[Ronde 3] Irina Feles - Irene dan Irene lainnya

By: Alcyon Verrel
-1-
In an abandoned land come on in child take my hand
Hear a rising force
Watch the devils, the damned, they're gonna break their chains
Through the night, you can hear them!
Senandung Metal Ripper dari Sabaton terdengar melengking di seantero gurun Hitamz. Sambil mengendalikan Monster, kepala Irene ikut bergoyang mengikuti irama metal itu. Dia berteriak kepada Charta yang membonceng di belakangnya.
"Cewek berdada datar itu benar-benar tahu lagu bagus untuk suasana seperti ini!"
"Aku tidak tahu lagu daerah mana itu," seloroh Charta, "Tapi iramanya membuat kita ingin merobek perut orang"
"Hahaha, aku suka semangat itu!" Irene melihat tujuan mereka, pilar teleportasi menuju kapal angkasa Rasyid, sudah di depan mata lengkap dengan beberapa orang dari Tim Angkasa yang berjaga-jaga. Charta mengenali beberapa dari mereka, si Tengu Heihei, si bojeker Toya, si mesum Balthor, ada juga Super, Jester, Caraka, serta beberapa peserta lain yang pernah dia jumpai di ronde sebelumnya.
"Saatnya beraksi!"
Charta melompat ke depan Monster saat Irene mengerem motor hingga terangkat roda belakangnya. Begitu Charta menginjak pasir gurun, dia memanggil bayangan para penjaga menggunakan phantomnya. Akibatnya tubuh orang-orang itu terkunci, tidak bisa bergerak karena kakinya menancap ke tanah.
Monster langsung menabrak mereka. Beberapa remuk terseret, beberapa hancur dengan isi perut terbuai, beberapa lainnya merelakan kepalanya terlempar jauh, atau dibakar semburat api Neraka dari tubuh Monster. Tulang, jeroan, darah bertebaran kemana-mana seiring Irene yang memutar-mutar Monster diantara mereka.
Tim Gurun yang mengekor Irene sudah menyusul. Mereka langsung menghambur ke arah pilar. Riven, Sumi, Ebenezer, Spearman, dan cowok-cowok jantan lain memimpin jalan masuk ke pilar. Lengkingan Soraya dengan konser heavy-metalnya menjadi semacam battlecry yang memicu adrenalin para peserta untuk merangsek maju.
Tapi ketika rombongan paling depan hendak memasuki pilar, dari arah sebaliknya, Tim Angkasa muncul dan menyerang balik. Layaknya tawuran massal, kedua tim ini bertemu dan berusaha untuk menghajar lawannya dengan keahlian masing-masing.
Balthor keluar dari portal dan dengan tinju Norwegia-nya, merontokkan gigi Riven hingga ninja itu terjungkal jauh ke belakang. Heihei muncul lagi sambil melemparkan koin-koin emas yang memanggil angin beliung dan menerbangkan para peserta Tim Gurun ke angkasa. Ameyuki membalasnya dengan mengirimkan banjir bandang dan menyeret peserta dari Tim Angkasa menjauh.
Solar dari Tim Angkasa menghindari tombak Spearman dengan perisainya. Mendapat momen, dia membalasnya dengan memenggal kepala Spearman. Saat itu juga, Aida muncul dan melesatkan melodinya ke wajah Solar. Tiga jarum besar yang muncul dari melodi gitarnya itu menancap tepat di wajah Solar. Namun sebagai undead, Solar merasakan serangan itu seperti gigitan nyamuk. Dia membalas dengan menebaskan pedang ke Aida. Beruntung, Tom melayang kencang dari belakang cewek itu dan menghancurkan kepala Solar dalam sekali hantam. Caraka, menggantikan posisi Solar, mengarahkan palu besinya ke arah Aida sambil menjentikkan jari.
Seketika itu juga, mulut Aida seperti tidak terkendali. Serangan irama yang dia nyanyikan mendadak sumbang. Lirik yang diucapkan menjadi terbalik-balik. Oni di dekatnya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Aida tak berhenti mengoceh sampai-sampai dia harus melempar gitarnya dan menutup mulutnya.
Caraka kini mengarahkan palu ke wajah Oni. Tapi belum sempat menjentikkan jari, Oni sudah melempar belati kedipnya tepat di belakang Caraka, membuat tubuh fisiknya ikut berteleportasi kesana. Oni lalu menempelkan dua irisan bawang tebal ke masing-masing mata Caraka. Membuat cowok itu menjerit pedih. Oni tertawa puas. Tapi kini giliran kedua mata Oni ditutupi oleh Jester sambil tertawa gila.  Oni yang meronta mendadak lumpuh saat Bill ditusukkan Jester ke perutnya.
 Riven muncul menggantikan Aida yang masih meracau dengan melemparkan sekantung penuh shuriken ke arah Caraka. Tapi Worca segera melindunginya dengan memproyeksikan bentuk parabola sehingga membuat shuriken Riven melenting ke arah lain. Dian, teman satu timnya, yang menyadari ada segerombolan shuriken menuju arahnya segera membuat dirinya transparan sehingga shuriken-shuriken itu menembusnya.
Baper, gadis itu melempar Nokia ke arah Riven yang sudah berkali-kali memohon maaf. Riven menghindari timpukan Nokia yang terus melesat menuju payudara Troya. Untunglah gadis itu sigap dan menangkisnya dengan dongkrak excavator sampai benda itu remuk sementara Nokia milik Dian sendiri jatuh dan membentuk lubang besar di tanah.
 Jazdia menyusul di belakang Troya dan melepaskan tembakan ke arah musuh. Riven membalasnya dengan bom asap. Panah Jazdia menembus udara kosong sebelum akhirnya dihancurkan oleh tombak Spearman.

Sacrifice to gods of old
Bleed them of their lives
Fresh blood on our swords
Gods Of War Arise!
Mengikuti jeritan Soraya melantunkan Gods of War dari Amon Amarth, Fransisca melompat bersamaan panah-panah kristal yang ditembakkan Jazdia. Dengan bola-bola sihir yang melayang di sekelilingnya, dia menghampiri Litus yang hendak menembak  Jazdia. Charlotte muncul diantara mereka dan menyambut iblis itu dengan rentetan tembakan SMG.
Fransisca langsung membangun dinding sihir untuk menangkis rentetan peluru yang terinfeksi virus Ganster. Saat Charlotte berhenti menembak, giliran Fransisca melemparkan bola-bola sihir ke arahnya. iSoul melayang melindungi Charlotte. Menggunakan psionic manipulation, iSoul mengarahkan bola-bola magis ke angkasa untuk meledak.
Fransisca tertawa sinis. Kemampuan muaythai membuatnya bisa menghampiri iSoul dalam waktu singkat. Dengan cakar sihir yang termaterialisasi di tangannya, dia menampar ponsel itu hingga hancur berkeping-keping. Charlotte memanfaatkan kesempatan itu untuk menghampiri Fransisca dan menembakkan SMG-nya. Fransisca tidak sempat mengelak saat peluru-peluru itu menembus cakar iblisnya.
Fransisca yang terluka memilih mundur. Saat Charlotte hendak mengejarnya, Padma melindungi rekannya dengan menyerang Charlotte menggunakan kapak-palu Agni. Charlotte  menghindar dan membalas menembakkan SMG. Tapi ternyata pelurunya habis. Dia tidak sempat mundur ke belakang saat Padma langsung menempeleng wajahnya dengan palu Agni.
Charlotte terhempas ke pasir gurun. Padma melemparkan kapak Agni ke arah kepalanya. Zenistia menangkis dengan light sword,  membelah Agni menjadi dua. Dia lalu menembakkan TAR ke arah Padma. Padma menghindar sebisanya sampai akhirnya Gubbins mengambil peran dengan membangun tembok uang kertas.
Zenistia jengkel melihat serangan lasernya dipantulkan kerumunan uang kertas itu. Dia menghampirinya sambil mengayunkan light sword. Pelindung itu langsung berserakan. Gubbins membalasnya dengan serangan koin yang segera dihindari Zenistia. Padma mengikuti di belakang Gubbins sambil menyalakan kompornya. Api menjilati tubuh Zenistia. Ketakutannya terhadap api membuat Zenistia terkejut dan terjungkal ke belakang. DI saat itu juga Gubbins menembakinya dengan peluru koin hingga menembus perut gadis itu.
Ebenezer segera menolong rekannya mundur sembari menembakkan pistol laser. Gubbins harus mundur didesak tembakan Eben. Fransisca muncul menyerang Eben dengan cakar iblisnya. Tetapi virus Ganster mulai berefek dan mengacaukan konsentrasinya. Serangan cakar menebas udara kosong. Eben mengambil light sword milik Zenistia dan menebas cakar Fransisca. Iblis itu menjerit kesakitan.
Gubbins membalas serangan Eben dengan tembakan koin yang segera bersarang di otak cowok itu. Zenistia balas menembaki Gubbins sebelum Fransisca menyerangnya dengan bola sihir dan meledakkan tubuh Zenistia. Dalam waktu bersamaan, empat  panah melesat beriringan melewati ledakan dan menghancurkan  simbol halo di atas kepala Gubbins, membunuhnya seketika. Litus merangsek ke depan lalu mengarahkan busurnya ke arah Fransisca.
Tapi entah kenapa Litus batal melepaskan panahnya saat melihat wajah kesakitan Fransisca. Virus sudah menggerogoti  dirinya. Litus teringat saat mereka berjuang bersama di Isla Wunder, menghadapi T-rex bayangan. Litus meletakkan busurnya dan bergegas menolong cewek itu. Tapi seketika itu juga kepalanya hancur dihajar panah Jazdia.
Fransisca menjerit, entah karena Litus yang dibantai di depannya atau karena efek virus Ganster. Jazdia dan Padma segera menyeret Fransisca mundur. Namun sayang, kereta api Alfian meluncur dan melindas mereka bertiga.
Di belakang, Irene menaiki kembali Monsternya yang tergeletak. Mendadak Piwie muncul sembari menjatuhkan square boomstick ke arah Irene. Irene yang terkejut masih sempat mengelak. Sayang Monster-nya langsung remuk kejatuhan benda itu.
Geram dan gemas melihat Piwie berputar-putar girang, Irene melompat ke udara dan meremasnya hingga tidak berbentuk. Di saat yang sama Kada menembakinya dengan peluru api. Irene menghindar sebisanya sambil meluncur ke arah Kada. Saat dia cukup dekat, Irene siap menebaskan Gomora. Tapi tembakan Kada mengenai sayapnya. Irene oleng dan serangannya malah mengenai tunggangan Kada. Kada terjerembab ke belakang sementara tunggangannya berubah menjadi babi tusuk.
Kada menjerit shock. Dia merengek sambil bergulung di tanah. Irene sendiri terduduk kesakitan. Dicobanya berdiri dan memanggil Gomora. Kada yang masih depresi tidak menyadari Irene sudah berdiri di dekatnya untuk menebasnya.
Tapi mendadak Kana muncul dengan senjata acaknya. Ditembakkan railgun ke arah Irene yang tidak sempat menghindar. Satu tembakan  berhasil membuat lubang besar di dada Irene. Gadis itu tercekat sesaat sebelum tembakan susulan menghancurkan kepalanya.

-2-
I have seen you on the edge of dawn
Felt you there before you were born
Balanced your dreams upon the edge of thorns
But I don't think about you anymore
Anymore!
Soraya menutup lagu Edge of Thorns dari Savatage yang  disambut tepuk tangan meriah dari penonton konser yang sebagian besar adalah penduduk kota Gurun. Dia yang masih terengah-engah berteriak ke arah penonton.
"Lanjuuuut?" lengking Soraya yang langsung disambut dengan teriakan setuju. Diambilnya vodka yang diberikan panitia dan meminumnya beberapa teguk. Setelah itu dibantingnya botol kaca itu ke lantai hingga berserakan sambil berteriak kesurupan.
"Geth-SEMANEEEEE!!!!!!"
Para hadirin ikut berteriak meracau. Konser metal dimulai kembali dengan alunan ritmik cepat dan lantunan lantang Soraya membawakan lagu dari Nightwish.
Toll no bell for me Father
But let this cup of suffering pass from me
Send me no shepherd to heal my world
But the Angel - the dream foretold
Prayed more than thrice for You to see
The wolf of loneliness in me
…not my own will but Yours be done…
Irene, dari atas tembok kota, ikut menikmati nyanyian Soraya sambil berdesah nikmat. Musik goth-metal yang seirama dengan ganasnya serangan Dian membuat Irene sakaw. Tubuhnya yang terduduk di dinding pembatas berkali-kali menggelinjang. Kadang dia tertawa, kadang menjerit keenakan. Kedua kakinya mengangkang ke atas. Tangan kiri menumpu tubuh sementara tangan kanannya sibuk memainkan kepala Dian diantara pangkal pahanya.
"Aaahhh… Dian, darimana… aaahhh... kamu belajar… aaahhh... menjilat seperti itu?" pekik Irene kecil. Dikuasai birahi membuatnya tidak bisa mengontrol kata-kata.
Dian sendiri tidak sempat berbicara. Mulutnya terlalu sibuk memainkan setiap sudut selangkangan Irene. Semua teknik yang dia kenal  benar-benar diterapkan secara total. Tidak sia-sia karena  iblis cantik di depannya benar-benar menikmati permainannya. Bahkan Dian sendiri lupa alasan melakukannya.
Saat berada di puncak kesangean, seorang gadis kecil dengan rambut diikat dua berlari menghampiri. Charlotte yang melihat adegan dewasa itu hanya terbengong lama. Irene segera menutupi tindakan Dian dengan dua sayapnya sambil menunjukkan wajah tidak berdosa.
"Ad-aah-da apa aaah… sayang?" tanya Irene terbata, tidak bisa menutupi kesangeannya, sambil  sibuk  mengarahkan kepala Dian ke tempat yang benar.
"Aaa… no-nona Aileen bilang ka-kalau tim angkasa mendekat"
Irene mendengar teriakan perang dari balik tempatnya duduk. Sambil mendesah, dia melihat peserta dari kubu Rasyid tengah menembakkan senjatanya ke arah tembok kota. Irene balik memandang Charlotte.
"Lan-aahh-jutkan patro-aaahhh-limu -aaahhh… biar kami ya-aaah-ng -ah -ah -ah menja-ah-ga -gyaaaahhh…"
Charlotte yang risih dengan kejadian itu menundukkan mata.
"B-b-baik… Saya akan mengabari yang lain!"
"Ya! Ya! Lanjutkan! Lanjutkan! Lanjuuut…," desah Irene meracau dengan kata-kata yang tidak tahu dia tujukan ke siapa. Ke Charlotte atau Dian. Yang jelas, setelahnya Irene menggelinjang hebat diikuti jeritan penuh birahi dan desingan RPG yang melesat menuju kepalanya.
Tembok itu hancur dengan seluruh bagian tubuh Irene dan Dian terberai ke segala arah. Emir Boom memasang kembali RPG ke peluncur roket setelah tersenyum puas tembakan pertamanya berhasil menghancurkan pasangan maksiat itu. Dia lalu menembak lagi hingga meluluhlantakkan tembok dan membuat celah besar  diantaranya.
Emir lalu memimpin tim Angkasa untuk  merangsek maju. Ternyata tim Gurun sudah menunggu di balik tembok sambil menyerang Tim Angkasa dengan rentetan tembakan. Emir sendiri yang sibuk memasang peluru RPG tidak bisa mengelak dari serangan. Tubuhnya langsung hancur saat peluru anti material menghajarnya.
Evelyn di atas Spectre yang dinaikinya, memberondongi siapapun yang mencoba melalui tembok dengan ganas layaknya tentara Nazi yang menembaki Sekutu di pantai Omaha. Beberapa peserta tim Angkasa selain Emir ikut terkoyak-koyak terkena tembakan senjata anti material Spectre. Nyai melihat kondisi yang tidak menguntungkan, bergerak merasuki tubuh Evelyn. Segera saja, Evelyn kesurupan. Dia mengubah arah tembakannya ke tim sendiri. Peserta dari Tim Gurun yang sedang sial, tubuhnya langsung hancur terkena tembakan Evelyn.
Laurell yang menyadari tindakan gila Evelyn, segera meluncur dengan aeroboard-nya menuju Spectre diantara tembakan-tembakan robot itu. Saat hampir dekat, dia meloncat dan membelah aeroboard menjadi dua membentuk lengan bionik. Dia  menghajar Spectre dan merusak senjata robot itu. Tidak berhenti, ditariknya pelindung torso hingga lepas dan menampilkan Evelyn di dalamnya.
Laurell hendak menarik keluar gadis itu dari dalam robot. Tapi Evelyn menembakkan taser gun ke arah Laurell. Cowok itu bergelinjatan di tanah terkena serangan listrik. Evelyn kembali ke kokpitnya saat Ifan menembakkan pistol alkemis ke arah Evelyn. Cewek itu langsung membeku di tempat.
Nyai Dasimah yang gagal dengan Evelyn segera bergerak menuju Ifan. Ifan tertawa merasakan gelagat buruk itu. Diambilnya segera pisau dan dirobeknya arteri lengannya. Ifan bunuh diri agar Nyai tidak memanfaatkan tubuhnya.
Aileen menumpang di atas Mauve terbang ke atas tim Angkasa. Dengan menggila, dia menembakkan Uzi ke kerumunan musuh yang mencoba melewati tembok. Mauve sendiri dengan menggunakan capitnya menjangkau siapapun dan memotong kepala mereka. Siapa yang kurang beruntung langsung dihajar oleh pistol Aileen atau capit Mauve.
Tapi belum usai beraksi, sosok hitam muncul diantara kerumunan tim Angkasa dan melompat ke udara untuk menelan bulat-bulat mereka berdua. Aileen yang terkejut, oleng dari pundak Mauve dan langsung disambut mulut dari sosok hitam tak berbentuk itu. Aileen digiling habis hingga darahnya muncrat kemana-mana. Mauve bermanuver menghindari terkaman makhluk hitam tanpa nama itu saat Pito menutupi matanya. Mauve berusaha membuang kertas itu tetapi sosok hitam yang mengejarnya berhasil menangkapnya terlebih dahulu dan menelannya bulat-bulat.
Irene sendiri melayang tinggi dan meloncat di tengah kerumunan tim Angkasa. Mereka langsung mengepungnya saat Irene memberikan isyarat tangan.
"Tunggu! Aku ingin memperkenalkan teman-temanku!"
Irene memegang Gomora dan menunjukkan ke arah mereka, "kalian pasti sudah saling mengenal."
Irene menebaskan Gomora di udara kosong, menghadirkan semacam lubang portal. Peserta yang penasaran melongok. Terdengar suara erangan sebelum tiba-tiba kepala T-rex muncul dan menggigit peserta yang penasaran.
Tim Angkasa yang mengepung Irene tercerai-berai. Seekor T-rex keluar dari portal dan menggigiti siapapun di dekatnya. Beberapa Velociraptor ikut bermunculan dan menyerang dengan beringas. Jeritan mengerikan dan buraian darah dan daging  mulai menghiasi arena pembantaian itu. Kehadiran tamu dari Isla Wunder disini cukup memporak-porandakan tim musuh. Irene tertawa liar sambil melayang pergi dari tempat itu.
"Hey!!! Kau tak bisa lari semudah itu!!!"
Azusa ternyata sudah mengejarnya dengan sepatu rodanya. Dia  melompat tinggi menyusul Irene. Dilayangkan Regalia ke arah Irene yang segera menyambutnya dengan Gomora.
Gomora dan Regalia beradu. Percikan dua energi pedang itu menghasilkan gelombang hempasan ke segala arah. Irene menyeringai saat melihat Azusa yang tersenyum sinis.
"Akhirnya, kita bisa mengadu kekuatan pedang kita," ujar Azusa.
"Jangan kuatir. Aku baru saja pulang dari Neraka untuk menempanya"
"Mari kita lihat seberapa hebat rapiermu ini," Azusa tertawa, "tidak ada dendam, kan?"
"Tidak ada!" balas Irene menyeringai.
Azusa menjejak tanah. Dia menebas Velociraptor yang mencoba memangsanya. Irene mengikutinya turun sambil melayangkan Gomora. Azusa mencabut Wiseman dan menangkis serangan itu. Gomora kini beradu  dengan Wiseman, menyebarkan percikan api kemana-mana. Azusa memanfaatkan sudut kosong Irene untuk menebaskan Regalia. Irene lebih sigap. Dia mengelak dari jalur tebasan untuk kemudian menendang lawannya.
Belum siap Azusa menahan daya dorong dari tendangan Irene, lawannya sudah melayang tinggi dan mengayunkan rapiernya. Azusa menangkisnya dengan Regalia sementara Wiseman dipakainya untuk menumpu tubuh di tanah.
Mengibaskan sayap, Irene melayang menjauh. Azusa melompat menyusul menggunakan percepatan sepatu rodanya. Senjata mereka bertemu lagi di udara. Serangan demi serangan dari kedua pedang Azusa ditangkis sebisanya oleh Irene. Keahlian berpedang didukung dua pedang sakti membuat Azusa lebih sukses menyudutkan Irene. Di satu momen, Azusa melihat kelengahan Irene. Digunakannya kedua senjatanya untuk menebas sayap Irene, membuat gadis itu berteriak kesakitan dan terhempas ke tanah. Azusa ikut menyusul sambil mengarahkan ujung Regalia tepat ke kepala Irene.
Tapi rencana Azusa terhenti saat dia terpaksa menggunakan Wiseman sebagai perisai untuk mementalkan rentetan peluru yang ditembakkan Aileen. Dua pistol colt di masing-masing tangannya menyalak tanpa henti sehingga memaksa Azusa bertahan.
Irene yang mendapat angin, langsung bangkit dan menerjang Azusa. Tapi serangannya dipatahkan Regalia. Irene menyerang lagi dari sudut berbeda. Azusa masih bisa mementalkan arah pedangnya. Sementara Wiseman masih dipakai Azusa menangkis rentetan tembakan Aileen, Azusa membalas tebasan Irene dengan tusukan balik Regalia. Pedang itu menembus jantung Irene.
Irene membelalak kesakitan. Aileen sebisa mungkin bergerak menolong Irene dengan memberondong Azusa menggunakan Uzi-nya. Azusa, tanpa mencabut Regalia yang tertancap pada Irene, secepat mungkin menghampiri Aileen. Di satu kesempatan, Azusa menebas lengan Aileen dan menendangnya.
Aileen menyumpah kesakitan saat terjerembab ke tanah. Azusa hendak mengejarnya lagi dan bersiap-siap menebas kembali gadis itu. Tapi usahanya berhenti saat Irene yang terduduk tak berdaya memanggil namanya.
Azusa menoleh. Irene sudah menodongkan Sodom padanya. Begitu pelatuk dilepas, rentetan peluru api melesat menuju Azusa. Azusa bergegas berlari menghindari jalur peluru secepatnya. Tetapi peluru itu mengejar Azusa dengan mengikuti arah geraknya. Gadis itu menggunakan Wiseman sebagai tameng. Tetapi jalur peluru berubah menghindari Wiseman dan menembus perut Azusa. Gadis itu terjerembab dengan perut terbakar. Sodom tidak memberi kesempatan. Peluru-peluru selanjutnya menyusul dan bergerak mengikuti jalur peluru sebelumnya menuju arah Azusa tergeletak.  Gadis itu dihajar berkali-kali tanpa diberi kesempatan membela diri. Sodom terus membombardir targetnya hingga Azusa benar-benar hancur dalam kobaran api.

-3-
Kapal udara Rasyid begitu sepi saat Irene, diantar Ifan menggunakan Avant Garde, menjejakkan kaki di atapnya. Kapal berbentuk mirip peti mati itu melayang tenang di atas ketinggian, jauh dari hiruk pikuk pertempuran di bawahnya.
Ifan memberi salut saat dia bersama Ebenezer dengan Hamsterball-nya menjauh dari kapal Rasyid. Sama seperti Ifan, Ebenezer juga mengantar seseorang. Morgen dari kejauhan berjalan menghampirinya.
"Kenapa suasananya begitu tenang?" ujar Morgen melihat sekeliling.
"Ya, ada yang tidak beres!" balas Irene sambil mulai berjalan menuju palka. Morgen menahannya.
"Tunggu! Kita harus menunggu Ifan dan Eben mengantar yang lainnya kemari…," ucapan Morgen tertahan oleh rasa sakit yang menyerang ulu hatinya. Irene memahami perasaan itu.
"Kau merasakannya juga? Nyeri itu pertanda boneka kita ada yang mati," ujar Irene.
"Ya…, ini yang keempat kalinya."
"Nah, kau tahu kan kenapa kita harus bergegas?"
Morgen memahami urgensinya. Tapi dua orang memasuki markas utama musuh adalah perbuatan bodoh. Irene memahami keraguan Morgen.
"Begini, kau berjaga-jaga saja disini. Biar aku yang masuk terlebih dulu!"
Morgen sedikit keberatan. Tapi melihat tekad Irene, dia terpaksa mengangguk.
"Aku akan menyusul begitu Ifan dan Eben kembali membawa yang lain."
"Itu takkan lama," senyum Irene. Diapun mulai bergerak maju.
Kapal besar itu begitu lengang. tidak ada satupun makhluk berhasil dijumpai Irene. Baik di palka maupun di kabin, semua terasa hening. Setiap lorong yang dilalui Irene hanya menggumamkan suara gema langkah kakinya. Tidak ada apapun.
Meskipun begitu, sesekali Irene bisa merasakan ada sekelebat bayangan, yang saat dia periksa ternyata tidak ada. Atmosfer di tempat itu terasa sangat berat. Meskipun Irene bukan tipe penakut, tapi entah kenapa dia merasa begitu depresi. Suasana hening itu seakan sedang mengoyak batinnya.
Perlu waktu beberapa menit hingga Irene  menemukan anjungan. Dan seperti diduga, tidak ada siapapun disana. Irene sekilas melihat ada bayangan orang di kursi komando. Dia menduga itu Rasyid.
Persetan dengan suasana ini. Irene cukup menangkap Rasyid dan menurunkan kapal ke gurun untuk mengklaim kemenangan.
Dihampirinya kursi itu. Dia terkejut melihat Rasyid memang duduk disana, tapi dengan tubuh tanpa kepala!
"Kau terlambat, hunny!"
Belum selesai terkejut, Irene melihat gadis berambut hitam duduk  beberapa meter di depannya sambil membawa kepala Rasyid.
"Aku sudah menangkap Rasyid duluan saat kalian sedang asyik di bawah sana, dan aku sengaja menunggumu untuk, uhm, mencela kelambananmu"
"Nadel! Jadi kau mengendap-endap disini selagi kami mempertaruhkan nyawa di gurun? Wow, aku tidak pernah menjumpai hal yang lebih hina…"
Tiba-tiba semua layar monitor menampilkan tayangan tentang sekelompok orang, lebih tepatnya tim Angkasa, berkumpul disana dalam kondisi tertidur dan lemah.
"Aku berjuang juga! Sendiri! Dengan intuisi dan insting, aku yang membuat semua peserta tim Angkasa yang memilih bersembunyi seperti pengecut disini, terperangkap disana. Dan dengan tanganku sendiri aku menangkap Rasyid!"
Irene berdecak kagum, "Wow! Mengurung mereka  dalam satu ruangan? Aku penasaran, bercinta dengan siapa kau kali ini?"
Nadel tertawa kecil, "Kau pasti tak percaya, tapi aku mendapatkan skema kapal ini dari pasar gelap. Aku juga membutuhkan beberapa tabung gas tidur, beberapa pengacau gelombang, perangkap listrik, perusak sonar, dan tentu saja sekutu yang pantas!"
Pria kekar berkacamata hitam muncul di belakang Irene. Gadis itu tertawa.
"Wah, sekarang  hobimu menjilati burung ya!"
"Bicaralah semaumu, karena tak lama lagi, kamu akan kena diskualifikasi!"
"Ancaman lain?"
"Ideku seperti ini: Kamu akan terkapar di kursi ini, memegang kepala Rasyid diantara selangkanganmu, dan mengurung semua orang untuk kau ajak bunuh diri dengan menabrakkan kapal yang penuh muatan bom, terima kasih Abu, ke kota Gurun tepat di lokasi Soraya berdiri. Persis seperti skenario 9/11 yang dibayangkan Abu! Lalu kita lihat penghujatan seperti apa yang bakal kau terima?!"
Wajah Irene memerah. Tanduknya mencuat dan sayapnya berubah hitam.
"Kau memang jalang super brengsek!!!"
"Oh, ayolah! Lihat sisi positifnya! Aku sudah membalaskan kedongkolanmu ke Rasyid. Bukankah dia tidak menepati janji saat kau menyerahkan bukti persekongkolan Miranda kepadanya? Kukira kau tahu juga kalau dia mengancammu balik menggunakan bukti rekaman saat kau sedang ber-ah-ah-uh-uh ria dengan Miranda. Apa kau tidak merasa kesal? Berterimakasihlah padaku!"
Irene sudah malas berkata-kata. Dia menarik Gomora dan menyerang Nadel. Nadel bergerak lebih cepat, dia menembak Irene dengan pistol air.
Irene terkejut dan menangkisnya dengan Gomora. Ternyata air itu bukan air biasa. Gomora lumer, meleleh seperti besi yang terkena panas kuat. Kulit Irene yang terkena cipratan air itu juga melepuh. Irene menjerit.
Nadel tertawa puas melihat efek air suci yang ditembakkannya lebih dahsyat dari yang dia kira. Diambilnya buku bersimbol salib dari saku dan mulai membaca halaman yang ditandai.
"Coba kita lihat, bagaimana kamu menanggapi yang satu ini…," Nadel mulai membaca nyaring, "Mazmur Daud! Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku…"
Irene membelalak. Tubuhnya tersentak. Dia menjerit sekuatnya.
"…Dia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya…"
Irene mengerang, menjambak-jambak rambutnya. Dia kejang-kejang. Kulitnya mulai banyak melepuh.
"Walaupun aku berjalan di dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya. Karena Engkau besertaku!"
"Br-bre-brengSEEEKKK!!!" Irene meronta kesetanan. Tubuhnya mulai mengeluarkan asap. Dia menggelinjang tidak karuan kesana kemari. Nadel terus melanjutkan membaca sampai akhirnya Irene terbujur tak berdaya dengan semua bagian tubuh melepuh dan berasap.  
Tertawa puas, Nadel menutup alkitab dan berjongkok di depan Irene, memukul-mukulkan alkitab ke kepalanya.
"Irene sayang, seingin apapun kau membawaku dalam Neraka Feles-mu, aku yang akan selalu lebih dulu menjebakmu dalam nerakaku!"
Abu menghampiri Nadel, "Cukup! Kita harus bergerak!"
Nadel berdiri dan mengangguk, "kau sudah dapatkan apa yang kau inginkan?"
"Benda itu ada di bilik perawatan. Kau? bagaimana caramu mengklaim kemenangan?"
Nadel mengambil rekaman di panel kendali dan menunjukkannya pada Abu. Abu mengangguk paham.
"Aku akan mengubah lintasan kapal. Kau, buat jalang itu terkapar di kursi," atur Nadel. Abu segera bergerak sementara Nadel langsung sibuk mengutak-atik panel. Tapi belum selesai urusan, dia terkejut melihat Irene masih terkapar di lantai.
Dimana Abu? Dia menoleh ke sekeliling. Tidak ada siapapun. Apa Abu meninggalkannya? Tiba-tiba mata Nadel menangkap sosok sedang berdiri di samping Irene. Sosok berambut panjang dan berbaju putih itu melayang perlahan.
"Siska?" Nadel tertegun sejenak, heran, bagaimana dia bisa seceroboh itu melupakan satu peserta ini? Seharusnya dia memeriksa ulang para tawanan sebelum meninggalkannya. Sosok itu mendekat seiring aura depresi yang semakin kuat menekan Nadel.
"Uwuuuu…kenapa? Kenapa kau membuat timku kalah?"
"Berisik!" Nadel mengarahkan pistol air ke Siska. "Akan kubuat kau bernasib sama seperti…"
Belum selesai berbicara, Dian muncul dan menghajar Nadel. Gadis itu sempoyongan, terkejut ada sosok hantu lain yang mendadak muncul. Diarahkan pistol air ke Dian dan menembakinya. Tapi tidak ada efek.
"Oh, ayolah! Jangan menyamakan aku dengan mereka! Denganku, kau butuh Ayat Kursi!"
Dian memberi Nadel bogem mentah lagi dan lagi hingga dia terkapar. Dia lalu menatap Siska yang dibalas dengan senyum manis.
"Terima kasih!"
"Abu?"
"Kuteleportasi dia ke suatu tempat," ujarnya. Dia lalu melayang menjauh dan pundung di pojokan karena timnya kalah.
Bersamaan dengan itu Irene terbangun dari lantai dengan terbatuk-batuk. Dian membantunya duduk di kursi.
"Kakak tidak apa?"
Irene terkejut memandang Dian, "se-sejak kapan?"
"Saat Kakak berangkat bersama Morgen kesini. Aku kuatir terjadi apa-apa jika hanya kalian berdua. Untuk itu aku mengikuti dengan sembunyi-sembunyi."
Irene tersenyum. Dia mengambil kepala Rasyid yang tergeletak dan menyerahkannya kepada Dian.
"Untukmu! Turunkan kapal dan klaimlah sebagai kemenanganmu!"
Dian terkejut. Matanya membelalak tidak percaya dengan keputusan Irene. Dia hampir saja menolak keinginan Irene kalau saja gadis itu tidak memaksanya.
"Kalau tidak ada kamu dan hantu itu, mungkin kompetisi ini sudah bubar sekarang."
Dian tersenyum gembira dan mengucapkan terima kasih. Saat Morgen dan beberapa rekan dari Tim Gurun masuk, Irene menahan laju Dian menyambut mereka.
"Apa kau ada waktu malam ini? Aku butuh treatment khusus di ranjang," ujarnya sambil mengerling.
Kapal angkasa mendarat mulus di depan kota Gurun. Soraya dan tim berteriak girang menyambut kemenangan mereka. Soraya lalu menutup ronde dengan sebuah lagu.
All we pray, alone we can't decide;
Catholic in the morning, Satanist at night!
====

Komentar

  1. Buseeet, baca paruh pertama aja udah bikin saya sesak napas.

    Entry ini begitu padat, berisi, ramai, serta hiruk-pikuk battle dengan aksi gebuk sana sini.

    Saya punya keluhan soal pacing yang terlalu padat. Sebagai pembaca yang belum paham karakterisasi dan siapa si A, B, dan C yang dijelaskan bak-bik-buk di awal, saya sukses dibuat bingung akan siapa sedang melakukan apa terhadap siapa.

    Dari awal penulis langsung main tembak, si A melakukan anu, terhadap C, dibalas oleh D, lalu ada E melakukan oho terhadap A. Saya dapat impresinya seperti itu, karena gak bisa baca santai untuk menikmati cerita. Otak saya dipaksa bekerja keras untuk mengingat-ingat, serta mencari tahu siapa dan seperti apa tokoh yang sedang dinarasikan ini.


    Anyway, Dian jadi sex slave-nya Irene? Atau kebalikannya? Hubungan mereka bisa jadi OTP, wkwkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya