obilmu itu!"

Gadis berambut sanggul itu pun menengadah ke atas dan terkejut bukan main ketika melihat Padma dibawa pergi oleh sang Pteranodon, menggantikan dirinya.

"EEHHH!!!"

•••

4 – Tentang Agni dan Pundarikk

Beberapa saat sebelumnya.

Padma yang berusaha menolong Troya, malah menjadi korban menggantikannya, perempuan botak itu pun dibawa terbang oleh si kadal bersayap. Tak mau menjadi santapan hewan liar, Padma kemudian mengeluarkan palu-kapaknya dan menghantamkannya ke kaki Pteranodon yang menangkapnya. Hal itu membuat si Pteranodon melepaskan cengkramannya dan membuat Padma jatuh bebas dari ketinggian lima puluh meter.

Beberapa Pteranodon yang lain berusaha mencabik bagian-bagian tubuh Pad dengan paruh-paruh mereka, tentu saja hal itu tak dibiarkan olehnya. Dengan kasar, Padma mengayunkan palu-kapaknya ke arah burung purba tersebut. Dia berhasil selamat dari serangan Pteranodon, tapi akibatnya dia lupa akan kondisinya sendiri. Tubuhnya pun langsung menghujam permukaan air laut, dan dia pun perlahan tenggelam.

Tiba-tiba dia teringat dengan helm yang selalu menempel di kepalanya. Helm yang dia temukan saat tersesat di reruntuhan benua timur itu bisa dipakai sebagai masker juga. Dia pun buru-buru memasang helm itu menutupi wajahnya, dan ternyata berfungsi, dia bisa bernafas. Namun dia tahu, dia tak mungkin bertahan lama dengan hanya masker, dia harus berenang ke permukaan. Hanya saja, Padma tak tahu caranya berenang, seumur hidup dia tak pernah mau belajar renang. 

Dan ingatan tentang masa kecilnya pun kembali muncul. Saat dia masih kecil, saat usianya sekitar lima –enam tahunan, setiap kali dia mandi di danau, atau saat diguyur hujan deras, dia selalu mengalami mimpi aneh. Padahal dia sedang terjaga, dan tidak tertidur sama sekali. Mimpinya pun selalu sama, yaitu bertemu dengan sosok makhluk bertubuh besar dengan telinga lebar dan hidung yang panjang seperti ular. Ketika dia menceritakan hal itu kepada Pak Kartos, beliau menyebutnya sebagai Gajah. Sayangnya, makhluk itu sudah punah jutaan tahun yang lalu. Itulah kenapa sejak saat itu, Padma tak pernah mau lagi bersentuhan dengan air. Jangankan untuk belajar renang, mandi pun dia sudah tak pernah lagi. Interaksinya dengan air hanya sebatas untuk melepas dahaga, dan itupun bukan air yang jernih.

Dua puluh tahun kemudian, pengalaman itu pun terulang kembali. Saat tubuhnya perlahan-lahan turun ke dasar laut, sosok makhluk bernama gajah itupun muncul lagi. Kali ini terasa nyata, dan Pad tahu, ini bukan mimpi. Di depannya, sosok gajah itu seperti memproyeksikan dirinya di dalam bayang-bayang air laut. Tidak salah lagi, gajah di depannya adalah gajah yang sama seperti yang dia lihat dua puluh tahun lalu. Kulitnya yang putih, dan perhiasan seperti emas menutupi tubuh si gajah layaknya pakaian.

"Akhirnya kau kembali lagi ya, Pundarika."

Padma kaget mendengar gajah itu bicara. Saat dia pertama kali melihatnya waktu kecil, makluk itu tak berbicara, hanya suara berisik saja yang keluar dari mulut makhluk tersebut. Tapi kini Padma bisa mengerti apa ucapan si gajah.

'Siapa itu Pundarika? Namaku Padma!' pikir Pad dalam hati.

"Tak masalah siapa kau, Padma, atau Pundarika, kau tak mau mati kan?"

Sekali lagi Padma terkejut mendengar gajah itu membalas apa yang baru saja dia pikirkan, Padma pun menjawab, 'Tentu saja tidak!'

"Kalau begitu, bertarunglah!"

"Dan satu lagi, kau sama sekali melupakan kemampuan asli Agni ya?"

'Agni?'

"Asal tahu saja, bukan hanya Leviathan dan Mjolnir saja yang ditempa Brok dan Sindri."

Sesaat setelah berucap, tubuh si gajah itu membuyar, sosoknya digantikan oleh deretan gigi-gigi tajam yang berbaris rapi di dalam mulut yang menganga lebar. Padma pun tersadar kalau sedari tadi dia sedang tenggelam di dalam lautan penuh binatang buas, dan salah satu binatang buas itu sedang mencoba melahapnya. Seekor Mosasaurus berenang mendekati dirinya, perbandingan ukuran tubuhnya yang berbeda jauh membuat tubuh Padma hanya akan menjadi cemilan saja bagi si kadal raksasa.

'Di tempatku, Cicak Gurun jauh lebih besar darimu, kadal imut!' umpatnya dalam hati. Padma pun bersiap dengan strategi hantam-saja-dengan-palu-kemudian-menghindar yang baru saja dipikirkannya.

Namun belum sempat mereka beradu, si kadal air raksasa itu terseret ke samping, tubuh si Mosasaurus terdorong oleh binatang yang lebih besar lagi. Seekor Megalodon menggigit bagian perut Mosaurus dan mengoyaknya dengan brutal, membuat warna air laut di sekitarnya menjadi kehitaman.

Megalodon tersebut kemudian mulai memburu Mosasurus-Mosasaurus yang lain. Melihat ukuran Megalodon yang dua kali lipat lebih besar, sudah cukup bagi Padma untuk tahu siapa bos perairan tersebut. Beberapa Mosasaurus mulai berenang ke permukaan, menjauhi serangan Megalodon. Ini adalah kesempatan bagi Padma, tak ada waktu untuk berpikir, karena udara yang dia hirup mulai membuatnya sesak.

Sekuat tenaga dia menggerakkan tubuhnya yang sedari tadi terombang-ambing arus laut yang tercipta oleh gerakan liar hewan-hewan purba tersebut. Seekor Mosasaurus yang sedang berenang terlihat sangat dekat dengannya, hal itu pun tak disia-siakan oleh Padma. Maka diayunkanlah bagian kapak ke tubuh si kadal, beruntung kapaknya langsung menancap dalam. Padma tak tahu bagian mana, tapi yang jelas tubuhnya ikut terbawa pergerakan sang Mosasaurus yang juga berusaha setengah mati ke permukaan untuk bernafas.

Darah pun mulai keluar dari tubuh si Mosasurus, meninggalkan jejak bagi si raja lautan, Megalodon. Tak ayal, Megalodon yang mencium bau darah si kadal, mulai mengejarnya dengan kecepatan yang tinggi. Padma yang menyadari hal tersebut melahirkan satu rangkaian ide di kepala Padma, ide yang hanya akan berjalan lancar murni akibat keberuntungan semata.

Megalodon pun semakin mendekati Mosasaurus yang ditumpangi Padma, kecepatan renang si hiu purba sungguh luar biasa mengingat tubuhnya yang sangat besar. Beberapa detik kemudian hal yang ditunggu Padma pun terjadi, Megalodon itu berhasil menangkap si Mosasaurus. Karena jarak mereka dengan permukaan sangat dekat, ditambah kekuatan hantaman Megalodon yang besar, membuat setengah tubuh Hiu raksasa itu keluar secara vertikal di atas permukaan laut. Ikut serta ke permukaan adalah si Mosasaurus yang hanya bisa pasrah menjadi korban gigian sang hiu, dan tentu saja si tokoh utama cerita ini. Fase pertama selesai.

Padma yang mulai bisa bergerak bebas, mulai menemukan pijakan di atas badan si Mosasaurus. Kurang dari sedetik baginya untuk memulai fase kedua. Saat Megalodon dan Mosasaurus itu mulai jatuh kembali ke dalam laut, Padma pun melompat. Fase kedua idenya bergantung pada kerakusan hewan-hewan lainnya, yaitu hewan yang tadi sempat membuatnya kerepotan –si kadal terbang, Pteranodon.

Ide selanjutnya adalah menangkap si kadal terbang saat dia melayang di udara, itupun bergantung pada kemungkinan Pteranodon mendekati dirinya dan mencoba menangkapnya kembali. Melihat banyaknya Pteranodon yang masih terbang di angkasa, kemungkinan itu semakin besar.

Padma baru berpikir, kalau idenya gagal dan tak ada satupun Pteranodon yang mencoba menangkap dirinya, maka dia akan jatuh kembali ke laut dan mungkin mengulangi lagi kejadian sebelumnya. Tapi untungnya hal itu tak terjadi, dewa keberuntungan sepertinya sedang berpihak padanya. Seekor Pteranodon besar menangkap kaki Padma dan membawa perempuan itu dalam keadaan kepala di bawah.

"Tunggu... rencananya tadi gak kayak gini deh!"

•••

Di sisi lain,

Troya masih terus mengajar mobilnya yang kerasukan si makhluk bayangan. Karena beberapa kali sempat teralihkan dan terhadang laju peserta lain, Troya pun tertinggal jauh. Tapi kontur pantai yang datar memudahkan dia untuk memantau terus keadaan mobil dua pintu tersebut.

"Jangan masuk hutan! Jangan masuk hutan!"

Kemudian hal yang ditakutkannya pun terjadi, si makhluk bayangan beserta mobilnya menerobos hutan tanpa peduli dengan kontur tanah hutan yang tidak rata, atau dahan dan ranting yang pastinya menjadi mimpi buruk bagi penggila otomotif. Sudah dipastikan, bodi mobil retro itu pasti akan penuh lekuk dan baret dalam. Dan sebagai 'pukulan' terakhir, Dart Eater yang makin kesulitan mengendalikan mobilnya, kemudian menyerempet pohon dan terguling.

Teriakan penuh amarah bercampur kesedihan terdengar dari mulut Troya. Dia pun semakin mengencangkan laju ATV-nya. Saat dia tiba di tempat kejadian, mobil Dart Swinger-nya telah kembali ke warna semua, yaitu ungu metalik, yang menandakan makhluk bayangan itu telah meninggalkan badan mobil tersebut.

Tapi tak ada waktu untuk berduka, karena balapan masih berlangsung. Dan karena Troya telah memasuki area hutan, bahaya pun semakin meningkat.

"Tunggu, Dart, aku akan kembali dan memperbaikimu, aku janji."

Sesaat kemudian, suara hentakan kaki hewan berukuran besar terdengar di belakang Troya. Ketika gadis itu menoleh, seekor T-Rex sedang berdiri menatapnya. Di mulut hewan karnivora terlihat seekor velociraptor yang telah mati. Troya hanya bisa menelan ludah melihatnya, mungkin janji yang barusan sebelumnya takkan bisa dia tepati.

T-Rex itupun kemudian membuang bangkai Raptor di mulutnya dan mulai mendekati Troya. Mau tak mau, Troya pun berbalik melarikan diri. Saking paniknya, dia pun sampai melupakan ATV yang tadi dikendarainya.

Tapi belum jauh Troya berlari, sebuah palu-kapak tiba-tiba menancap di depannya, memaksa Troya untuk berhenti.

"Ambil palu itu!"

Seseorang berteriak di atas kepala Troya. Ketika dia menengadah ke atas, dia terbelalak melihat Padma yang sedang menunggangi Pteranodon raksasa. Dia tak tahu bagaimana caranya, perempuan botak itu menjinakkan si burung purba, dan dia tak peduli. Karena yang ada di pikirannya sekarang adalah hewan purba lain yang mengejar di belakangnya.

"Kau suruh aku melawan T-Rex memakai kapak?"

"Bukan... Pokoknya pegang palu itu... Dan pegang erat-erat!!"

Troya tak tahu apa rencana Padma, tapi tak ada waktu untuk membantah. Dia pun mengambil palu-kapak tersebut dan memegangnya erat-erat.

"Baiklah, aku sudah memegangnya, terus—"

Belum sempat Troya menyelesaikan ucapannya, kedua tangannya tiba-tiba tertarik –lebih tepatnya, palu kapak itu terarik suatu kekuatan tak terlihat. Ketika melihat Padma yang sedang merentangkan tangannya ke arah palu-kapak tersebut, Troya pun sadar bahwa itu adalah kekuatan perempuan tersebut.

Palu-Kapak itu pun terbang menuju ke arah Padma, membawa serta Troya yang semakin memegang erat senjata tersebut. Sekaligus menyelamatkannya dari terkaman T-Rex yang sedikit lagi mengoyak tubunya.

Troya pun berhasil naik ke Pteranodon yang ditumpangi Padma, kali ini dialah yang dibonceng.

"Kapak apa ini?" tanya Troya mencoba memuaskan keingintahuannya.

"Namanya Palu Kapak Agni."

"Terus gimana ceritanya bisa sampai burung ini kau jinakkan?"

"Ceritanya panjang, kau mau dengar?"

"Tentu saja... Eh, satu lagi... Kenapa kau menolongku, padahal tadi aku sempat berkata kasar padamu, kenapa?"

"Hmm... bukankah kita teman?" jawab Padma sambil tersenyum.

Troya hanya terdiam mendengar jawaban Padma. Rupanya bagi Padma, satu alasan sederhana yaitu karena keduanya sama-sama memakai wearpack, sudah cukup untuk menjadi sebuah alasan pertemanan. Troya pun ikut tersenyum. Keduanya kemudian terbang ke arah garis finish.

--end--



Catatan penulis:

Setelah cerita ini, Padma akhirnya sedikit banyak mempelajari kekuatan sejati Palu Kapak Agni. Dibuat oleh pandai besi yang membuat Mjolnir, kekuatan tersembunyi Agni antara lain:
-          Homing: memanggil kembali Palu-Kapak walau seajuh apapun dilempar.
-          Taming: sesuai namanya, bagian palunya, bila dihantamkan ke lawan, atau hewan bisa membuatnya tenang atau jinak.





Komentar

  1. Belum banyak yang bisa dikomentarin. Memang baru permulaan ronde dan cuma pengenalan karakter aja. Padma tipikal perempuan polos yang suka membantu gara2 hal yg sepele, tpi punya potensi kekuatan besar dengan palunya.

    Kekurangan paling jelasnya menurut saya plot cerita yang seperti tidak ada kompetisi sama sekali, yang penting sampai garis finish.

    Nilai 7/10

    - Nadaa Kirana

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya