[Ronde 2] Charlotte Izetta - Anak Panah sang Malaikat Kematian Dan Kebangkitan

By: Kagetsuki Arai

Ronde II 
Anak Panah sang Malaikat Kematian Dan Kebangkitan

Jazdia menatap gadis kecil yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya sakit, penuh luka dan kehilangan banyak sekali darah. Dari jendela besar di belakang gadis kecil itu ia bisa melihat kota disiniari dengan cahaya merah muda, bukti bahwa Jazdia kalah. Ia berusaha bangun, namun gadis itu menginjak tangannya.
"Kau kalah, tetap di sana," suaranya terdengar manis, namun Jazdia paham betul bahwa ia sangatlah berbahaya, "Di dalam tubuhmu ada sebuah virus berbahaya. Sekali jentikan aku bisa mengubahmu menjadi monster. Kau akan jadi lebih kuat, namun kebanyakan orang kehilangan akalnya."
Gadis itu menyeringai seram.
Bagaimana Jazdia bisa terluka seperti ini? Bagaimana ia bisa dikalahkan oleh gadis kecil ini? Jazdia tidak mengingat banyak, namun ia sangat percaya diri saat pertama kali melihat foto lawannya dan wajah gadis itu di rekaman video ronde satu, ia yakin bisa mengalahkannya. Lawannya, Charlotte Izetta, terlihat seperti anak kecil. Melawan dirinya, seorang agen rahasia terlatih, Jazdia yakin sekali ronde ini akan sangat mudah.
Kalau dipikir lagi, kepercayaan diri itulah yang mungkin menyebabkan dirinya dalam kondisi seperti ini. Namun bagaimana itu terjadi?
Ya, kalau diingat lagi semua itu di mulai di lantai satu saat sekelompok monster itu menyerang.
~Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries~
Jazdia Crystalpark, akrab dipanggil Jaz, memandang ke luar mall yang kini dikepung monster berbentuk beraneka ragam. Sekelompok polisi memblokade pintu menara Bebal dan banyak warga sipil ketakutan duduk di pusat mall.
Makhluk apa itu?
Jaz cukup percaya diri soal mencapai tujuan yang ditetapkan panitia. Kalau lomba cepat, mobil Mercedes-Benz AMG S63 miliknya terbukti unggul. Dan sekali ia mencapai menara, ia bisa melumpuhkan lawannya dari atas.
Strategi simpel : Sampai terlebih dahulu di menara, lumpuhkan lawan, kemudian mendaki semakin tinggi.
Namun kini ia sudah sampai di lantai delapan dan Jaz tak melihat dimana lawannya. Malahan kini mall di kepung oleh monster seperti game horor survival. Dimana musuhnya? haruskah Jaz naik saja dan mengabaikan musuhnya? Belum selesai pikirannya menganalisa berbagai strategi yang akan dilaksanakan, tiba-tiba pintu mall pecah begitu saja dan monster-monster itu tumpah masuk ke dalam mall dan diantara mereka, sesosok gadis menunggangi monster srigala raksasa, melompat masuk.
"Takutlah manusia!" teriak gadis itu penuh kemenangan.
Lawannya sudah ditemukan, jadi saatnya Jaz membidik.
Ia mengabaikan bentrokan antara monster-monster berbahaya yang seperti keluar dari Tokusatsu melawan petugas keamanan dan polisi. Mengingat monster-monster itu jauh lebih besar dari rata-rata manusia, pihak petugas keamanan dan polisi sedang dibantai.
Namun Jaz mengabaikan kerusuhan itu, Ia menarik busur panahnya. Ia sudah melihat targetnya, Seorang gadis yang mungkin tak lebih dari 15 tahun menaiki srigala besar dengan senyuman penuh kemenangan. Gadis itu memacu srigalanya menuju lantai teratas namun tentu saja Jaz tak akan membiarkannya.
Target pertama, hilangkan kendaraan lawan. Tanpa kendaraan, peserta akan bergerak lebih lambat. Jaz melepaskan anak panahnya dan seketika sang srigala kehilangan kepalanya.
Lawannya terpental jauh, namun rupanya gadis itu jauh lebih cekatan dari yang ia kira. Dengan cepat ia bangkit dan langsung menemukan lokasi Jaz menembak. Jaz hanya menyeringai dan kemudian menarik anak panah baru di busurnya. Namun ternyata lawannya itu cukup cerdas untuk tak terkena serangan yang sama dua kali. Dengan cepat ia bergerak menghindari anak panah kedua Jazdia dan bersembunyi di salah satu kios.
Namun gadis itu masih muda, ia tak memperhitungkan kalau anak panah ini bisa menembus kios yang terbuat dari papan kayu. Apalagi dengan sihir. Oh, tapi ia tak boleh membunuh, kan? Jazdia kemudian memperhitungkan kembali targetnya yang bersembunyi dan kemudian melepaskan anak panahnya.
Sebuah teriakan kesakitan terdengar dan sekali lagi Jazdia tersenyum. Seluruh monster yang tadinya menyerang manusia kemudian berkumpul ke arah tuannya dan berusaha melindungi tuannya. Namun terlambat, satu anak panah dilepaskan lagi dan kali ini Jazdia percaya diri ia bisa memberikan luka fatal pada gadis itu. Dan saat anak panah mengenai target, semua monster di sekelilingnya jatuh tak berdaya.
"Mungkin sekarang aku bisa menambahkan pemburu monster sebagai jabatanku, eh?" Jaz tersenyum kecil.
Melihat bagaimana monster-monster itu tiba-tiba jatuh tak berdaya dan sebuah tangan gadis cilik ada di antara bangkai monster itu, Jaz menyimpulkan bahwa sekali kepala terbunuh, semua monster itu akan jatuh.  Mungkin gadis cilik itu terbunuh? ah, apakah panitia akan mendiskualifikasinya kalau ia  mati? tak perduli. Kalau memang iya, pasti panitia akan langsung datang dan memberi peringatan padanya. Lagi pula melihat teknologi NGSR, menghidupkan seorang gadis kecil pasti perkara mudah. Mana bisa agen rahasia sepertinya menahan diri untuk membunuh?
Melihat para monster di mall itu telah kehilangan nyawanya, beberapa pasukan keamanan mall memeriksa bangkai-bangkai itu, namun itu sudah bukan urusan Jaz. Jadi Jaz memasuki lift staff dan melanjutkan perjalanannya ke lantai 86. Ia berharap perjalanan bisa lebih cepat atau mungkin musik membosankan ini bisa berganti. Namun sayang sekali ia harus bersabar. Dengan musuh sudah dikalahkan, ronde ini sudah pasti dimenangkan Jaz.
+Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries+
Kepercayaan diri berlebihan menyebabkan kelalaian. Kalau saja Jazdia memeriksa terlebih dahulu apakah lawannya benar-benar terluka fatal karena anak panahnya, mati atau minimal kehilangan kesadaran, mungkin ia akan melihat Chalice kehilangan tangan kirinya namun tersenyum kecil dan masih sadar.
Tampaknya bagi gadis itu, kehilangan tangan kiri bukanlah hal besar karena tanpa rasa sakit, gadis itu bangkit dan kemudian membangunkan seluruh ganster di bawah kendalinya. Tangannya tak berdarah dan ia tak merasakan sakit apa-apa dari luka itu. Gadis mungil itu lalu berlari menuju lantai delapan dan kemudian memegang lift di hadapannya.
Sedikit berkosentrasi menggunakan kekuatan technopath miliknya, ia kini sudah mendapatkan seluruh skema lift gedung ini, posisi dimana lawannya berada dan kendali penuh akan seluruh teknologi di menara bebal. Anehnya tiga panel pengendali cahaya ada di sistem yang berbeda sehingga Chalice tak bisa mengendalikannya dari sini dan menang secara instant.
Oh, tapi gedung ini gedung modern, dengan gedung modern ini Chalice bisa mengendalikan semua sistem yang terhubung ke jaringan lokal. Jadi ada banyak hal yang bisa Chalice lakukan untuk menghambat Jazdia. Mungkin ia akan menakuti sedikit wanita itu?
+Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries+
Sementara itu, Lift yang sudah terlebih dahulu naik akhirnya sampai di lantai dua puluh. Tentu saja Jazdia tak memahami kenapa ia harus berhenti di lantai itu, namun pintu tetap terbuka dan ruangan gelap menyambutnya. Jazdia menatap kegelapan itu beberapa detik sebelum tiba-tiba satu persatu lampu menyala dan menunjukkan banyak sekali animatronik.
ruangan apa ini? kenapa ia berhenti di sini? menurut instruksi panitia, harusnya lift ini mengantarnya langsung ke lantai 86 tanpa berhenti di lantai manapun.
Jaz menarik Five Seven dari sakunya dan membuka kunci keamanan pistolnya.
Sebuah animatronik beruang tiba-tiba bergerak, dengan lagu anak-anak ceria keluar dari speaker di mulutnya.
"Ayolah biarkan kami masuk,
Jangan simpan kami di tempat ini,
Kamu bukan benda rusak."
Beruang itu bergerak mendekat dan Jaz mengarahkan pistolnya ke kepala sang animatronik beruang.
"Kami adalah jiwa kecil yang malang,
Telah kehilangan semua kendali
Dipaksa mengambil peran ini."
"Peran untuk..."
Lagu belum selesai, Jaz menembak kepala sang beruang. namun tak disangka empat animatronik lain ada di belakang sang beruang yang kehilangan kepalanya.
"Bergabunglah bersama kami!" lagu menyeramkan itu berakhir dan empat animatronik melompat ke dalam lift.
Jaz menembakkan kembali pelurunya, tiga gugur. Namun satu berhasil masuk sebelum lift tiba-tiba menutup dan kembali bergerak. Secara reflek Jaz menembak lagi kepala animatronik kelinci yang berhasil masuk hingga kepalanya hancur berkeping-keping. Jazdia tak mudah ditakuti. Demi tuhan, ia adalah pemimpin CSA, organisasi yang bertugas mencegah perang dan ia sudah melihat banyak hal buruk di medan perang.
Menarik nafas, Jaz menatap Animatronik tak berkepala itu. Apa yang barusan terjadi?
~Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries~
Jaz akhirnya mencapai lantai 86 dan lantai staff dipenuhi oleh papan kendali dan komputer ini kini sedang kosong. Lampu menyala terang dan tak ada animatronik sepanjang mata memandang. Namun sekelompok monster telah menyambutnya. Ia melihat ke arah jendela dimana monster-monster itu masuk ke lantai 86.
"Hah? Monster itu mendaki menara ini dari luar?" Jaz berkata tak percaya.
Monster-monster ini masih hidup artinya animatronic bergerak tadi adalah ulah Chalice, lawan mungilnya. Jadi ia mengeluarkan busurnya dan mulai membidik ke arah jendela terbuka itu. Dilepaskannya Crystal Arrow dengan sihir peledak di dalamnya dan begitu kena, seluruh monster jatuh dari jendela itu.
Dua belas monster tersisa dan Jaz mulai menarik kembali crystal arrownya. Kulit monster itu keras, namun crystal arrownya jauh lebih keras dan tajam, jadi dalam waktu singkat monster-monster itu berguguran. Menarik nafas, Jaz mulai berpikir. Bagaimana monster-monster itu masih hidup? Antara sang pemimpin masih hidup dan berhasil membohonginya atau monster-monster itu bergerak tanpa pimpinan.
Yang pertama lebih masuk akal, Jaz lupa memeriksa mayat gadisi itu dan percaya ia telah mati dari potongan tangan saja. Menyimpulkan demikian Jaz kembali menaikkan kewaspadaannya dan mulai mendaki tangga. 
Namun tanpa ia sadari, Animatronik yang tertinggal di lift itu mulai bangkit dan bergerak.
Jazdia terengah-engah dan ia membenci tangga. Jadi ia menarik nafas dalam-dalam dan beristirahat sejenak di balik pintu menuju lantai 87. Ia memastikan peluru telah masuk ke dalam pistolnya dan busurnya siap ditarik. Belati yang terikat di kakinya sudah siap ditarik dan apapun di balik pintu ini pasti akan membahayakannya. Monster-monster itu lagi? ataukah malah menghadapi gadis kecil yang memimpin monster-monster ini?
Jazdia membuka pintu dan menemukan seorang gadis bertangan satu menembakkan sub-machine gun di tangannya. Jazdia dengan sigap menghindar dan dengan cepat menembakkan balik pistolnya. Musuhnya tak mengeluarkan darah, aneh. Namun Jaz tak memerdulikan hal itu. kini wanita elf itu bergerak penuh adrenalin dan menembakkan pistolnya sembari menghindari peluru yang diarahkan padanya.
Namun tak disangka, tiba-tiba gadis itu melompat ke arah Jaz dan menendang perutnya. jaz terjatuh ke belakang, namun alih-alih lantai, tubuh sebuah animatronik menangkapnya dan dengan cepat mengekang kedua tangan Jazdia.
"Guh...Keparat!"
"Ah, musik di telingaku," gadis kecil itu tersenyum lebar, "Kau tahu? aku di dunia asalku aku ini adalah musuh umat manusia lho dan hinaan dan cacian macam itu adalah hal yang biasa kudengar."
"Oh! jadi kau adalah iblis ya?" Jazdia menantang, "Menangkap malaikat sepertiku, apa yang kau mau? kau bisa saja kan naik langsung ke atas dan memenangkan pertandingan."
"Mana bisa?" gadis itu menunjuk tangannya yang terpotong, "Ini karena kamu lho? masa aku tidak membalas perlakuanku padamu?"
Gadis itu mendekat dan kemudian memegang tangan kiri Jazdia.
"Namaku Chalice dan orang yang tidak segan memotong tangan seorang gadis seimut aku pasti tidak memiliki banyak belas kasihan," gadis itu mengangkat Sub-machine gunnya dan melihat sebuah bilah pisau di ujung senjata itu Jazdia mulai panik, "bagaimana kalau kita lihat bagaimana kalau gadis seimut ini juga mengambil tanganmu?"
dan pisau itu mengayun ke tangan kiri Jazdia, dengan mudah memotongnya.
Jazdia berteriak keras dan sang malaikat terbangun.
+Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries+
Sang Malaikat, bisa dibilang itu adalah mode berserk milik Jazdia. Pemicu sangat mudah dan ini sering membuat atasannya di masa ia bekerja sebagai agen rahasia atau petugas militer marah-marah. Melihat darah dan dalam bahaya. Bagi agen espionase dimana melihat darah dan nyawa dalam bahaya adalah hal yang biasa dan kehilangan kendali akan tubuh, meski dengan kekuatan jauh lebih besar dari normal, membuat banyak sekali tugas tak selesai.
Jazdia menggunakan mode ini di ronde satu, mode ini direkam oleh panitia untuk kemudian ditayangkan pada warga. Alhasil, beberapa peserta juga mengetahuinya saat mereka melihat rekaman ulang ronde satu. Kalau dipikir lagi, Chalice juga tahu soal sang malaikat, namun ia tak memahami pemicunya dan itu adalah kesalahan fatal. Namun itu bukan satu-satunya kesalahan fatal yang ia lakukan.
Banyak hal yang bisa dilakukan Chalice saat itu, apapun selain dengan bodohnya diam di tempat saat lawannya diselimuti aura hitam. Animatronik yang menahan tubuh lawannya dengan cepat dihancurkan dan kemudian tangan kanannya memukul Chalice tepat di wajah.
Sakit, namun hal yang lebih sakit ia rasakan saat lawannya itu menendang Chalice dan kemudian menginjak perutnya, menahan tubuh Chalice tetap di lantai.
Aura hitam itu kemudian menutupi tangan kiri yang baru saja Chalice potong dan membentuk tangan baru, tangan yang amat hitam dan menjijikkan.
Dari tangan itu sebuah anak panah muncul dan dengan busurnya, lawan Chalice mengarahkan anak panah bewarna hitam itu ke kepala Chalice.
"Tch, game over."
Dan sebuah anak panah menembus kepala Chalice.
~Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries~
Tak beberapa lama, Jazdia akhirnya mengendalikan kembali tubuhnya. Namun tubuhnya terasa sakit, nafasnya terengah-engah dan tangannya terasa mati rasa. Wanita itu dengan susah payah tak melihat darah dari luka itu, namun mati rasa itu membuat Jazdia sadar bahwa ia kehilangan salah satu tangannya.
Namun terluka dan kelelahan membuat jaz bergerak lambat menuju lantai 88 dimana panel kendali lampu kota berada. Membuka pintu, ia tersenyum kecil dan berjalan menuju panel kendali terdekat. Panel kendali itu cukup sederhana, geser switch ke kiri untuk merubahnya jadi emas dan geser switch ke kanan untuk merubahnya mejadi pink.
Jazdia menyentuh switch itu dengan tangan kirinya ke kanan dan...tunggu, apa?
Jaz menatap tangan kirinya, tangan yang seharusnya sudah tak ada karena terpotong, sejak kapan tangan itu tumbuh? tunggu, tangan itu lebih kecil, ini bukan tangannya.
Apa yang terjadi.
"Halo, jazdia?" Sebuah suara terdengar yang sangaaat familiar.
Tubuhnya digerakkan paksa oleh sesuatu dan ia kini berjalan ke panel kendali lain. Perlahan ia bisa merasakan rambut pirangnya berubah menjadi kecoklatan, setiap langkahnya ia menjadi semakin pendek, hingga akhirnya ia sampai di panel kedua dan sebuah cermin ada di dekat panel itu.
"Aku lihat kau menikmati tubuh barumu,"
Tubuh baru apanya? Saat ini tubuh Jazdia seperti boneka yang bagian-bagian tubuhnya diganti dengan boneka lain. Rambutnya campuran antara pirang dan coklat, tangan dan kakinya besar sebelah dan bajunya compang-camping gabungan dari pakaian tugas lapangan dan jumpsuit dan jubah milik lawannya.
"Sayangnya aku harus mengambil alih tubuh ini darimu."
Tangannya bergerak kembali ke arah switch, dan saat switch itu didorong ke arah kanan, Jazdia kehilangan kesadarannya.
~Scene Break ini dipersembahkan oleh NGSR Industries~
Saat Jazdia sadar, ia sudah ada di situasi ini. Bagaimana gadis itu masih hidup? Jazdia mungkin tidak dalam kendali tubuhnya, namun ia ingat benar bahwa sang malaikat menembakkan anak panahnya di kepala Chalice. Namun apakah itu penting? Jazdia sudah kalah saat ia melihat lampu kota bewarna merah muda alih-alih emas.
"Kau penasaran?" Chalice menantang, "Aku yakin saat ronde tiga nanti orang akan mulai bertanya-tanya bagaimana aku bisa hidup lagi? Kemampuan apa yang aku punya hingga aku bisa mengambil alih tubuhmu dan kemudian menggunakannya untuk menciptakan tubuh baru ini?"
"Karena aku adalah classic villain dan kau sudah kalah, aku akan beritahu rahasiaku padamu," Chalice mendekatkan mulutnya ke telnga Jazdia dan berbisik, "Saat aku melukaimu, aku memasukkan virusku dan kemudian membuat back-up diriku, sehingga jika aku mati aku bisa hidup lagi. Bisa dibilang ini adalah continue coin."
Sebuah helicopter melayang di jendela dan sekelompok orang medis masuk keruangan. Jazdia diangkat dan kemudian diterbangkan. Namun ia masih menyimpan senyuman sadis Chalice. Apakah kelak ia bisa membalas dendam padanya? Itu adalah pikiran terakhir Jaz sebelum ia kehilangan kesadarannya.
tO ThE nExT GaMe?

