[Ronde 2] Gubbins Lollygag - II

By: Aesop Leuva
11.
Idyllicist bisa beli apapun.
Punya semua uang, termasuk uang khusus pajak Great-Unknown.
Great-Unknown, penjaga keadilan abadi. Kami, bangsa damai selamanya.
Gallows, perusak perdamaian.
Aku nangis dijuluki Little Gallows.
Katanya aku anak nakal. Padahal aku cuma benci kekerasan.
Sungguh tragedi!


12.
Mengaburkan jendela hotel, hujan musim semi turun tanpa suara. Mengintip terang lampu penghujung senja. Keceriaan semua penghuni.
Hampir, semua penghuni.
Gelap-gelapan, Oni Onion menduduki pojok kamar. Gelisah.
Hari kesepuluh sejak ronde pertama selesai dan keceriaan dimulai. Oni kekurangan makanan enak, sementara yang lain senang dikirimi spageti bolamnesse terus-menerus oleh dermawan misterius.
Gubbins menikmati traktiran mahalnya di lobi. Menunggu sahabat yang tak pernah muncul.
Besoknya, ronde kedua dimulai.


13.
Mendarat depan papan reklame, parkiran kasino sepi. Gadis afro, mengunyah, memerhatikan Gubbins melepas parasut Flibbertigibbet dari kap mobilnya.
"Iklan pariwisata Almnesse! Labirin!" kata laki-laki telanjang, mendekati cahaya neon. "Aku tersesat, sobat! Tahu alamat Menara Bebal?"
"Celaka kalau aku sampai tak tahu, Paman!" Gubbins mengobservasi sekitar. Langit malam Almnesse penuh kembang api. Euforia festival musim semi membahana dari mana-mana.
Masalahnya, Menara Bebal tidak kelihatan.
Gubbins berkeringat.
Datang pemandu berseragam. Bermata biru, berbahagia. "Boleh dibantu?"
Laki-laki telanjang kabur. Gubbins menenangkan Flibbertigibbet. "Kami mencari Menara Bebal, sir."
"Jangan." Pemandu itu menyerahkan remote. "Yang tak terlihat sulit diperjuangkan. Selamat menikmati festivalnya."
Remote Gubbins memiliki tombol pink bertuliskan kontrol lampu utara, barat, timur.
Kenapa bisa tahu? Semudah itukah? Gubbins tak sempat bertanya. Pemandu sudah berbaur dengan keramaian trotoar depan parkiran.
Gubbins—menekan tombol remote—menuntun Flibbertigibbet menghampiri gadis afro. Bertanya, festival ini sebenarnya tentang apa?


14.
Gadis afro, bernama Nadim, pertama, menjuluki Gubbins turis miskin, mengusirnya—ia sedang menjalankan misi, menunggu klien. Kedua, mengunyah spageti bolamnesse tanpa ekspresi.
Gubbins kesal dan kagum.
Pintu kasino dibuka. Menoleh, Gubbins terkesiap. Membelakangi cahaya permainan, idyllicist-perempuan dalam gelembung. "Eliza?"
Elizabeth ikut terkesiap. Menghampiri Nadim, tersipu. "Uang kembali?"
Nadim menggaruk rambut.
Elizabeth membisikkan Gubbins rencana membayar Nadim untuk menculiknya.
Gubbins melompat. "Menculikku? Supaya?"
"Meminta maaf."
Ada enam idyllicist di Menara Bebal. Menunggu Gubbins dan hukuman Great-Unknown. Dari Stuart di Isla Wunder, Gubbins tahu idyllicist yang menyusulnya terlibat masalah penting. Tapi Stuart tak pernah muncul lagi untuk menjelaskan lebih jauh, sehingga ia baru mengetahuinya sekarang. Masalah penting ternyata membawa-bawa Great-Unknown.
Gubbins mau cerita lengkap, Elizabeth bilang nanti. Secepatnya ke Menara Bebal adalah prioritas.
Gubbins kalap. "Begitulah tujuanku semula, Eliza. Sebelum bangunan tertingginya menghilang!"
Elizabeth mengobservasi sekitar. Hanya suasana festival. Menara Bebal memang menghilang. Panik, ia merogoh saku jubah. Mengeluarkan sejumlah uang. Menggumam membeli sesuatu: Menara Bebal.
Tak terjadi apapun. Gubbins memarahinya.
Nadim ikut membentak datar, "Elizabeth. Misi menculik pacar miskinmu selesai tanpa jasaku. Daripada menarik pembayaran, sewalah aku lagi sebagai pemandu." Ia mengunci mobilnya. "Aku bisa melihat Menara Bebal."


15.
Memantau dalam asap sate, setelah mendarat menimpa pejalan kaki, Oni ditarik gadis berambut pirang.
Namanya Tsuraya. Pertama, ia buta. Kedua, mengira Oni pengawal pesanan.
Berbagai tenda jajanan mereka kunjungi. Saat Tsuraya mengantre membeli spageti bolamnesse, Oni didatangi pemandu berseragam, bermata hijau-cokelat, berbahagia.
"Terimalah!" Pemandu itu menyerahkan remote. "Kawal Ibu untukku. Selamat menikmati festivalnya!"
Oni menekan remote bertombol emas, bertuliskan kontrol lampu utara, barat, timur. Tetap bonus, sekalipun fungsinya seperti yang dipikirkan. Oni punya alasan sendiri untuk mengawal.
Kesedihan Tsuraya.
Ditambah, bijaksana meluangkan waktu sekarang. Menara Bebal menghilang, orang-orang tak sadar, mabuk berfestival. Kecuali Tsuraya. Meskipun merayakan sepenuh hati, ia sadar Menara Bebal menghilang, tahu cara menemukannya, berencana ke sana. Bersama Oni, "pengawal pesanannya".
Mendorong peruntungan, Oni meminta air mata Tsuraya terang-terangan. Karena, entah sudah berapa irisan bawang menempel, Tsuraya tak kunjung menangis. Termanipulasi emosinya.
Tsuraya tersedak. "Pengawal menarik! Apakah mengumpulkan air mata hobi normalmu?"
"Senormal menata meja." Oni mengiler. "Aku memang ninja pemotong bawang terganteng."
Tsuraya meragukannya. Tapi berjanji menangis nanti.
Menara Bebal dituju. Setelah Tsuraya mencoba sepatu roda dan belati-kedip Oni, memotong antrean tenda jajanan.


16.
Setelah berkeliling kota, akhirnya sudut Menara Bebal terlihat. Pengunjung dan pekerja mengular keluar dari sana. Akibat festival, menara ditutup cepat.
Ditolong pemandu-pemandu berbahagia pada persimpangan asing, sesuai arahan datar Nadim, Gubbins melajukan Flibbertigibbet melalui rute memutar. Tanjakan hitam terakhir.
Melewati pelataran kosong. Masuk ke mal gelap.
Berseberangan dengan jajaran mannequin toko-toko, Elizabeth menunjuk lantai dasar, sentral atrium.
Enam idyllicist terikat, terbekap, di sana. Mendongak. Memerhatikan Gubbins meluncur dari punggung Flibbertigibbet, mencengkeram pagar tepi.
"Maaf!" teriak Gubbins, menangis.
Senyum, amarah, kelegaan, diperlihatkan keenam idyllicist lewat mata mereka. Sedetik kemudian, mereka menyerpih menjadi cahaya.
Perasaan Elizabeth tercampur. Sedih menyaksikan hukuman Great-Unknown pada keenam idyllicist, bingung kenapa mereka terikat, terbekap?
Di sebelahnya, Nadim melihat diri sendiri dari seberang atrium. Melalui mata tertutup gadis berambut pirang. Tsuraya, bergerak di antara mannequin.
Nadim mencabut pistol dari rambut afro-nya. Membidik Tsuraya. Elizabeth tersadar, melompat ke jalur tembak.


17.
Saat ditemukan, Menara Bebal hanya terlihat sudutnya dan terus bergeser. Oni mengikuti Tsuraya, tanpa menanyakan cara gadis buta mengetahui jalan.
Mereka menghindari kerumunan orang-orang yang menjauhi menara, memutar melalui tanjakan hitam, memasuki mal gelap, berkamuflase menjadi mannequin ketika rombongan Gubbins mendekat.
Merasakan kehadiran penderitaan familier, Tsuraya bergerak. Nadim, gadis afro di seberang atrium, langsung membidiknya.
Idyllicist-perempuan dalam gelembung, Elizabeth, melompat melindungi. Peluru menembus tubuhnya, jalur tembakan berubah. Jadi menyerempet pinggang Oni. Ketika Oni, bersamaan, refleks berakrobat menyelamatkan Tsuraya.
Perlengkapan ninja Oni yang tersampir berhamburan. Belati-kedip berdenting di lantai, dipungut Tsuraya. Mereka kabur ke lift kaca, menekan lantai delapan, beranjak naik.


18.
"Peri apa yang merasukimu, Kribo? Kau menembak Eliza!" Gelembung Elizabeth mengempis, Gubbins mendekapnya berdarah-darah.
Nadim menyesal. Datar. "Aku menembak misiku, Turis Miskin. Elizabeth menghalangi."
Gubbins meminta Flibbertigibbet melompat ke jalur tembak, Floccinaucinihilipilification menciptakan perisai uang kertas, saat Nadim lanjut menembaki lift kaca yang beranjak naik. Oni dan Tsuraya menunduk di dalamnya.
Nadim mengganti magasin. "Minggir, monster-kucing."
"Turunkan senjatamu dulu!" kata Gubbins.
Elizabeth menjerit-jerit. Tubuhnya membara, menghanguskan selaput gelembung. Gubbins memegangi wajahnya, mencari-cari kewarasan. "Eliza, penyakitmu!"
Nadim berlari ke lift kaca terdekat. Menghitung lantai Oni dan Tsuraya turun. Mengejar naik.
Gubbins mengerang perlahan. Membaringkan Elizabeth yang berubah buas tapi masih menutup mata.
Laki-laki telanjang dan seorang pemandu memerhatikannya dari atas eskalator.
"Waktunya melupakan beberapa hal, sobat!"
Pada saat yang sama, di area bioskop lantai delapan mal. Oni dan Tsuraya dipojokkan dua pemandu. Salah satunya memenggal kepala Tsuraya.
Dua orang lagi datang. Pemuda berzirah hitam, bersama Nadim, yang diseretnya.
"Merepotkan ... makhluk-makhluk dongeng ini."


19.
Dahulu, Almnesse dikelilingi kesederhanaan dan mitos. Bertani-berburu untuk keperluan harian. Persiapan musim dingin. Orang-orangnya saling mengenal, menghormati leluhur.
Kehidupan yang mudah.
Sampai, dua monster abadi dan pasukan cahayanya datang. Menciptakan malam-malam penuh teror.
Almnesse bergadang bertahun-tahun. Hingga keabadian memiliki kelemahan.
Spageti bolamnesse.
Pasta terlezat, resep rahasia leluhur.
Monster pertama, Siklopus, buta, tapi mengemban seluruh perasaan monster kedua, Wallus. Dan Wallus, mati rasa, tapi mengemban seluruh penglihatan Siklopus.
Memperebutkan spageti bolamnesse, mereka saling bunuh. Pasukan cahaya terbagi. Semuanya musnah.


20.
Kenapa laki-laki telanjang mendadak mendongeng? Gubbins penasaran. Apa kepentingannya di sini? Tersesat lagi?
Laki-laki telanjang itu, bernama Cancer, berterima kasih atas partisipasi Gubbins dalam rencananya.
Menggerakkan wilayah-wilayah Almnesse seperti roda gigi, agar Menara Bebal hanya terlihat dari sudut tertentu sebelum "menghilang" total. Mengarahkan perhatian memanfaatkan festival musim semi. Memasuki tiap lapisan penanggung jawab keamanan kota, perbatasan, penyelenggara ronde kedua.
Semua untuk menangkap Tsuraya dan Nadim. Pewaris kekuatan Siklopus dan Wallus. Tanpa meninggalkan jejak.


21.
Dalam keremangan mesin popcorn, seperti Gubbins, Oni mendapatkan dongeng dan penjelasan rencana-rencana.
Oni memejamkan sebelah mata. Pemandu pemenggal kepala Tsuraya, bernama Bill, lanjut mengisahkan.
"Keluarga terpandang, kaya raya. Percuma memilikinya jika keberadaanmu ditolak, dianggap menghilangkan nilai-nilai tersebut. Awalnya bertahan. Akhirnya memutuskan bunuh diri di usia delapan belas." Bill memungut kepala Tsuraya, mencabut transmiter-akseptor di telinganya. "Membayar mahal kami, kelompok misterius, untuk menyempurnakan wasiat. Gadis ini ingin mati bersama Menara Bebal. Mahakarya orangtuanya."


22.
"Tentu, sobat!" Cancer mengisahkan seperti Bill. "Kemunculan kami, kelompok misterius, di penghujung hidup Tsuraya, sudah direncanakan. Berhati-hati. Berbeda dengan target satunya, Nadim, gadis jalanan, pembunuh bayaran sebatang kara. Tsuraya, bagaimanapun, memiliki keluarga kuat. Kami menolak terlacak sekarang."
Gubbins menjauhi Elizabeth-buas. Memikirkan ocehan Cancer.
Mekanisme penggerak wilayah-wilayah kota. Menara Bebal tersembunyi. Acara-acara festival pengalih perhatian. Sistem yang disusupi. Nadim-Tsuraya. Dongeng.
Gubbins memosisikan Flibbertigibbet, menyiapkan peluru koin Floccinaucinihilipilification. "Rencana Paman selanjutnya?"
Cancer menarik bola pelangi dari dalam perut telanjangnya. "Memanfaatkan keabadian pewaris monster dongeng, sobat."
"Tanpa jejak, Paman?" Gubbins membidik. "Aku meragukannya."
Cancer menyeringai. "Pasukan cahaya mudah dibentuk!" Ia menendangi pemandu di sampingnya. "Merekalah yang kami jadikan mata-mata. Mereka, sobat, akan musnah. Self-destruct! Begitu kuaktifkan pemicu kehancuran di puncak menara."
Kenangan pembantaian menyengat Gubbins. Membuatnya berteriak, "Takkan kubiarkan!"
Cancer terpingkal-pingkal. "Khawatirkan dirimu, sobat! Kukatakan tadi. Waktunya melupakan beberapa hal."
Saat Cancer melempar bola pelangi, Elizabeth-buas membuka mata—Gubbins berlindung dalam benteng uang kertas—kemudian menjerit. Gelombang suara membakar udara, menghancurkan lantai, pagar tepi atrium, toko-toko. Mengempaskan Cancer dan pemandu.
Mereda, Gubbins menyibak benteng. Mempertahankan bidikan, menembak dada Elizabeth-buas yang seketika berubah. Kembali normal.
Gubbins menariknya ke punggung Flibbertigibbet. Memanjat naik.


23.
Kepala Tsuraya menyusun di tubuh. Kembali hidup.
Oni merinding. "Sweet cheese and crackers. Kau baik-baik saja?"
Tsuraya mengangguk murung. Ia mendengar semuanya.
"Dia abadi," kata Bill. "Pewaris Siklopus. Hanya pewaris Wallus yang bisa membunuhnya. Dua monster dongeng tak terkalahkan. Menjadi koleksi kami. Terima kasih, ninja biru, peserta lain, terutama Battle of Realms. Atas kesempatan mengumpulkan harta-harta tersembunyi."
Masih memejamkan sebelah mata, diam-diam, Oni meraba benda-benda counter kafe bioskop.
Pemuda berzirah hitam menyeret Nadim menjauh.
Bill mengeluarkan bola pelangi dari saku seragam pemandu. "Pesawat kami menunggu di puncak menara. Sekarang lupakanlah—"
"Menangislah!" Oni menghamburkan karton popcorn. Menyikut kaca mesin popcorn. Menghamburkan popcorn. Memungut pecahan kaca, melemparnya ke tiga lampu tanam, sumber cahaya area bioskop. Semua dalam dua detik.
Kegelapan total.
Oni membuka sebelah matanya, gantian menutup satunya. Bisa melihat, ia menggendong Tsuraya. Melesat keluar.


24.
Lantai sepuluh mempertemukan Gubbins dan Oni. Keduanya bersiaga tapi saling mengabaikan. Gubbins ke tengah ruang kerja, membaringkan Elizabeth di sofa. Oni ke pojok, mendudukkan Tsuraya di antara pot.
Elizabeth terbatuk, ketakutan. Sejak lahir transformasi buasnya tak terkontrol.
"Aku memegangimu, Eliza." Gubbins tersenyum menenangkan. "Tak apa-apa sekarang."
Elizabeth mempererat genggamannya.
"Kau akan bertahan! Eliza, tetaplah aman di sini. Aku harus pergi sebentar."
Di pojok, Tsuraya memeluk lutut. Menangis.
Perasaan Nadim di hatinya bertemu penyesalan rencana bunuh diri.
"Betapa tak berguna," isaknya. "Aku—"
Oni mengecup kedua matanya. "Enggak. Kau sangat berharga."
Tsuraya meraung pilu, tertahan. "Tolong selamatkan dia."
Oni bangkit. Gubbins sudah berdiri di belakangnya.
Mereka menuju puncak menara bersama.


25.
Terengah-engah. Tak percaya. Gubbins dan Oni terkapar di sentral atrium. Mereka berhasil tiba di lantai delapan puluh tujuh, beberapa saat lalu, satu lantai lagi ke puncak.
Tinggal melewati aula kosong. Pintu bertangga spiral. Pemuda berzirah hitam, bernama Vendetta, yang berjaga sendirian.
Vendetta mengayun pedang besar. Arus cahaya hitam bergemuruh mengubur Gubbins dan Oni. Menembus lantai tanpa menciptakan kerusakan.
Sedetak jantung kemudian, di sinilah keduanya. Sentral atrium, lantai dasar.
"Kau mengerti apa yang terjadi, Tuan Ninja?" tanya Gubbins.
Oni menggeleng. "Shopping time."
Setengah-bingung setengah-senang, Gubbins mengarahkan Flibbertgibbet. Swalayan lantai satu. Menemani Oni menjarah minuman kaleng, daging beku, buah-buahan.
Oni mengikat plastik penuh belanjaan di sekeliling pinggangnya.
Gubbins kagum. Ninja menarik. Dikombinasikan cara berdiri satu kaki, meluncur dengan sepatu roda.
Mereka kembali menuju puncak menara. Terpisah. Karena, selain berdesakan di lift, entah kenapa Flibbertigibbet membenci Oni. Menerkam jika terlalu dekat.
Sampai lagi di aula kosong lantai delapan puluh tujuh. Oni langsung meluncur mendekat, bersiap menyambit, sementara Gubbins mencoba bicara baik-baik. Vendetta mengayun pedang besar. Arus hitam bergemuruh. Keduanya terkapar lagi di sentral atrium. Oni mengumpat, Gubbins mengacak-acak rambut.
Naik lagi. Kali ini Gubbins tahan badan saat Oni membidik. Vendetta mengayun pedang besar. Arus hitam mengantar keduanya ke dasar.
Naik lagi. Bertemu Cancer, Bill, tim pemandu pencari Tsuraya. Mengira akan ditangkap, keduanya bersiaga. Ternyata hanya ditertawakan. Gubbins dan Oni seperti dipermainkan.
Aula kosong-lantai dasar. Naik-turun.
"Menyerahlah," kata Vendetta. "Serahkan pewaris Siklopus. Hapus ingatan kalian. Lanjutkan turnamen."
Gubbins dan Oni maju. Pedang besar mengilat. Gemuruh arus hitam. Kembali ke sentral atrium.
Naik lagi. Jatuh lagi.
Hingga, Oni menemukan Gubbins, yang tiba duluan, memeluk lutut di depan pintu aula kosong. Menangis kesal.
Vendetta mungkin benar. Kenapa tak menerima kenyataan telah dimanfaatkan? Memulai awal baru?
Kelaparan berhari-hari, Oni mengira bisa melepas ikatan setelah berhasil mencicipi air mata Tsuraya. Salah. Ia justru menemukan bahwa, terkadang, ada pertempuran-pertempuran yang layak diperjuangkan, sekonyol apapun, karena hasilnya setimpal.
Gubbins bangkit. "Tuan Ninja, aku akan mengamuk. Jangan masuk sebelum aku dan kesatria itu terlempar keluar jendela. Atau, jika berhasil menang, tolong serang aku di sini." Gubbins menunjuk dadanya. "Terakhir, kumohon, temukan pemicu kehancuran di puncak menara. Mungkin terlalu banyak. Tapi aku tidak mau kalah di pertempuran ini."
Oni mengerti. "Make some noise."
Gubbins dan Flibbertigibbet memasuki aula kosong.


26.
Seandainya Nadim mengetahui perasaannya sendiri. Terutama saat menerima misi dari kelompok misterius untuk membunuh Tsuraya.
Mereka terkoneksi, ternyata. Menjelaskan tanpa menjelaskan.
Pewaris kekuatan monster dongeng Almnesse. Terkenal. Banyak versinya.
Tsuraya bertaruh pada satu yang berakhir bahagia. Tak lagi berpikir bunuh diri. Berjuang.
Elizabeth ikut. Mendedikasikan sisa hidupnya memastikan keselamatan Gubbins dan Oni, saat ia, atas permintaan Tsuraya, menghancurkan Menara Bebal. Murni agar kelompok misterius gagal menerapkan metode "tanpa jejak". Tak lagi didasari kecemburuan.
Elizabeth membeli kehancuran itu. Juga jaminan keselamatan Gubbins dan Oni. Mungkin akan gagal seperti saat membeli Menara Bebal. Atau berhasil seperti saat membeli tempat aman di ruang kerja ini.
Semua bisa dibeli seketika, memang, tapi harga keinginan-keinginan terdalam takkan pernah sama.
Sebagai putri salah satu keluarga idyllicist terkaya di Nudiustertian, pemilik peliharaan-pohon spesial, Elizabeth punya banyak uang.
Ia membelanjakan semuanya.
"Biarkan idyllicist lain pergi. Terlalu berisiko buatmu," kata tunangannya, waktu Elizabeth bergabung dengan tim pencari Gubbins.
"Maaf. Aku akan membantunya berhasil. Takkan membawanya pulang sebelum itu."
Elizabeth mengindahkan cara Gubbins memandang hidup. Little Gallows naif. Untuk itulah ia melompat ke jalur tembak tadi. Menegaskan mereka ada di jalan yang sama.
Persiapan selesai.
Tsuraya mengucapkan selamat tinggal. Terlalu cepat disebut pertemanan, Elizabeth menganggapnya kerja sama yang cukup. Ia mengucapkan sampai ketemu lagi.
Menara Bebal berguncang, siap runtuh. Elizabeth tersenyum di tempat amannya. Menutup mata menjemput tidur panjang. "Hurrah, Little Gallows."
Tsuraya berteleportasi. Ke depan Nadim di dalam pesawat kelompok misterius pada puncak menara.
Tadi, di area bioskop, ia ikut melempar. Mengarahkan belati-kedip Oni—yang tersimpan—ke tarikan perasaan familier. Senjata itu sampai. Disembunyikan rambut afro Nadim.
"Ninja pemotong bawang terganteng, terima kasih!"
Penjaga pesawat terkejut. Tsuraya memindahkan belati-kedip ke tangan Nadim. Membimbingnya, menikam jantung sendiri.
Kematian satu monster menyempurnakan monster lain. Memberikan mortalitas. Akhir bahagia. Nadim tak lagi dibebani keabadian.
Tsuraya percaya, kematiannya menyelamatkan seseorang yang layak.


27.
Pijakan berguncang. Melalui celah pintu, Oni menyaksikan pertempuran hebat. Gubbins menggunakan zoanthropy. Berubah buas. Monster-kucing kecil berbulu merah. Mengamuk mendesak Vendetta berkeliling aula kosong.
Flibbertigibbet mengejar, melenguh ganas. Floccinaucinihilipilification tanpa henti menembakkan peluru koin.
Pedang besar mengiris-iris udara. Puluhan arus cahaya hitam perusak melesat.
Serangan-serangan bertabrakan. Meremukkan lantai, dinding, langit-langit. Kaca-kaca jendela menyerpih keluar. Bertaburan dalam pemandangan hitam tanpa batas.
Oni menyelinap masuk. Menyiapkan rencana. Gubbins-buas dan Flibbertigibbet memang kuat, tapi serangan-serangannya terlalu liar, mudah diprediksi. Mereka butuh momentum penentu.
"Enggak semua pahlawan berjubah."
Oni meluncur mendekat. Menebar minuman kaleng di sekitar Vendetta yang disibukkan Gubbins-buas dan Flibbertigibbet.
Gubbins-buas terempas, Vendetta beralih pada Oni yang malah semakin mendekat. Pedang besar terayun. Flibbertigibbet di seberang menerjang duluan. Semula mengincar Oni, tapi keseimbangan Oni goyah, terpeleset, jadi menubruk Vendetta. Gubbins-buas menghantam dari sisi lain.
Zirah terkoyak-koyak, Vendetta bangkit perlahan. Oni melemparkan apel-apel ke minuman kaleng terdekat. Terangkat. Pecah. Soda mendesis meledak. Vendetta menjengit, sepersekian detik tanpa pertahanan. Gubbins-buas mencabik beruntun. Floccinaucinihilipilification menambahkan peluru koin.
Vendetta tumbang.
Oni meluncur ke tengah-tengah, melempar daging beku ke dada Gubbins-buas. Tak terjadi apapun. Gubbins-buas menyerang. Oni mundur—Flibbertigibbet di belakangnya menerjang—dan menunduk. Flibbertigibbet menabrak Gubbins-buas. Kena dada.
Gubbins pingsan. Kembali normal. Oni segera menggendongnya.
"Sekarang, puncak menara!"
Flibbertigibbet melenguh memanggil, mengejar.
Menaiki tangga spiral. Membuka pintu.
Lantai delapan puluh delapan.
Pijakan berguncang semakin keras. Oni berdiri, terengah-engah, mencari-cari di persimpangan tiga koridor ruang panel. Akses ke puncak menara.
Beeep!
Beeep!
Suara dari baju dalam Oni dan saku jubah Gubbins. Tempat mereka menyimpan remote pemberian pemandu di awal.
"Cilukba, sobat!" Cancer muncul dari belakang. Bill menyusul, melayang-layang, melempar bola pelangi.


28.
"Pas!" Cancer memandangi remote Gubbins dan Oni. Pemicu kehancuran pasukan cahaya. Otomatis aktif, mengirim perintah self-destruct, setibanya di lantai delapan puluh delapan. Tempat pemancar. Sekarang seluruh mata-mata sedang musnah. Pemandu dan lain-lain. Tanpa jejak kelompok misterius.
"Takdir." Bill berkedip. Seragam pemandunya menjadi jubah bangsawan. "Rencana berantakan, sebenarnya."
Memang. Kelompok misterius harus berimprovisasi setelah dikejutkan kemunculan replika Menara Bebal. Identik. Terapung-apung di atas Menara Bebal asli.
Vendetta terpaksa menciptakan penyelubung berlapis. Jalur menanjak. Bergerak menuju menara replika saat menyembunyikan menara asli.
Setelah kerepotan menangkap dan memindahkan enam idyllicist yang bersikeras menunggu, meyakini, kedatangan Gubbins di sentral atrium. Mengganti arena adalah keputusan tepat. Karena, kejutan lain, menara replika akan hancur.
Terakhir, keputusan Tsuraya tewas di tangan Nadim. Disesali, kehilangannya. Meski dengan begitu Nadim seketika menjadi entitas tak terkalahkan. Tetap abadi, diinginkan, dimanfaatkan. Pertaruhan Tsuraya gagal.
Cahaya hitam mengerjap. Vendetta muncul.
Gubbins tersadar. Flibbertigibbet melenguh di sampingnya.
"Ng? Tempat apakah ini, Flibbarf?" tanya idyllicist kecil. "Siapa paman-paman sekalian?"
Bill mengira Gubbins pura-pura, karena baru Oni yang diberikan bola pelangi. Vendetta, mengetahui idyllicist, mengatakan Gubbins benar-benar hilang ingatan.
Oni akan tersadar dan mendapati ingatannya hanya sebatas awal ronde kedua. Gubbins, saat ini, hampir tak mengingat apapun.
Cancer menyeringai. "Begitukah?" Ia membisikkan Gubbins sesuatu. "Mengerti, sobat?"
Gubbins mengangguk.
Vendetta mengayun pedang besar. Arus cahaya hitam bergemuruh. Mengantarkan Gubbins dan Oni ke Menara Bebal asli.
"Perkembangan ini ... bagaimana jika kita mengetesnya? Menghancurkan Hadyatha? Pertama?"


29.
Gubbins bingung mau apa. Oni, tersadar, bingung tiba-tiba ada di lantai teratas Menara Bebal. Pemandangan hitam di luar jendela.
Mengabaikan letih, luka gores di pinggang, perlengkapan baru, dan keanehan lawan, Oni beringsut ke panel utara. Mengubah warna lampu jadi emas.
Sekembalinya, mendapati Gubbins di ujung koridor. Menunggu-penasaran.
Oni abaikan. Lanjut panel barat. Melakukan hal sama.
Sekembalinya, ada Gubbins lagi di ujung koridor.
Oni langsung ke panel timur. Penyetelan terakhir. Misi ronde kedua selesai. "Piece of cake."
Sekembalinya, Oni menertawakan Gubbins di ujung koridor, menemukan akses puncak menara, memutuskan naik.
Sementara itu, Gubbins memasuki panel timur. Mengganti emas dengan pink. "Seperti warna rambut Eliza. Flibbarf? Ingat dia?"
Gubbins melakukannya juga di panel utara dan barat. Setiap-setelah Oni beringsut melewatinya di ujung koridor. Gubbins kira Oni sedang bermain.
Selubung hitam Vendetta menghilang. Pemandangan kota terlihat. Semua lampu jalan berwarna pink.
Di puncak menara, Oni bersimpuh bingung. Pingsan karena letih.
Gubbins mengusap kepala Flibbertigibbet. Memandang kosong keluar jendela. Almnesse menjelang fajar. Cahaya musim dingin pada festival musim semi. [*]

Komentar

  1. Entri yang bener2 hemat kata. Sebenernya efisien sih jadi lebih gampang bacanya, sayangnya adegan2 yang penting jadi serasa di-skip2 jadi kurang ngena. Di sini juga Gubbins keliatannya harus berjuang demi spotlight. Walau di cerita dia terus mondar-mandir, sebagian besar fokus tetep ke spaghetti wars.

    Tapi secara keseluruhan tetep enjoyable :>

    Nilai: 8
    OC: Litus Kamara

    BalasHapus

Posting Komentar

Entri terbaru

Tampilkan selengkapnya