Komentar

  1. saya iri penulis bisa menambahkan kata2 "Scene Break ini dipersembahkan blablabla..." hingga beberapa kali di entri, meskipun saya tdk menangkap apa maksudnya, mgk ingin membuat pembaca seolah2 mereka sedang menonton tayangan, bukan membaca? tapi ini JELAS2 seakan2 ingin pamer kalo penulis masih punya banyak stok ruang utk 3000 kata dan dia menghambur2kan dgn menggunakan istilah "scene break ini dipersembahkan lalala..."

    Saya blm bisa menangkap cara Chalice membuat backup? dia mengambil tubuh Jazdia yang berubah menjadi tubuh Chalice, lha terus tubuh Jazdia?

    eh, drmna ya CHalice dapat monster2 itu? mgk dgn menulari penduduk sipil? tapi bukannya proses jadi monster itu lama ya? tiga puluh menitan kan?

    engh, adegan battlenya dibuat non linier, tapi ttp bisa diikuti. dan seru juga ternyata jazdia bisa berubah berserk. eniwei, jaz ini hemopobia, seharusnya ada perasaan takut2 gitulah saat memotong tangan chalice.

    keseruan ini membuat Irene sange, dan memberikan poin 9/10

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, saya emang kebiasaan bikin narasi tipis. Jadi biasanya cerita kelar belum sampe 2k.
      - Chalice itu muntahin lagi badan Jazdia karena ada rule ga boleh bunuh. Aslinya kalau bisa ambil alih total, dia bisa lebih kuat. Tapi karena rule, Chalice cuma ambil apa yang dia perlu buat rekontruksi badan, makanya Jazdia disitu lemah banget.
      - Chalice bisa bikin banyak sekaligus dan di luar menara kan ada banyak orang, memang nunggu lama, tapi bisa dipercepat, ga instan juga sih. Dan yang dipercepat gini lebih lemah biasanya.
      - Karena motongnya jarak jauh? sebenernya ini miss di sayanya sih, hahaha. makasih udah ngingetin.

      Hapus
  2. Endingnya horor~
    Agak bingung baca entri Chalice pake PoV Jazdia. Tapi lama-lama make sense. Satu lagi yang bikin bingung, monster-monster itu dateng dari mana. Karena ga ada indikasi bentuknya kaya apa selain yg animatronik. Benda mati juga bisa jadi monster?

    Yang pasti endingnya sih yang paling dapet. Sukses bikin 'wtf' sama 'gross!'

    Nilai: 8
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya